'Sistem Hong Kong' Takkan Berhasil, Ini Keyakinan PM Mahathir
Perdana Menteri (PM) Malaysia Mahathir Mohamad mengatakan, demonstrasi yang sedang berlangsung di Hong Kong menunjukkan keterbatasan kerangka "satu negara, dua sistem" wilayah itu. Mahathir menyatakan keprihatinannya, China mungkin tidak mentolerir eskalasi lebih lanjut.
Mahathir mengungkapkan hal itu, ketika berkunjung ke Jepang, Jumat 6 September. Menurut politikus gaek negeri jiran ini, Beijing mungkin menggunakan kekuatan untuk mengakhiri kebuntuan saat ini jika demonstrasi itu meningkat atau berlanjut. Demikian seperti dilansir VOA, Sabtu 7 September 2019.
Demonstrasi besar-besaran sejak Juni telah mengganggu jaringan transportasi di Hong Kong dan bandara internasionalnya. Pemimpin wilayah itu dua hari lalu mengumumkan membatalkan rancangan undang-undang ekstradisi yang memicu demonstrasi.
Namun, para aktivis bertekad tidak akan berhenti berdemonstrasi sampai tuntutan mereka yang lainnya dipenuhi, termasuk penyelidikan independen terhadap dugaan kebrutalan polisi terhadap para pengunjuk rasa, pembebasan tanpa syarat terhadap mereka yang ditahan dan demokrasi yang lebih besar.
RUU yang diusulkan sebelumnya akan memungkinkan warga Hong Kong untuk dikirim ke China daratan untuk diadili. Hal itu, banyak yang menganggapnya sebagai contoh untuk menggerogoti otonomi kota itu sejak bekas koloni Inggris dikembalikan ke China pada 1997.
Demonstrasi makin diwarnai kekerasan dalam beberapa minggu terakhir. Para pejabat Hong Kong mengatakan mereka bisa menangani kerusuhan itu tanpa bantuan personel keamanan dari China daratan.
Sementara itu, Hong Kong kembali menghadapi sejumlah unjuk rasa pada akhir pekan ini. Karena, para aktivis tampaknya tidak puas dengan keputusan Pemimpin Eksekutif Carrie Lam. Keputusan itu menyebutkan, pihak eksekutif menarik rancangan undangan-undang (RUU) Ekstradisi yang kontroversial.
Dilansir Reuters, para pengunjuk rasa memblokir lalu lintas ke arah kota itu dari bandara pada Sabtu 7 September. Diperkirakan, aksi mereka akan berlanjut pada Minggu, 8 September besok. Itu seminggu setelah ribuan demonstran menghalangi jalur-jalur transportasi hingga memicu aksi kekerasan terburuk sejak kerusuhan meningkat tiga bulan lalu.
Dalam iklan yang terbit di koran South China Morning Post, Jumat 7 September 2019, Otoritas Bandara pusat keuangan Asia itu mendesak para pengunjuk rasa agar “tidak mengganggu perjalan puluhan ribu penumpang yang menggunakan bandara setiap harinya.”
Berbagai unjuk rasa juga direncanakan akan digelar pada Jumat petang di seluruh penjuru kota di Hong Kong. Antara lain di stasiun-stasiun bawah tanah dan dekat kantor-kantor pusat pemerintahan.