Sindir Mafia Minyak Goreng, Dua Lelucon Ekspor-Impor Bikin Ngakak
Kelucuan dalam kasus kelangkaan minyak goreng di Indonesia telah terjawab. Dengan ditetapkannya para pelaku penyalanggunaan wewenang atas negara. Tentu warga sipil masih penasaran dengan kasus ini. Juga dengan Amrin Pembolos, tokoh lelucon kita, yang baru paham soal kasus ini.
Pemerintah melalui Kejaksaan Agung menetapkan empat tersangka mafia minyak goreng, pada Selasa 19 April 2022. Penetapan 4 tersangka yang terdiri dari 1 pejabat di lingkungan Kementerian Perdagangan, dan 3 bos produsen minyak goreng, melalui proses penyidikan yang panjang. Empat tersanga juga dijerat dengan pasal berlapis, di antaranya unsur korupsi sebab membawa kerugian bagi negara.
Empat tersangka antara lain Stanle MA (SMA), Senior Manager Corporate Affairs Permata Hijau Group, Master Parulian Tumanggor (MPT), Komisaris PT Wilmar Nabati Indonesia, serta Picare Togar Sitanggang (PT), dan General Manager bagian General Affairs PT Musim Mas. Yang mengejutkan, peran Direktorat Jenderal Perdagangan Luar Negeri Kementerian Dalam Negeri (Dirjen Daglu Kemendag) Indrasari Wisnu Wardhana (IWW).
Fakta ini membuktikan pernyataan Menteri Perdagangan (Mendag) Muhammad Lutfi ketika dengar pendapat di DPR RI. Ia pun berjanji mengungkapkan identitas mafia migor. Kelucuan itu pun timbul ketika Wakil Ketua DPR RI Rachmat Gobel menyatakan, tak ada mafia minyak goreng (migor). Yang, lagi-lagi respon terhadap masalah ini, bertolak belakang dari fakta. Rachmat Gobel menegaskan pada pertemuan Inter-Parliamentary Union (IPU) ke-144 di Bali, Senin 21 Maret 2022.
Rachmat Gobel menjelaskan, ada masalah pengaturan dalam tata niaga juga dalam kepemimpinan, manajerial, dan pendekatan dalam mengelola tata niaga minyak goreng. "Yang ada adalah kesalahan kita dalam mengatur dan membuat kebijakan. Itu saja. Namanya pengusaha ya cari untung. Dia lihat ada celah dalam peraturan, lengah, ya dia masuk. Jadi, jangan kita langsung mencap bahwa ini adalah mafia," katanya.
Ah, daripada putar-putar kepala jadi pening, kita nikmati saja lelucon soal ekspor-impor. Siapa tahu ada kemiripan kasusnya.
Jeruk Amerika dan Kondom Rusia
Seorang tentara Rusia dan seorang perempuan Amerika sedang berduaan di tepi sungai Elbe merayakan kemenangan pada Perang Dunia II.
Si perempuan Amerika menikmati buah jeruk dan mengambil jeruk dalam tasnya. Setelah mengupas jeruk tersebut, kulit jeruk tersebut dimasukan kedalam tas dan disimpan dengan rapi.
Dengan heran pria Rusia ini bertanya, "Untuk apa kamu simpan lagi kulit jeruk tersebut?"
Si perempuan menjawab, "Di Amerika kami mengolah lagi kulit jeruk ini menjadi jeruk-jerukan dan mengekspornya ke Rusia."
Setelah selesai bercumbu dan bercinta, kemudian tentara Rusia menggulung dan melipat dengan rapi kondom yang telah digunakan tadi dan menyimpannya dalam saku baju.
Penasaran, si perempuan berkata, "Jorok kamu, untuk apa kamu simpan lagi kondom bekas itu?"
Tentara Rusia berkata, "Di Rusia, kami biasa mengolah kondom bekas menjadi permen karet dan mengekspornya ke Amerika".
Gudeg Paling Enak
Alkisah, waktu makan siang di Negeri Belanda, seorang turis peserta tour asal Indonesia kangen dengan masakan Indonesia ala Yogya, gudeg.
Segera dicarinya rumah makan Indonesia dan memesan gudeg. Setelah dicicipi ternyata lebih enak daripada gudeg di Yogya yang asli sehingga membuatnya jadi penasaran.
"Mas, apa rahasianya kok gudeg di sini rasanya lebih enak dibandingkan dengan di tempat aslinya?" tanyanya penasaran.
"Oh, itu karena nangkanya, Mas. Di Yogya pakai nangka lokal, sementara kami di sini memakai nangka impor," jawabnya.
"Emangnya impor dari mana?"
"Dari Yogya, Mas..."
Ha....