Sipon, Akhir Perjuangan Mencari Wiji Thukul
Istri penyair, Wiji Thukul, Dyah Sujirah atau Sipon, meninggal pada Kamis, 5 Januari 2023 siang. Dia mengembuskan nafas terakhir, di RS Hermina, Solo karena mengalami serangan jantung.
Dengan meninggalnya Sipon, berakhir pula perjuangannya mencari kejelasan akan kematian Wiji Thukul, yang hilang misterius pada masa reformasi 1998.
Kabar duka ini beredar dengan cepat melalui pesan Whatsapp. Wahyu Susilo, adik Wiji Thukul membenarkan kabar duka ini. Segera pula beredar kabar duka itu kepada para seniman dan aktivis lainnya.
"Siang ini membaca postingan di FB kangmas Wahyu Susilo tentang kabar duka: berpulangnya mbakyu Sipon (Dyah Sujirah) istri tercinta kangmas Wiji Thukul...Damai abadi disisiNya ..mbakyu Sipon....Selalu dikuatkan Fajar Merah dan Fitri Nganthi Wani". Tulis Moelyono Moel, seniman asal Tulungagung, Jawa Timur, di akun facebooknya.
Sedang Wahyu Susilo, adik Wiji Thukul membuat unggahan perpisahan. Pada halaman Instagramnya, Wahyu mengunggah foto kakak iparnya bersama abangnya, Wiji Thukul, korban penculikan 1998, yang hingga kini belum ditemukan jasadnya.
"Sugeng tindak Mbak Pon. Semoga ketemu Kangmas Thukul. Fajar Merah dan Nganthi Wani tabah ya," tulis Direktur Eksekutif Migrant Care itu, setengah jam lalu. Fajar Merah dan Nganthi Wani adalah anak Sipon dan Wiji Thukul.
Jenazah Sipon saat ini disemayamkan di rumah duka, di Kalangan RT 01 RW 14 Jagalan, Jebres, Solo. Setelah diberangkatkan dari RS Hermina, Solo.
Dyah Sujirah, selama ini berjuang mencari keberadaan suaminya. Ia terus menunggu kabar dan meminta pertanggungjawaban pemerintah untuk mengembalikan jasad suaminya.
Sipon Mencari Wiji Thukul
Demi membiayai adik-adiknya agar bisa sekolah, Wiji Thukul yang tengah sekolah di Jurusan Tari Sekolah Menengah Karawitan Indonesia di Solo hingga kelas dua berhenti di tengah jalan. Demikian dilansir Tempo.
Wiji Thukul bekerja serabutan, mulai dari penarik becak, loper koran, hingga tukang pelitur di perusahaan mebel. Pada 1988, Wiji Thukul menikahi Sipon dan membantu pekerjaan istrinya yang merintis usaha sablon.
Sambil membantu istrinya, Wiji Thukul mulai menabalkan dirinya sebagai aktivis yang membantu para buruh. Ia selalu berada di garis depan setiap kali berdemonstrasi. Wiji Thukul kemudian bergabung dengan Partai Rakyat Demokratik. Dalam setiap orasinya, Wiji Thukul selalu membacakan puisi-puisinya yang bergelora mengobarkan perlawanan.
Wiji Thukul disebut menghilang pada 10 Februari 1998. Sejak tragedi pembantaian di kantor Partai Demokrasi Indonesia, 27 Juli 1996, Wiji Thukul berpindah-pindah tempat demi menghindari kejaran aparat. Dalam pelariannya, Wiji Thukul selalu menulis puisi-puisi perlawanannya. Sejak dinyatakan hilang, Sipon selalu mencari keadilan dan menuntut jasad suaminya dikembalikan.