Sinopsis Para Betina Pengikut Iblis, Inspirasi 3 Surah Alquran
Artis Mawar de Jongh, Hanggini, dan Sara Fajira membintangi film horor berjudul Para Betina Pengikut Iblis. Tiga perempuan itu nekat menukar jiwa mereka untuk bersekutu dengan iblis demi membalaskan dendam. Aktor Adipati Dolken yang menjadi iblis, akan diikuti oleh Sumi, Sari, dan Asih.
Rako Prijanto selaku sutradara mengungkapkan bahwa film ini terinspirasi dari tiga ayat suci di tiga surah Alquran, yakni An-Nas, Ali Imran ayat 17, dan Al Humazah. Kepiawaian Rako Prijanto di dunia akting memang sudah tidak diragukan lagi. Dia sudah menggarap banyak film box office seperti Warkop DKI Reborn 4, Maling Kutang, Preman In Love hingga Bayi Ajaib.
Namun demikian, judul film Para Betina Pengikut Iblis ternyata memicu kritik pedas dan kontroversi dari masyarakat. Bagaimana tidak, judul film produksi Falcon Black tersebut dinilai kurang pantas dalam penyebutan kata “betina” untuk jenis kelamin perempuan. Maka dari itu film tersebut menjadi trending di media sosial karena judulnya yang memicu kritik tajam.
Kontroversi Para Betina Pengikut Iblis
Pemilihan diksi betina yang sempat disorot oleh netizen, akhirnya mendapat penjelasan dari Rako Prijanto melalui Twitter Space atau fitur perbincangan di media sosial Twitter. Pemilihan diksi ini memiliki arti tersendiri.
"Gue gak nyampe hati untuk make kata perempuan. Karena perempuan akhlaknya bagus, tidak pas dengan iblis. Kedua film termasuk seni, maka judul pun melampaui batas," terang sang sutradara di Space Twitter bertajuk Pengen Nonton: Para Betina Pengikut Iblis.
Rako Prijanto lebih lanjut juga menjelaskan sejarah pemakaian diksi Betina dalam karya seni. "Sebelum Para Betina Pengikut Iblis, banyak karya seni menggunakan diksi Betina, mulai dari puisi Chairil Anwar, hingga Iwan Fals pernah pakai itu diksi," terangnya.
Sinopsis Para Betina Pengikut Iblis
Film bercerita tentang tiga perempuan yang rela menggadaikan dirinya bersekutu dengan iblis, untuk sekadar membalas dendam. Film ini mengambil latar tempat di pedesaan terpencil era 1950-an hingga 1960-an.
Sumi (Mawar De Jongh) yang tinggal seorang diri, harus mengurus ayahnya yang sakit. Untuk membiayai hidupnya, ia berjualan gulai dari daging manusia. Sementara itu, Sari (Hanggini) kembali menjadi dukun santet karena adiknya dibunuh dan mayatnya hilang dari kuburan.
Dengan penuh dendam, Sari meneror warga kampung. Demi bertahan, para perempuan ini pun bersekutu dengan iblis. Tentunya penuh risiko, ada harga yang ditawarkan oleh iblis saat manusia memutuskan untuk bersekutu dengannya.
Advertisement