Sikapi Ustadz Terjemahan, Gus Baha: Keluaran Pesantren Harus Pede
Jika lulusan-lulusan kampus berani mengatakan, "Saya ahli hukum, saya ahli kedokteran, ahli ekonomi, dan seterusnya".
Maka sudah seharusnya kita yang orang pesantren berani bilang, "Saya ahli kitab Bukhari, ahli Fathul Wahab, ahli Ihya’, ahli Al-Qur'an dan lain-lain".
Begini penjelasan KH Ahmad Bahauddin Nursalim (Gus Baha):
Dengan keberanian kita menyampaikan dan mengakui hal sesungguhnya, supaya umat paham, kemana ia harus mencari ilmu agama dengan orang yang tepat.
Kadang percaya diri (pede) itu juga penting. Jangan sampai tawadhu’ salah penempatannya. Bila santri yang sudah ngaji lama di pondok, sudah mengkhatamkan banyak kitab, lebih memilih tidak mengajar ngaji dengan alasan masih banyak kekurangan, dan takut sombong. Itu malah sikap yang tidak tepat, kita bukan Nabi kok bercita-cita benar terus?
"Karena tempat-tempat yang harusnya bisa diisi lulusan pondok, malah hanya diisi oleh mereka yang dakwah lewat terjemahan, dan diisi ‘kubu sebelah’ yang bahkan masih sangat awam."
Yang dimaksud dakwah lewat terjemahan, adalah munculnya ustadz-ustadz di televisi yang tidak mempunya landasan ilmu yang benar. Mereka berkebal terjemahan Al-Quran, yang beredar di pasaran, baik dari Kementerian Agama maupun penerbitan lainnya.
Demikian pesan dakwah KH. Baha'uddin Nur Salim, Rais Syuriyah PBNU.
#NahdlatulUlama
#GMNUcyberTeam
Advertisement