Sinopsis Film Bolehkah Sekali Saja Kumenangis, Cameo Rayyanza Cipung
Di tengah teror film horor di bioskop muncul Bolehkan Sekali Saja Kumenangis. Film ini membahas kesehatan mental atau mental health, yang akhir-akhir ini jadi isu kuat di tengah masyarakat.
Meski sudah banyak orang yang mengetahui tentang pentingnya masalah kesehatan mental, nyatanya tidak sedikit dari mereka yang masih beranggapan bahwa kesehatan mental adalah hal terlarang dan tabu untuk dibicarakan.
Film diadaptasi dari lirik lagu Runtuh yang dibawakan oleh Feby Putri dan Fiersa Besari. "Tak perlu khawatir, ku hanya terluka. Terbiasa 'tuk pura-pura tertawa. Namun, bolehkah s'kali saja ku menangis. Sebelum kembali membohongi diri?".
Dalam film ini menceritakan kehidupan seorang yang memendam masalah hidup hingga tidak tertahankan lagi. Film ini dibintangi oleh Prilly Latuconsina merangkap produser, Pradikta Wicaksono (Dikta), Antonio Blanco Jr, Shania Gracia, Ummy Quary, Kristo Immanuel, Widi Mulia Kenya Nindia, Dayu Wijanto, Surya Saputra, dan Dominique Sanda.
Ada Rayyanza Cipung
Bagi Anda yang sudah nonton film Bolehkah Sekali Saja Kumenangis pasti tahu kenapa tiba-tiba muncul Rayyanza Malik Ahmad, yang biasa disapa Cipung. Tentu saja ia tetap ditemani suster Rini.
Anak kedua dari pasangan Raffi Ahmad dan Nagita Slavina memang sudah akrab dengan Prilly Latuconsina. Jadi ketika adik Rafathar Malik Ahmad ini di lokasi syuting tampak santai bermain bareng Prilly Latuconsina dan Dikta.
Selain membawa ikan kesayangannya di akuarium mini, Rayyanza juga bermain petak umpet di tirai bareng Prilly Latuconsina.
Sinopsis Film
Bolehkah Sekali Saja Kumenangis mengisahkan perjalanan Tari (Prilly Latuconsina) yang terjebak di lingkungan keluarga toxic. Sang ayah (Surya Saputra) sering melakukan KDRT (Kekerasan Dalam Rumah Tangga) terhadap ibunya.
Sementara sang ibu (Dominique Sanda) enggan keluar dari situasi tersebut. Berkali-kali Tari mengajak sang ibu pergi, tetapi ibunya tetap memilih tinggal bersama ayahnya dan mengabaikan perasaannya sendiri.
Di tengah trauma, luka, dan tekanan yang dialaminya, Tari bertemu dengan rekan kerja sekaligus sahabatnya, Baskara (Dikta Wicaksono). Bersama Baskara dan orang-orang terdekatnya, Tari mencoba bertahan dari semua trauma yang dialaminya.
Film ini menggarisbawahi pentingnya support group, tempat orang dapat berbagi cerita dan mendapat dukungan profesional.