Sinopsis Film Inside Out 2: Emosi-emosi Baru bikin Kacau Hidup
Inside Out 2 merupakan sekuel dari film pertamanya yang dirilis pada 2015 lalu. Film arahan sutradara Kelsey Mann ini mengisahkan tentang Riley Andersen, seorang anak perempuan dengan berbagai emosi dalam hidupnya.
Pubertas pada anak perempuan terjadi mulai usia 8 tahun hingga 13 tahun, dengan usia 10 tahun jadi puncaknya. Riley di film ini mulai merasakan pubertas saat usia 13 tahun.
Dalam sekuelnya, penulis skenario Dave Holstein dan Meg LeFauve mengisahkan Riley terpaksa pindah ke tempat baru. Kondisi ini membuat Riley mau tak mau harus menyesuaikan diri dengan lingkungan barunya.
Dibandingkan film pertamanya, Inside Out 2 menyuguhkan petualangan emosional yang lebih kompleks dan menarik. Film ini mengajak penonton untuk memahami dunia remaja yang penuh dengan perubahan dan gejolak emosi.
Sebagai informasi, film pertamanya berhasil meraih Academy Award (Piala Oscar) 2016 untuk best animated feature.
Pengisi Suara
Amy Poehler sebagai Joy, emosi bahagia berwarna kuning
Phyllis Smith sebagai Sadness, emosi sedih berwarna biru
Lewis Black sebagai Anger, emosi marah berwarna merah
Tony Hale sebagai Fear, emosi takut berwarna ungu
Liza Lapira sebagai Disgust, emosi jijik berwarna hijau
Maya Hawke sebagai Anxiety, emosi gelisah berwarna oranye
Ayo Edebiri sebagai Envy, emosi iri berwana sian
Adele Exarchopoulos sebagai Ennui, emosi jenuh
Paul Walter Hauser sebagai Embarrassment, emosi malu berwarna pink
Kensington Tallman sebagai Riley Andersen
Diane Lane dan Kyle MacLachlan sebagai orangtua Riley
Lilimar sebagai Valentina Ortiz
Sumayyah Nuriddin-Green sebagai Bree
Yvette Nicole Brown sebagai Coach Roberts
Sinopsis Inside Out 2
Riley beranjak remaja dan mulai menghadapi berbagai perubahan dalam hidupnya. Dia bergabung dengan tim hoki di sekolahnya dan harus menyesuaikan diri dengan teman-teman barunya.
Tak hanya Riley, kelompok emosi dalam diri remaja tersebut juga kedatangan anggota baru. Kini, dalam diri Riley tak hanya berisi emosi bahagia, marah, sedih, takut dan jijik.
Saat para pekerja membongkar ruang pengendali emosi, muncul berbagai emosi baru, seperti gelisah, iri, jenuh, dan malu. Mereka pun mulai mengambil kendali atas emosi Riley.
Emosi gelisah membuat Riley merasa kurang percaya diri setiap kali melakukan sesuatu. Sedangkan iri membuatnya sering dengki dengan semua yang dimiliki orang lain.
Emosi-emosi baru ini membuat hubungan Riley dengan orang-orang terdekatnya kurang baik. Mereka juga mengurung para emosi lama, membuat suasana semakin kacau.
Film ini cocok untuk ditonton oleh semua kalangan, terutama anak-anak dan remaja yang sedang melalui masa transisi.