Singapura Lawan Demam Berdarah Pakai Pasukan Nyamuk Wolbachia
Singapura mencatat kasus demam berdarah sebanyak 26 ribu sepanjang tahun ini. Negara dengan populasi 5,7 juta jiwa itu kini sedang melawan nyamuk penyebab demam berdarah dengan melepas nyamuk jantan pembawa bakteri bernama Wolbachia. Nyamuk jantan bertugas menghamili betina, dan menyebabkan telur mereka gagal menetas.
Kasus demam berdarah di Singapura tahun ini meningkat dibanding pada 2013 lalu, sedikitnya 23 ribu kasus. Di antara 26 ribu kasus, sebanyak 20 pasien meninggal akibat demam dan pendarahan dalam.
Meningkatnya jumlah kasus disebabkan sejumlah hal. Mulai dari jenis virus yang berkembang, dilengkapi dengan cuaca basah, serta lockdown akibat Covid-19 yang membuat banyak bangunan terbengkalai dan menjadi sarang nyamuk.
Beragam upaya pun dilakukan pemerintah, salah satunya lewat proyek Wolbachia. Ilmuwan berternak kepompong nyamuk mengandung bakteri, yang nantinya akan dilepaskan di wilayah dengan serangan demam berdarah yang tinggi.
Nyamuk jantan dipilih sebagai pembawa bibit bakteri karena mereka tak bisa menularkan demam berdarah, seperti nyamuk betina. Jika nyamuk jantan dengan bakteri Wolbachia kawin dengan nyamuk betina tanpa bakteri, maka telur si betina nantinya tak akan bisa menetas.
Strategi ini sukses di Australia. Namun sejumlah pakar sedikit ragu jika diterapkan di wilayah yang padat penduduk seperti Singapura. "Kalain harus membanjiri pulau dengan nyamuk ini, dan penghuninya akan tergangggu," kata Paul Tambhay, konsultan senior di Rumah Sakit Universitas Nasional Singapura. "Penduduk tentu tidak akan menangkap nyamuk dan memeriksanya, apakah nyamuk ini jantan atau betina. Mereka tentu akan membunuh nyamuk dan upaya ini menghalangi tujuan proyek Wolbachia," imbuhnya. (Rtr)
Advertisement