Nilai UN Tinggi Tetap Jadi Prioritas, Sistem Zonasi Nomor Dua
Beberapa sekolah favorit di Jakarta tetap didominasi peserta didik baru (PDB) dengan nilai Ujian Nasional tinggi. Meskipun jarak antara sekolah dengan domisili siswa hanya 10 meter, kalau nilai UN-nya rendah, akan digusur oleh siwa yang mempunyai Nilai tinggi.
Fakta ini terlihat setelah waktu Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) 2019 ditutup pada Rabu 26 Juni 2019 pukul 15.00 WIB. PPDB dibuka selama tiga hari sejak Senin, 24 Juni 2019.
Di Jakarta terdapat sekitar 10 sekolah unggulan merujuk pada hasil UN, antara lain SMAN 8 (86.58 ), SMAN unggulan Mohammad Husni Thamrin (86.54), SMAN 61 (84.20), SMAN 28 (83.69), SMAN 81 (80.94),SMAN 68 (80.94), SMAN 12 (80.55), SMAN 68 (78.79), SMAN 78 (78.79), SMAN 34 (78.69), SMAN 77 (78.45).
Peserta didik baru yang nilai UN-nya di bawah nilai di atas, mustahil bisa menembus sekolah unggulan meskipun jarak rumahnya hanya 10 meter.
Lalu apa pengaruhnya dengan PPDB bagi siswa yang nilainya rendah? Beberapa wali murid menyatakan tidak ada. Yang untug justru siswa yang nilai UN-nya tinggi bisa memilih sekolah yang diinginkan.
Selama beberapa dekade, SMA Negeri 8 Jakarta yang berada di kawasan Tebet, Jakarta Selatan, menjadi pilihan banyak siswa untuk melanjutkan jenjang pendidikannya.
Lulusan dari sekolah ini diketahui banyak yang diterima di berbagai Perguruan Tinggi Negeri (PTN). Hal ini yang membuat SMA Negeri 8 menyaring siswanya berdasarkan prestasi belajar di jenjang pendidikan sebelumnya.
Namun, sejak diberlakukannya peraturan zonasi yang memprioritaskan calon siswa berada dekat area sekolah, terjadi keanekaragaman kualitas siswa di sekolah tersebut.
"Siswanya lebih variatif. Kemudian yang jadi titik perhatian adalah anak-anak yang nilainya kurang. Bagaimana mereka mampu beradaptasi?" tutur Wakil Bidang Kesiswaan SMAN 8 Roni Saputro, kepada Ngopibareng.id Rabu, 26 Juni 2019.
Dia mengatakan, calon siswa yang diprioritaskan saat ini untuk masuk ke SMAN 8 adalah peserta yang berasal dari lima kecamatan yakni Jatinegara, Tebet, Setiabudi, Pancoran dan Matraman berdasarkan hasil nilai UN-nya.
Beberapa tahun dinobatkan sebagai sekolah favorit, label ini ternyata membawa beban tersendiri bagi SMAN 8, ditambah dengan karakteristik siswa yang mulai berubah beberapa tahun terakhir.
"Gini, kalau berprestasi, orang akan menganggap itu biasa. Tapi kalau jatuh, orang akan memberikan sindiran-sindiran. Kalau anak berprestasi ah itu biasa, tapi kalau salah sedikit rame," ungkapnya.
"Sejauh ini untungnya tidak ada protes-protes, kita sesuai regulasi," katanya.
Dirjen Dikdasmen Hamid Amin mengatakan, fakta ini jawaban bagi sebagian orang yang menganggap sistem zonasi akan memperburuk mutu pendidikan, karena sekolah akan dipenuhi oleh peserta didik baru yang nilai UN-nya rendah, karena ukurannya jarak antara domisili siswa dengan sekolah. "Pandangan itu salah kan?" kata Hamid. (asm)
Advertisement