Siswa SMK di Malang Buat Hand Sanitizer karena Langka di Apotek
Kabar virus corona atau COVID-19 telah menjangkiti dua warga asal Depok, Jawa Barat, membuat sejumlah masyarakat di Indonesia mulai memborong masker dan hand sanitizer untuk menjaga kebersihan tubuh agar terbebas dari virus.
Prilaku masyarakat yang panik itu menyebabkan masker dan hand sanitizer menjadi langka di pasaran. Alternatifnya, masyarakat bisa membuat hand sanitizer sendiri di rumah.
Contoh itu diperlihatkan oleh SMK Prajnaparamita, Malang. Para siswa membuat hand sanitizer menggunakan bahan baku dari aloe vera atau lidah buaya.
"Hal ini bermula dari cerita anak-anak yang mengambil part-time di apotek. Katanya, hand sanitizer langka. Dari cerita itu kami mencoba untuk membuat hand sanitizer," tutur Deniar Wulandari, Kepala Jurusan Farmasi SMK Prajnaparamita, pada Kamis 5 Maret 2020.
Deniar menjelaskan, bahan baku utama dari hand sanitizer tersebut yaitu aloe vera yang dicampur dengan Aquades serta alkohol dengan takaran 96 persen dan gliserin yang berfungsi untuk membuat tangan menjadi lembut.
"Sebenarnya alkohol dengan takaran 70 persen saja sudah cukup untuk membunuh virus dan bakteri. Namun karena sekarang adanya virus corona ini kami tingkatkan menjadi 96 persen untuk antisipasi," terang perempuan berusia 29 tahun tersebut.
Deniar mengungkapkan, sejak diproduksi pada Selasa 3 Maret 2020, 50 botol hand sanitizer buatan SMK Prajnaparamita ludes diborong. Selanjutnya, mereka kembali memproduksi sebanyak 500 botol sehari dan itu juga sudah habis terjual.
"Awal produksi itu 50 botol dan belum setengah hari langsung habis terjual. Permintaan dari masyarakat tinggi sekali dan sekarang produksinya sudah mencapai 500 botol," ujarnya.
Hand sanitizer yang diberi label Covid Antiseptic tersebut dibanderol dengan harga sebesar Rp 13.000 untuk satu botol dengan kapasitas 60 mililiter (ml).
Pembuatan hand sanitizer Covid Antiseptic sendiri hanya memerlukan waktu selama empat jam yang semua prosesnya dilakukan oleh siswa SMK Prajnaparamita.
Proses tersebut mulai dari pengolahan aloe vera dengan gliserin dan alkohol, lalu proses sterilisasi sampai proses pengemasan.
"Kami tidak mengambil keuntungan dari harga yang dipatok. Hasil dari penjualan, sekitar 20 persenya diberikan kepada siswa," tutup Deniar.