Simtom Demokrasi, Depresi Caleg Gagal
Masyarakat sakit menjadi simtom yang menegangkan, di tengah gegap gempita perayaan demokrasi, Pilpres dan Pemilihan Legislatif dan DPD-RI. Mereka yang mengalami kegagalan akan mengalami gangguan kejiwaan bila tak siap mental.
Dalam The New Oxford Dictionary, “a symptom” diartikan: fenomena fisik atau mental, keadaan atau perubahan kondisi yang timbul dari dan menyertai suatu gangguan dan merupakan bukti untuknya secara khusus merupakan indikator subjektif, dapat dilihat oleh pasien dan disesuaikan dengan objektif.
Mereka yang mengalami kegagalan akan mengalami gangguan kejiwaan bila tak siap mental. Depresi tak hanya dialami para caleg yang gagal, melainkan juga tim sukses yang jagonya mengalami kekalahan.
Begitu pun ada tengara penting disampaikan psikiater sekaligus Direktur Utama Pusat Kesehatan Jiwa Nasional DR Dr Nova Riyanti Yusuf, SpKJ mengatakan calon legislatif (caleg) yang mencalonkan diri namun tanpa tujuan yang jelas rentan mengalami gangguan mental.“
Tapi kalau caleg mencalonkan diri tapi tujuannya tidak jelas, kemudian kalah, pasti kecewa berat,” kata Nova pada diskusi daring, dikutip Jumat 16 Februari 2024.
Nova mengatakan, banyak pasien yang pernah gagal saat mencalonkan diri sebagai caleg kemudian terlilit hutang atau kecewa berat hingga depresi dan mengakhiri hidupnya.
Tim Sukses pun Stres
Salah satu kasus di masa lalu, tepatnya pada 2019. Fenomena kelam Mursyid (45) seorang tim sukses dari calon anggota DPRD Kabupaten Cirebon, Jawa Barat, mengaku mengalami depresi.
Warga Desa Penpen, Kecamatan Mundu, Kabupaten Cirebon, ini tak kuat karena terus ditagih sang caleg mengenai hasil perolehan suara yang di luar prediksi.
Ironisnya, sang caleg yang dimaksud adalah Khaerudin (35) yang tak lain adalah adik kandungnya sendiri.
Dia mewakili daerah pemilihan tujuh yang meliputi enam kecamatan, yaitu Kecamatan Astanajapura, Beber, Greged, Mundu, Sedong, dan Susukan Lebak.
Mursyid menyampaikan keluhannya, “Saya tim sukses ring satu untuk caleg PAN Nomor 6 Dapil 7, namanya Khaerudin. Dia adik kandung saya".
Dia hanya mendapatkan 567 suara dari jumlah suara yang ditargetkan sebanyak 3.000 suara.
Anak kedua dari pasangan Basyir (alm) dan Aminah ini menceritakan, tekanan itu diduga terjadi setelah Khaerudin memberikan sejumlah uang dan 3.000 butir telur dalam dua mobil boks kepada Mursyid.
Hanya Tujuan Kekuasaan
Tidak sedikit caleg yang mencalonkan diri hanya untuk tujuan kekuasaan ataupun materil, dan berujung kekalahan.
"Dengan tujuan yang baik, atau benar-benar ingin berjuang untuk negeri, akan memperkecil kemungkinan masalah mental yang dialami," kata Nova Riyanti.
Nova menyebut, tak sedikit caleg kalah suara yang akhirnya berobat ke psikiater, menyatakan bahwa mereka tidak dapat menerima kekalahan tersebut. Bahkan, tidak hanya caleg yang berobat, namun keluarga hingga tim sukses mereka juga tak jarang yang turut mengalami stres hingga gangguan kesehatan mental akibat kekalahan tersebut.
“Semua kembali ke intensi atau tujuan dari calegnya, kalau intensinya memang kompetisi sehat, tujuannya jelas, punya visi-misi dan lain sebagainya, saat kalah atau menang itu akan sama seperti di kontestasi lainnya,” Nova menjelaskan.
Mempersiapkan mental sebelum dan sesudah terjun ke dunia politik adalah modal utama bagi para pemimpin dan calon legislatif. Menanamkan dalam jiwa untuk siap kalah adalah sebuah keharusan.
Disamping membutuhkan modal yang besar, daftar calon tentu tidak sebanding dengan jumlah kursi yang tersedia.
Untuk itu, Nova menegaskan para caleg mestinya mempersiapkan mental sematang mungkin untuk mengikuti dinamika Pemilu 2024 yang akan datang.
Memang, hingga saat ini, sejumlah rumah sakit di berbagai daerah juga telah menyiapkan berbagai kamar dan layanan untuk menangani caleg gagal pada pesta demokrasi mendatang.
Advertisement