Sinergi Kemenlu dan Orang Kopi, Jajaki Kemungkinan Ekspor ke Turki
Kementerian Luar Negeri dan para penggiat kopi bersinergi. Apa yang terjadi? Yang jelas, kopi Indonesia bakal makin meramaikan pasar kopi dunia.
Sinergi itu melibatkan Komunitas Kopi Nusantara (Kopinusa). Mereka menjajaki peluang untuk memasarkan produk kopi Nusantara secara langsung ke Turki.
Penjajakan tersebut dilakukan melalui pertemuan bisnis di kawasan BSD Tangerang Selatan. Dihadiri pengusaha sekaligus importir kopi asal Turki, Fatih Topuz.
Hadir dalam pertemuan tersebut mantan Dubes Indonesia di Spanyol Yuli Mumpuni Widarso. Lalu ada ahli kopi Rudi Ersan, para penggiat Kopinusa yang dipimpin ketuanya Iwan Manasa.
Hadir juga Albertus Gua, Manajer Kopi Sekunder Masyarakat Pelindung Indikasi Geografi - Arabika Flores Bajawa (MPIG AFB) yang datang langsung dari Bajawa, Kabupaten Ngada, NTT.
Dalam kesempatan tersebut, Kopinusa dan Koperasi Sekunder MPIG AFB mempresentasikan beberapa sampel kopi unggulan Tanah Air. Termasuk kopi Flores, yang diwakili kopi Arabika Flores Bajawa dan kopi Manggarai yang sampelnya dikirim oleh Asosiasi Petani Kopi Manggarai (Asnikom).
”Sejak awal, Kopinusa memang _concern_ mempromosikan dan memasarkan kopi-kopi Nusantara, termasuk kopi Flores, melalui jaringan yang kami miliki di luar negeri,” ujar Iwan Manasa.
Pengusaha Turki Fatih Topuz, lanjut Iwan, memang khusus datang ke Indonesia untuk ”berburu” sekaligus berbelanja kopi Nusantara, langsung dari negara asalnya.
”Kita tahu, selama ini banyak produk kopi asal Indonesia yang beredar dan dijual di pasar internasional melalui orang ketiga. Dengan langsung bertemu petani dan pemilik produk di Indonesia, kualitas dan harga tentu akan lebih terjamin,” kata Iwan, yang juga politisi dan aktivis muda asal Flores.
Manajer Kopsen MPIG AFB Albertus Gua menyambut positif hajatan yang digelar Kopinusa. Bagi Albert, kegiatan semacam ini penting untuk memperkenalkan produk-produk kopi binaan koperasinya, di samping mendengar langsung aspirasi konsumen luar negeri terhadap kopi Nusantara.
”Kita bisa tukar menukar informasi dan pengalaman, sekaligus menjajaki peluang bisnis, mengingat Turki adalah salah satu negara Eropa yang cukup tinggi konsumsi kopinya,” tutur Albert.
Fatih Topuz sendiri mengaku senang bisa bertemu dan berdialog langsung dengan para pemilik produk kopi Nusantara. Meskipun sudah lama perusahaannya mengimpor kopi Nusantara, terutama dalam bentuk biji hijau ( _green bean_), namun baru kali ini ia bertemu langsung dengan pemilik produknya.
”Selama ini saya lebih sering membeli biji kopi Indonesia dari pasar internasional di Inggris atau Belanda,” tuturnya.
Menurut Fatih, setiap tahun pihaknya mengimpor tidak kurang dari 5.000 ton kopi dari berbagai negara, termasuk Indonesia.
”Selain untuk konsumsi dalam negeri Turki, terkadang kami distribusikan juga ke satu-dua negara di kawasan Balkan, yang secara geografis relatif dekat dari Turki,” ujarnya.
Fatih memberikan apresiasi khusus terhadap kopi Flores, yang sempat ia cicipi di sesi _coffee cupping_. Ia berjanji akan membawa sampel kopi Bajawa dan Manggarai untuk ia bahas dengan teman-temannya sesama pengusaha di Istanbul.
”Biasanya, sepulang dari belanja kopi – seperti kedatangan ke Indonesia kali ini – saya dan teman-teman akan bertemu untuk mempelajari berbagai penawaran yang datang,” kata Fatih, yang mengaku selama ini sering mengimpor kopi dari Gayo - Aceh. (*)