Sinopsis Drakor The K2: Je-Ha Hafal Kebiasaan An-Na
Drama Korea Selatan (drakor) The K2 kembali tayang di Trans TV, pada Rabu 29 Juli 2020 pukul 09.30-11.00 WIB. Kisah berlanjut, Kim Je-Ha (Ji Chang-Wook) menerima tawaran dari Choi Yoo-Jin (Song Yoon-A) dan ketua Joo, untuk bekerja di JSS dan menjadi bagian dari bodyguard Yoo-Jin dan Jang Se-Joon (Cho Seong-Ha).
Je-Ha sendiri mendapat tugas untuk berjaga di rumah yang dijadikan tempat untuk menyekap Ko An-Na (Im Yoona), bersama dengan Jang Mi-Ran (Lee Yea-Eun). Dan di malam pertamanya bertugas, Je-Ha melihat ada seseorang yang sedang bersembunyi di balik atap rumah.
Melihat ada orang berada di balik atap rumah, Je-Ha mencoba menghubungi Mi-Ran, yang tidak diangkat karena saat itu ia sedang tertidur nyenyak. Dengan ilmu parkour tingkat tinggi, Je-Ha bergegas naik ke atas dan perlahan mendekati sosok yang ada di atas atap. Ia pun lega begitu mengetahui ternyata itu adalah An-Na, sedang makan bersama seekor anak kucing.
Usai makan, An-Na tiba-tiba menangis. Ia terbayang botol obat yang dulu ia berikan kepada ibunya sebelum ia meninggal (mungkin ada yang lupa, ibu An-Na ditemukan meninggal dengan sebotol obat di sampingnya). Je-Ha terdiam melihatnya, dan duduk di tempatnya agar tetap bisa mengawasi An-Na.
An-Na sendiri ternyata bisa berada di sana dengan mengakali CCTV menggunakan selimut listrik. Ia masuk melalui loteng yang ada di sebelah kamarnya dan menyusup keluar melalui jendela kecil yang ada di loteng. Je-Ha yang diam-diam mengikutinya, tersenyum kagum melihat trik selimut listrik yang digunakan An-Na. Saat hendak kembali ke luar, Je-Ha melihat foto An-Na kecil bersama ayah (Se-Joon) dan ibunya. Mereka tampak bahagia di foto tersebut.
Mi-Ran terbangun di pagi hari dan kaget melihat ada telepon masuk dari Je-Ha. Setelah sempat menyesali kebodohannya yang tertidur lelap semalam, ia langsung bersemangat kembali karena ge-er mengira Je-Ha menelponnya karena ingin bertemu. Bergegas ia menuju dapur dan mengambil kotak-kotak bekal, lalu meminta ibunya untuk mengisinya dengan berbagai jenis hidangan.
Apes bagi Mi-Ran, setibanya di ruang pengawas, yang ada hanya bodyguard K1, yang sebelumnya menemani Je-Ha bertugas. Mau tidak mau ia pun memberikan makanan-makan tersebut untuknya.
Je-Ha sendiri saat itu sedang mengawasi Gwan-Soo, yang sedang makan usai bermain sepakbola bersama teman-temannya, yang merupakan para pejabat negara. Keluar dari tempat makan, satu persatu dari mereka mendapatkan bingkisan ‘vitamin D’, yang ternyata adalah ‘duit’, alias sogokan dari Gwan-Soo agar terus mendukungnya.
Bodyguard Gwan-Soo lalu menginformasikan mengenai meninggalnya Choi Sun Ja, tante dari Yoo-Jin, yang suaminya memegang sebuah grup keuangan internasional. Karena merasa akan ada hal menarik di sana, Gwan-Soo mengajak bodyguardnya untuk pergi ke sana, meski ia tidak diundang sekali pun.
Kim Dong-Mi (Shin Dong-Mi) sedang membantu Yoo-Jin bersiap untuk pergi ke upacara pemakaman. Dong-Mi memuji bosnya yang belakangan ini rutin mengunjungi dan merawat Sun Ja. Yoo-Jin berdalih bahwa itu hanya show agar ia bisa mendapatkan saham perusahaan JB Group bagian Sun-Ja nantinya. Tapi Dong-Mi tidak percaya karena ia merasa keduanya benar-benar saling memperhatikan.
“Itu semua hanya karena kita bersimpati satu sama lain,” ujar Yoo-Jin. “Tapi aku bahkan tidak punya keponakan sepertiku.”
Setibanya kembali di kantor, ketua Joo langsung mengajak Je-Ha untuk ikut dengannya. Ia menanyakan hasil mata-mata Je-Ha terhadap Gwan-Soo, yang dijawab Je-Ha sesuai dengan yang ia lihat. Ketua Joo menyarankannya agar tidak usah terlalu memforsir banyak energi dan lebih baik menunggu hingga ada kesempatan.
Tujuan mereka ternyata adalah lokasi upacara pemakaman Sun-Ja. Setibanya di sana, ketua Joo heran melihat anak buahnya semua bergerombol di luar. Ternyata mereka tidak diperbolehkan masuk oleh pegawai kuil. Hanya sopir dan seorang asisten saja yang diperbolehkan untuk mendampingi tamu undangan, karena sudah ada tim bodyguard dari sebuah perusahaan keamanan yang berjaga di dalam.
Ketua Joo dan Je-Ha menjadi was-was mendengarnya, apalagi setelah beberapa saat kemudian mobil yang ditumpangi Gwan-Soo melintasi mereka dan masuk ke dalam area kuil.
Saat Yoo-Jin dan Se-Joon tiba di lokasi, ketua Joo menceritakan kondisinya dan meminta mereka untuk sebaiknya pergi karena akan sulit bagi mereka untuk melindungi keduanya apabila terjadi sesuatu di dalam.
Namun Yoo-Jin menolak karena yakin tidak akan ada yang berani mencoba membunuhnya saat ada anggota parlemen di sampingnya. Ketua Joo akhirnya mengutus Je-Ha dan ketua bodyguard unit VIP untuk mendampingi Yoo-Jin dan Se-Joon.
Usai memberikan penghormatan terakhir, keluarga Sun-Ja lalu mengajak Se-Joon dan Yoo-Jin untuk mengikuti mereka menuju ruang pertemuan. Je-Ha yang melihatnya tiba-tiba menghampiri Yoo-Jin. Ia beralasan ada telepon dari rumah bagi Yoo-Jin.
Begitu yang lain melangkah pergi meninggalkan mereka berdua, diam-diam Je-Ha menyelipkan sebuah pulpen ke tas Je-Ha, sambil memintanya untuk menekan pulpen tersebut sekali apabila keadaan mulai mencurigakan agar Je-Ha bisa mendengar apa yang terjadi, serta menekan dua kali apabila Yoo-Jin membutuhkan bantuannya.
Ruang pertemuan keluarga ternyata dijaga dengan ketat. Begitu Yoo-Jin masuk ke dalam, dua orang bodyguard yang berada di dalam langsung menguncinya. Semua anggota keluarga yang lain sudah berada di sana, termasuk Choi Sung-Woon (Lee Jung-Jin), saudara Yoo-Jin, yang menyambutnya dengan santai, namun langsung terdiam kembali karena ditegur oleh pamannya.
Setelah menceritakan tentang alat yang ia berikan pada Yoo-Jin, Je-Ha mengajak rekannya masuk ke mobil sambil menunggu apakah Yoo-Jin nanti menggunakannya.
Kembali ke ruang pertemuan, tujuannya ternyata adalah pembacaan surat warisan dari Sun-Ja. Anggota keluarga yang lain rupanya sudah paham kedekatan Yoo-Jin dengan Sun-Ja sehingga Yoo-Jin sudah mulai mengira akan ada sesuatu yang bakal terjadi.
Ternyata benar, setelah tahu bahwa seluruh harta kekayaan Sun-Ja disumbangkan kepada yayasan milik Yoo-Jin, Pyeongchang Scholarship Foundation, terang-terangan mereka menyatakan ketidaksetujuannya dengan Yoo-Jin yang kini menguasai semuanya (yayasan dan perusahaan), terlebih dengan Yoo-Jin yang hendak menjadi ibu negara.
Yoo-Jin pun diam-diam mengaktifkan mode streaming suara di pulpen dengan menekannya satu kali agar Je-Ha bisa mendengarnya.
Ayah mertua Sung-Woon lalu menawarkan untuk membeli semua saham perusahaan milik Yoo-Jin dengan harga tiga kali lipat, dengan dalih sebagai kado bagi Sung-Woon. Mendengarnya, Se-Joon mengatakan bahwa itu bukan tawaran yang buruk karena bisa membantunya dalam berkampanye. Namun Yoo-Jin tidak bergeming.
“Bagaimana bisa aku begitu saja menjual saham milik yayasan ketika itu tidak benar-benar menjadi milikku?” ujarnya.
“Apakah ini berat bagimu untuk mengambil keputusan atau kamu memang tidak mau?” ayah mertua Sung-Woon balik bertanya.
Ia lalu melanjutkan bahwa saat ini akan berlangsung rapat darurat di yayasan untuk melakukan penunjukan CEO yang baru menggantikan Yoo-Jin. Yoo-Jin yang geram mendengarnya tanpa sengaja mendorong pulpen dari Je-Ha hingga terlempar ke arah Sung-Woon. Sial baginya, Sung-Woon mengambil pulpen tersebut dan iseng menekannya sekali, sehingga sambungan suara terputus.
Ayah mertua Sung-Woon mengungkapkan bahwa rencana mereka adalah untuk mencopot Yoo-jin dari jabatannya terlebih dahulu, menjual saham miliknya, lalu mengembalikan Yoo-Jin sebagai CEO.
Ia juga berjanji akan membantu Se-Joon sebisa mungkin untuk menjadi presiden, sehingga ‘investasi’ mereka selama ini bisa terbayar. Se-Joon mengangguk-anggukkan kepala tanda setuju.
Yoo-Jin lalu mencoba untuk menghubungi perusahaan, namun ibu Sung-Woon mengatakan bahwa tidak ada sinyal di tempat tersebut. Tersenyum puas melihat Yoo-Jin panik, ayah mertua Sung-Woon mengajak Se-Joon untuk bermain baduk sembari menunggu yang terjadi selanjutnya. Lagi-lagi Se-Joon mengiyakan.