Silent Majority Kejutan Pemilu
Silent majority adalah istilah dalam bahasa Inggris yang jika diterjemahkan ke bahasa Indonesia artinya mayoritas yang diam. Sejumlah besar orang yang tidak menyatakan pendapat dan opininya secara terbuka tentang sesuatu secara publik, seperti dijelaskan dalam laman Cambridge Dictionary.
Menurut Merriam-Webster, silent majority adalah bagian terbesar dari populasi suatu negara yang terdiri dari orang-orang yang tidak terlibat aktif dalam politik dan tidak mengungkapkan pendapat politiknya di depan umum.
Dalam sejarahnya, istilah silent majority pertama kali digunakan secara politis oleh Warren Harding dalam kampanye pada 1919. Istilah silent majority kian populer setelah Presiden Amerika Serikat (AS) 1969-1974, Richard Nixon, mengimbau agar kaum mayoritas yang diam untuk mendukungnya terkait melanjutkan perang di Vietnam, 3 November 1969.
Istilah silent majority muncul kembali saat Presiden AS 2017-2021, Donald Trump menggunakannya dalam kampanye Pemilu 2016. Dalam sejumlah pidato, Trump mengakhirinya dengan menyatakan kaum mayoritas yang diam telah kembali untuk mendukungnya, dikutip dari NPR.
Istilah silent majority juga muncul di Pemilu Indonesia, Rabu 14 Februari 2024. Ketua TKD Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka Jawa Barat (Jabar), Ridwan Kamil menyinggung adanya silent majority dalam unggahan quick count data masuk 20%. Pada unggahan tersebut, paslon yang didukungnya unggul.
"Pelajaran. Silent majority sudah berbicara. Siapa mereka?" tulis mantan Gubernur Jawa Barat ini di Instagram Ridwan Kamil.
Mereka yang menyimak namun jarang komen, mereka yang jarang ribut-ribut di medsos tiap akun ini posting #politik.
Ramai di medsos oleh noisy minority bukan ukuran realita yang sama di lapangan.
Bulian/ejekan di medsos tidak pernah kami jawab, cukup kami jawab dengan kerja-kerja terukur di lapangan.
Info Grafis Silent Majority Kejutan Pemilu
Usai pemungutan suara selesai, Rabu 14 Februari 2024, kini ramai istilah silent majority.
Silent majority adalah istilah dalam bahasa Inggris, diterjemahkan ke bahasa Indonesia artinya mayoritas yang diam.
Fenomena silent majority dianggap sulit diprediksi melalui jajak pendapat atau survei elektabilitas menjelang Pemilu. Sifatnya sengaja diam atau tidak menunjukkan ketertarikan politik sama sekali.
Istilah silent majority pertama kali digunakan secara politis oleh Warren Harding dalam kampanye pada 1919.
Richard Nixon mempopulerkan silent majority saat menjabat Presiden Amerika Serikat (AS) 1969.
Donald Trump merasa dapat dukungan silent majority saat terpilih sebagai Presiden AS periode 2017-2021.
Kejutan di Indonesia, silent majority meski menyembunyikan pilihannya dari petugas survei, mereka tetap mencoblos capres pilihannya di bilik suara.