Siswa Korban Kekerasan di Sekolah Harus Berani Lapor Guru
Direktur Jenderal PAUD, Pendidikan Dasar, Pendidikan Menengah, (Dirjen PAUDDASMEN) Kemendikbud, Jumeri mengatakan, upaya yang perlu dilakukan untuk mencegah dan mengatasi tindak kekerasan adalah melalui pendidikan karakter, selalu berpikir dan bertindak positif.
Jumeri mendorong semua pihak menggalakkan berbagai kegiatan edukatif, seperti menyiapkan program sekolah yang ramah anak, menyenangkan, dan model pembelajaran yang mengarah pada pembinaan karakter peserta didik. Meningkatkan fasilitas sekolah yang dapat memonitor seluruh sudut sekolah dengan baik.
“Sudut sekolah yang tidak terlihat seperti kamar mandi, rawan menjadi tempat tindak kekerasan. Dan kekerasan tidak boleh dilawan dengan kekerasan,” pesan Jumeri
saat membuka kegiatan Antisipasi Tindak Kekerasan Peserta Didik Jenjang SMP Angkatan III secara virtual di Jakarta, Rabu 16 September 2020.
Salah satu narasumber dari komisioner Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI), Retno Listyarti menegaskan agar siapapun yang mendapat kekerasan verbal maupun nonverbal untuk berani melapor. “Jika kalian dirundung (bully) secara verbal maupun fisik, kalian bisa lapor ke guru,” katanya.
Dia pun berpesan giatkan program yang mampu meningkatkan pemahaman tentang persaudaraan, hati nurani, toleransi, ketulusan, dan kejujuran seperti ekstrakurikuler, dan kegiatan lain yang positif.
Libatkan orang tua dalam memecahkan problematika pembelajaran. “Jangan sampai ada pandangan kalau orang tua diundang ke sekolah hanya karena masalah uang atau karena putra-putrinya ada kasus di sekolah," kata Retno.
Dirjen PAUDDASMEN selanjutnya menjelaskan, bahwa dengan adanya interaksi antara orang tua dengan sekolah memungkinkan kedua belah pihak mengenal dan memahami karakter dan potensi anak, sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai khususnya di tengah pembelajaran jarak jauh (PJJ) seperti sekarang.
“Adakan pertemuan bulanan berupa kelas parenting secara berkala. Di forum itu guru dan orang tua saling bertukar informasi tentang kegiatan sekolah, kendala belajar hingga kondisi peserta didik di rumah,” katanya.
Dia mengajak orang tua, tenaga pendidik dan para pemangku kepentingan untuk menjadi teladan bagi peserta didik. Ia yakin, saat keluarga dan satuan pendidikan mampu mempraktikkan keluhuran budi pekerti, maka anak-anak akan mudah untuk mencontoh.
Hal itu pula yang akan menjadi bekal bagi anak-anak menghadapi tantangan di masyarakat. “Itu yang dibutuhkan. Kepada anak-anak, diserukan agar menjadi agen anti kekerasan di sekolah, tunjukan prestasi kalian, kesantunan, kerapihan, dan budi pekerti pada orang lain. Nanti orang lain juga akan menghargai kita dan akan berpikir seribu kali sebelum melakukan kekerasan. Bergaul-lah dalam lingkungan yang mengajak kalian berbuat baik. Bentengi diri kalian dengan ilmu yang bermanfaat agar kalian bisa memberi ‘warna’ bagi lingkungan sekitar," katanya.
Direktur SMP Kemendikbud, Mulyatsyah selaku pelaksana kegiatan mengatakan, nilai-nilai budi pekerti luhur harus menjadi pondasi yang ditanamkan sejak dini pada tahap awal pembentukan karakter.
“Jika urusan belajar terganggu karena ada tindak kekerasan, maka proses pembentukan karakter juga terganggu. Tindak kekerasan harus diantispasi agar lingkungan sekolah kita terkendali, terkontrol dan aman bagi peserta didik, itu penting,” katanya.
Advertisement