Singapore Airlines PHK 4.300 Karyawan
Singapore Airlines melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK) terhadap 4.300 karyawan, atau sekitar 20 persen dari tenaga kerjanya karena “turbulensi” pandemi virus corona (Covid-19).
Kepala eksekutif Singapore Airlines Goh Choon Phong menyatakan keputusan sulit itu dilakukan demi mengurangi tekanan yang terjadi akibat ketidakpastian penyelesaian kasus corona.
"Terus terang, masa depan tetap sangat menantang, mengingat harapan bahwa jalan menuju pemulihan akan panjang dan penuh dengan ketidakpastian. Ini merupakan titik di mana kami harus membuat keputusan yang sangat sulit untuk menerapkan langkah-langkah pengurangan staf secara tidak sukarela" katanya seperti dikutip dari AFP.
Goh Choon Phong menambahkan, Singapore Airlines memang rentan mengalami tekanan kinerja di banding maskapai besar lainnya di dunia di masa penyebaran virus corona.
"Operator penerbangan mengalami kerugian bersih 800 juta dolar Amerika Serikat (AS) pada kuartal I 2020 lalu, tidak memiliki pasar domestik dan sepenuhnya bergantung pada rute internasional," terangnya. Semenjak pandemi, lanjut Goh Choon Phong, maskapai hanya beroperasi 8 persen saja.
Sementara itu, Menteri Transportasi Singapura Ong Ye Kung mengatakan, pemerintah akan berusaha membantu pekerja yang terdampak oleh kebijakan Singapore Airline itu.
Berikut daftar maskapai yang PHK dan merumahkan sementara pegawainya:
1. Qantas Airline
Maskapai berbendera Australia ini pada pertengahan Maret merumahkan paksa 2/3 dari 30.000 karyawannya. Hanya sebagian saja yang mendapat gaji selama dirumahkan karena keuangan perusahaan tak cukup. Kebijakan ini dilakukan setelah 150 pesawat mereka tak bisa terbang.
2. FinnAir
Maskapai asal Finlandia, merumahkan sementara seluruh stafnya untuk jangka waktu 14-30 hari mulai awal April. Akibat kebijakan ini, 6.000 orang staf terdampak. Sebelum kebijakan ini dilakukan, dalam situs resmi mereka Finnair.com dikatakan penerbangan untuk tujuan Italia, Tiongkok dan negara terdampak corona lain telah ditiadakan.
3. GoAir
GoAir, seperti dilansir media IndiaToday, sejak 17 Maret 2020, membatalkan seluruh penerbangan internasional. Maskapai bertarif rendah asal Mumbai ini pun memutus kontrak seluruh pilot ekspatriatnya yang berjumlah 70 orang pada 16 Maret lalu. Maskapai ini telah membayar seluruh pesangon dan memfasilitasi kepulangan para pilot ke negara asalnya.
4. Air France
Pada 16 Maret, Air France merumahkan sementara 80 persen stafnya atau sekitar 40 ribu orang. CEO Air France Ben Smith dalam pernyataan resminya yang dilansir media aerotime.aero pada 17 Maret mengatakan, kebijakan ini dilakukan karena kapasitas terbang turun 90 persen. Maskapai ini juga memarkir semua pesawat jenis Airbus A380s dan KLM Boeing 747s.
5. Qatar Airways
Qatar Airways memecat 200 pegawainya yang berkebangsaan Filipina pada 19 Maret. Kabar ini disampaikan Atase Ketenagakerjaan Filipina di Qatar kepada BBC, sehari setelah keputusan pemecatan. Namun, pihak Qatar Airways belum memberikan klarifikasi apapun terkait hal ini.
6. Air Canada
Air Canada merumahkan sementara 16.500 karyawannya. Terdiri dari 15.200 level pekerja dan 1300 level manajer. Termasuk sudah merumahkan 5.149 awak kabin. Keputusan ini diambil pada 30 maret.
Menurut Chief Executive Callin Rovinescu, keputusan ini diharapkan dapat menghemat dana operasional sebesar 500 juta dolar AS. CEO dan CFO pun tak mengambil 100 persen gajinya. Air Canada tercatat mempunyai 36.000 pekerja di seluruh dunia.
7. Air Transat dan West Jet
Maskapai Air Transat seperti dilansir Businessinsider memecat 3.600 pramugarinya. Lalu West Jet memecat 6.900 orang pegawainya. Keduanya adalah maskapai berbasis di Kanada.
8. Norwegian Air
Norwegian Air pada 16 Maret merumahkan sementara 7.300 karyawannya setelah kehilangan 85 persen penerbangan. CEO Jacob Schram mengatakan, "Apa yang dialami perusahaan saat ini tak terprediksi dan di luar kemampuan kami."
Ia mengaku tertekan harus mengambil kebijakan ini, tapi tak ada hal lain yang bisa dilakukan. Walaupun begitu, Jacob menekankan akan segera memanggil kembali para pekerjanya setelah kondisi normal.
9. Virgin Atlantic
Richard Branson, pemilik Virgin Atlantic, pada 26 Maret menulis sebuah surat kepada para pegawainya terkait kondisi keuangan perusahaan. Dalam surat itu ia mengucapkan terima kasih atas kerja sama dan kinerja untuk menopang kelanjutan bisnis maskpai ini di tengah pandemi corona. Namun, dengan berat hati perusahaan mesti mengambil kebijakan agar pekerja mengambil unpaid leave selama delapan minggu sampai enam bulan.
10. British Airways
Bos British Airways Alex Cruz, seperti diberitakan BBC pada 13 Maret, menyatakan merumahkan 30.000 karyawannya selama dua bulan akibat pandemi. Sebagian gaji selama dua bulan akan diberikan menggunakan dana talangan pemerintah Inggris. Besarannya 2.500 poundsterling per bulan untuk setiap orang.
11. Lufthansa
Maskapai penerbangan asal Jerman, Lufthansa, pada awal Maret menyatakan telah membatalkan 7100 penerbangan di Kawasan Eropa, atau sekitar 25 persen kapasitasnya. Pelayanan pun hanya fokus pada penerbangan domestik. Akibat keputusan ini, 27.000 pegawai akan dikurangi jam kerjanya. Juga menutup anak maskapai tarif rendahnya bernama Germanwings per 20 April.
12. Air New Zealand
Air New Zealand memecat 3.500 pegawai atau setara 1/3 seluruh pegawainya pada awal April. CEO Air New Zealand Greg Foran menyampaikan keputusan ini melalui email kepada para pekerjanya. Alasannya, perusahaan merugi 5,8 miliar dolar AS karena pandemi.
13. Emirates
Emirates, seperti dilansir Reuters, pada akhir Maret meminta pegawainya mengambil cuti tak bergaji sampai batas waktu tak ditentukan. Hal ini dilakukan setelah maskapai memangkas lusinan rute tujuan negara-negara teluk. Emirates tercatat mempekerjakan 21.000 awak kabin, 4.000 pilot, dan lebih dari 100.000 pekerja sampai akhir Maret.
14. Hong Kong Airlines
Hong Kong Airlines memecat 170 pekerja dan 400 staf pada 19 Februari. Keputusan ini diambil lantaran rute utama mereka seperti ke Tiongkok tak bisa beroperasi akibat larangan perjalanan yang berlaku selama pandemi.
15. Etihad Airways
Pada awal April, Etihad Airways mengumumkan pemotongan gaji 50 persen di tingkat manajer, dan 20 persen di tingkat staf sampai akhir bulan.