Singgung Etika Bangsa dan Budaya Masyarakat, Ini Pesan Presiden Jokowi
"Tantangan bagi bangsa Indonesia ke depan, mulai dari perang dagang antarnegara, radikalisme, hingga revolusi industri, akan semakin sulit," kata Presiden Joko Widodo.
Berprasangka baik merupakan adab masyarakat Islam, yang telah melebuh dalam budaya di Indonesia. Sayangnya, hal itu belakangan seolah kikis dengan cepat lajunya dunia teknologi seperti media sosial. Setiap orang boleh bicara dan memberikan kritik pada orang lain.
Namun, kritik terhadap seseorang yang tak disukai cenderung memperolok dan mengungkap sisi kejelakan semata.
Di sinilah relevan ketika para ulama selalu mengingatkan pentingnya berprasangka baik. Dan itulah yang dikedepankan dalam ajaran Islam.
Dalam kaitan itu, menarik pesan Presiden Joko Widodo tentang tantangan bagi bangsa Indonesia ke depan, mulai dari perang dagang antarnegara, radikalisme, hingga revolusi industri, akan semakin sulit. Untuk itu diperlukan persatuan dan persaudaraan untuk menghadapinya.
Presiden Joko Widodo mengungkapkan hal itu, dalam sambutannya saat menghadiri acara Haflah Khataman Al-Quran dan Haul Al-Maghfurlah K.H. Ahmad Jisam Abdul Manan di Pondok Pesantren An-Najah Gondang, Gondangtani, Kecamatan Gondang, Kabupaten Sragen, Sabtu malam, 14 Juli 2018.
"Selalu melihat orang lain dengan penuh kecintaan. Tidak gampang curiga. Selalu berpikir positif. Tidak selalu menyampaikan hal-hal yang negatif terus." Presiden Jokowi.
"Kita ini bersatu saja menghadapi tantangan besar yang semakin sulit belum tentu bisa memenangkan apalagi tidak bersatu. Oleh sebab itu saya mengajak kita semuanya untuk terus menjaga ukhuwah islamiyah kita, menjaga ukhuwah wathaniyah kita," kata Presiden.
Selain itu, Presiden pun mengingatkan agar masyarakat tidak gampang curiga atau berburuk sangka kepada orang lain. Karena, Presiden melanjutkan, itu bukanlah budaya dan etika bangsa Indonesia dan juga tidak diajarkan oleh Rasulullah.
"Yang benar itu husnu tafahum, selalu berprasangka baik kepada orang lain. Selalu melihat orang lain dengan penuh kecintaan. Tidak gampang curiga. Selalu berpikir positif. Tidak selalu menyampaikan hal-hal yang negatif terus. Merasa benar sendiri. Merasa pintar sendiri. Merasa betul sendiri," ujarnya.
Persatuan dan persaudaraan ini menjadi lebih penting untuk dijaga mengingat Indonesia akan memasuki tahun politik 2019 di mana Pemilihan Presiden akan dilaksanakan. Presiden pun berpesan agar masyarakat tetap rukun walaupun berbeda pilihan politik.
"Sekali lagi pandai-pandai lah memilih pemimpin karena itu penting. Lihat rekam jejaknya. Prestasinya apa. Kinerjanya seperti apa," kata Joko Widodo.
"Jadi saya titip jangan sampai karena berbeda pilihan kita menjadi tidak saling sapa antartetangga. Ya sudah beda dengan tetangga ya enggak apa-apa. Tapi tetap rukun. Itu pesta demokrasi kok. Inilah kematangan kita dalam berpolitik, kedewasaan kita dalam berpolitik," lanjutnya.
Lebih lanjut, Kepala Negara mengingatkan masyarakat agar cerdas dalam menggunakan hak pilihnya, termasuk dalam memilih pemimpin.
Presiden mengimbau masyarakat agar melihat rekam jejak, prestasi, dan kinerjanya terlebih dahulu sebelum menentukan pilihan.
"Sekali lagi pandai-pandai lah memilih pemimpin karena itu penting. Lihat rekam jejaknya. Prestasinya apa. Kinerjanya seperti apa. Dan saya lihat sekarang ini dari hasil pilkada-pilkada yang ada di seluruh Indonesia, 171 pemilihan bupati, walikota dan gubernur, saya melihat masyarakat semakin matang masyarakat semakin dewasa dalam memilih pemimpinnya," ucapnya.
Turut mendampingi Presiden dalam acara ini, Menteri Sekretaris Negara Pratikno, Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo dan Bupati Sragen Kusdinar Untung Yuni Sukowati.
Demikian Bey Machmudin, Deputi Bidang Protokol, Pers, dan Media Sekretariat Presiden, menginformasikan untuk ngopibareng.id. (adi)