Sinopsis Raya and the Last Dragon, Kisah Manusia-Naga di Kumandra
Film Raya and the Last Dragon muncul dalam versi Bahasa Indonesia, sejak Jumat 4 Juni 2021. Film besutan Disney ini streaming di Disney+Hotstar Indonesia, setelah premier sejak 3 Maret lalu. Layaknya kisah Disney pada umumnya, Raya and the Last Dragon bercerita tentang putri raja, kali ini dari kerajaan Heart bernama Raya, dan naga sahabatnya bernama Sisu. Raya dan Sisu berpetualang untuk mendamaikan dunia.
Naga dan Manusia Hidup Damai di Kumandra
Dikisahkan, naga dan manusia hidup damai di Kumandra. Naga yang terbang memenuhi angkasa, membawa banyak kesuburan bagi tanaman para petani di Kumandra. Menjaga aliran air tetap mengalir sepanjang tahun.
Namun keadaan yang harmonis di dunia Kumandra, seketika hancur ketika monster Druun datang menyerang, mengubah siapapun menjadi batu, termasuk para naga yang sakti mandraguna. 500 tahun berselang, ancaman monster Druun kembali datang. Kali ini takdir dunia bergantung pada Raya, putri dari kerajaan heart.
Petualangan Raya dan Naga Terakhir Sisu
Kisah petualangan dalam Raya and the Last Dragon pun dimulai dari pencarian Raya kepada legenda naga terakhir yang dipercaya bersembunyi entah di mana.
Raya juga harus menyatukan manusia dan batu permata naga yang terpisah di sejumlah kerajaan berbeda, untuk membawa kembali para naga mengalahkan monster Druun.
Petualangan Raya pun dimulai. Mencari naga Sisu, menyatukan batu permata naga, sekaligus menyatukan manusia di sejumlah kerajaan dengan berbeda karakter untuk membawa kedamaian di dunia Kumandra.
Plot Asia Tenggara dalam Raya and the Last Dragon
Film Raya and the Last Dragon banyak menggunakan budaya dan adat di kawasan Asia Tenggara, termasuk Indonesia.
Unsur ini terlihat dari baju yang dikenakan tokoh animasi, topi caping yang sering dipakai petani, karakter persawahan dengan tanaman padi dan aneka kulinernya, hingga kata dan nama yang muncul dalam film Raya and the Last Dragon. Nama Raya sendiri diambil dari bahasa Melayu, yang berarti besar, dikutip dari imdb.com.
Sejumlah seniman dan budayawan Indonesia terlibat dalam pembuatan film yang terinspirasi dari budaya di Thailand, Filipina, Vietnam, Kamboja, Myanmar, Malaysia, Indonesia, dan Laos itu. Sejumlah seniman Indonesia terlibat dalam film Raya and the Last Dragon antara lain ada Griselda Sastrawinata yang terlibat sebagai visual development artist bersama Luis Logam sebagai story artist.
Juga sejumlah tokoh pegiat budaya, seperti Dewa Berata dan Emiko Susilo. Keduanya menjadi bagian dari tim konsultan, khususnya dalam hal budaya Indonesia, tari dan upacara tradisional, serta musik gamelan, dikutip dari cnnindonesia.com.
Pencak Silat di Karakter Raya
Selain itu, sejumlah budaya khas Indonesia juga dipakai dalam film Raya and the Last Dragon. Raya yang digambarkan sebagai putri yang ulung bertarung menggunakan pedang, terlihat memiliki gerakan yang mengingatkan dengan gerakan pencak silat dari Indonesia.
Sedangkan gaya pertarungan Namaari lebih banyak terinspirasi dari gerakan seni bela diri Muay Thai, dari Thailand.
Tak hanya itu, binatang yang dikendarai Raya sepanjang berpetualang juga memiliki nama Tuk-tuk, nama transportasi umum yang banyak digunakan di tengah macetnya jalanan di Thailand.
Ada juga yang istimewa di film Raya and the Last Dragon. Raya dan Namaari adalah karakter putri baru, dan tak terkait dengan dongeng putri lainnya, seperti juga karakter Moana dan Merida. Selain itu, Raya dan Namaari dalam Raya and the Last Dragon juga menjadi karakter putri yang tak memiliki kisah romantika dengan pangeran, layaknya tokoh Disney Princess pada umumnya. (imd)