Kebijakan Lucu AS! Sisi Positif dari Perang, Pengobar Api Perang
Amerika Serikat, saat merasa sebagai negara adikuasa, selalu memainkan perannya. Baik dalam suasana damai, juga dalam suasana tegang hingga perang.
Tentu, AS akan terus turut campur urusan negara lain, yang kerap ditutupi dengan alasan stabilitas kawasan dan perdamaian.
Ternyata, wataknya yang menyulut api peperangan mempunyai alasan pembenar, yang khas bagi diri negeri tersebut. Begitu lucunya, kita bisa diajak tersenyum dengan humor politik ini.
Sisi Positif dari Perang
Terjadi dialog antara Presiden AS George W Bush di depan para jurnalis. Terkait suasana perang atau ketengan di suatu wilayah, yang tentu AS mengambil bagian. Baik dalam peran memulai ketegangan atau mencoba untuk menyelesaikan masalah.
Wartawan CNN: "Yang Mulia Bapak Presiden, apakah Bapak telah memperhatikan berita teve yang disiarkan pada beberapa hari ini, yaitu berita mengenai seorang prajurit wanita yang baru berumur 19 tahun itu?"
Bush: "O, yang kamu katakan prajurit wanita yang parasnya sangat cantik itu ya? Ada apa dengan dia?"
Wartawan CNN: "Setelah lulus sekolah menengah atas ia tak berkesempatan mendapat pekerjaan, maka ia akhirnya mendaftarkan diri masuk tentara."
Bush: "O, angka pengangguran di AS telah menurun."
Wartawan CNN: "Tetapi ia akhirnya telah hilang dalam peperangan, mungkin saja ia telah gugur dalam suatu pertempuran di Irak..."
Bush: "Kalau benar begitu sungguh malang, mari kita di sini mengheningkan cipta selama 3 menit untuk dirinya. Oke, selanjutnya mari kita melihat segi-segi yang positif dari hal-hal yang paling menyedihkan ini. Dapat dipastikan bahwa angka pengangguran di AS akan menurun terus..."
Tungku Api Peperangan
Pada suatu malam, George Washington, Presiden Amerika Serikat itu, bersama dengan seorang tamu duduk di tepi tungku dinding sambil ngobrol. Api tungku dinding yang terletak di belakang punggung menyala marak sekali, Washington merasa terlalu panas, maka ia segera membaikkan badannya. lalu duduk dengan posisi muka menghadap ke tungku dinding.
Seorang tamu yang hadir berkata dengan nada senda gurau: "Pak Jenderal, Bapak seharusnya dengan berani menentang api peperangan barulah benar, tapi mengapa Bapak sekarang malah takut akan api peperangan?"
Washington menjawab dengan ketawa: "Ah, kamu sama sekali salah. Sebagai seorang jenderal, aku harus menghadapi api peperangan dan menerima tantangan. Jika aku menghadapkan punggungku ke arah api peperangan, bukankah aku akan menjadi pihak yang dikalahkan yang melarikan diri pada saat menjelang pertempuran?"