Sikap Serigala bagi Sesama, Kiai Marzuki: Itu yang Harus Dipupus
Ketua PWNU Jawa Timur KH. Marzuki Mustamar mengingatkan, agar umat Islam memupus Semangat hidup “Homo Homini Lupus", yakni manusia adalah serigala bagi sesamanya. Sebab hal itu telah menjadi akar dari rusaknya sendi-sendi sebagai manusia serta persaudaraan dengan sesama.
“Malaikat rahmat tidak mau hadir pada rumah yang ada anjingnya. Rumah atau anjing janganlah dimaknai sebagai rumah atau anjing secara fisik, tapi hati dan sifat hewani manusia. Ketika hati bersih, maka hidayah, rahmat, dan keberkahan dari Allah akan hadir,” tegas Kiai Marzuki Mustamar menjelaskan salah satu Tafsir Imam Ghazali.
Tak lupa, KH. Marzuki Mustamar juga mengingatkan, agar berhati-hati dalam mencari ulama panutan. Karena, di jaman akhir banyak ulama kadzdzabiin-yang memakai simbol-simbol agama justru untuk memecah belah umat.
“Jika Islam harus jadi Arab, Kristen harus jadi Amerika, Hindu harus jadi India, rusak negeri ini. Yang ada hanya perpecahan. Mari kita ambil Islamnya, tapi tidak harus diambil Arabnya,” tutur KH. Marzuqi Mustamar, dikutip ngopibareng.id, Jumat 2 Agustus 2019.
KH. Marzuki Mustamar membuka tausiyah dengan harapan agar perguruan tinggi Islam di Indonesia menjadi kampus yang semakin besar lagi. “Semoga UINSA bisa segera membuka Fakultas kedokteran. Mumpung ada Irjen hari ini,” ujar KH. Marzuki Mustamar.
“Jika Islam harus jadi Arab, Kristen harus jadi Amerika, Hindu harus jadi India, rusak negeri ini. Yang ada hanya perpecahan. Mari kita ambil Islamnya, tapi tidak harus diambil Arabnya,” tutur KH. Marzuqi Mustamar.
KH. Marzuki Mustamar mengajak kepada segenap umat Islam untuk kembali memaknai hakikat diri sebagai manusia. Yakni dengan menghilangkan sifat-sifat hewani yang membuat sisi kemanusian diri hanya layaknya topeng.
“Marilah kembali menjadi manusia. Jangan sampai dhohir manusia, tapi mental kita seperti hewan,” tegas KH. Marzuki Mustamar.
KH. Marzuki Mustamar merupakan salah satu diantara sekian banyak Kyai dan juga tokoh Nahdlatul Ulama yang sangat Kharismatik dan juga memiliki kemampuan keilmuan yang sangat luar biasa. Namun tingginya ilmu yang beliau miliki tak lantas membuat beliau menjadi seseorang yang congkak dan tinggi hati.
Salah satu tokoh Nahdlatul Ulama yang sangat getol menjadi pembela Panji-Panji Nahdhatul Ulama. Kiai Marzuki memiliki sifat yang sangat sederhana dalam bertindak dan juga berbuat, dan tak akan pernah kelihatan neko-neko dalam menyikapi segala sesuatu.
KH. Marzuki Mustamar lahir dari golongan yang sangat agamis. Ayah beliau Kiai Mustamar merupakan salah seorang kyai yang sangat mengerti dan juga memiliki kemampuan dalam bidang keagamaan yang sangat tinggi. Dari ayah dan ibunya, Nyai Siti Jainab inilah kemampuan KH Marzuki Mustamar benar-benar diasah dan juga sangat berkembang.
Bukan hanya ilmu agama yang diajarkan oleh abah dan uminya namun rasa kemandirian, tanggung jawab dan juga disiplin juga beliau ajarkan kepada KH. Marzuki Mustamar. Ia sangat getol membela amaliah Aswaja, seperti tahlilan, manakiban dan lainnya. Bahkan seperti Habib Syech bin Abdul Qodir Assegaf dari Solo, Kiai Marzuki Mustamar pun memperjuangkan sholawatan.
Selain belajar dari abah dan uminya sejak kecil beliau sudah dididik untuk memiliki etos kerja yang sangat tinggi. Berkat arahan dari lek Umi Kulsum, Kiai Mazuki dipasrahi untuk menggembala beberapa ekor kambing dan juga memelihara beberapa ekor ayam petelur dari sinilah bakat untuk memimpin umat dan juga memelihara keutuhan umat KH. Marzuki Mustamar benar-benar mulai terasah.(adi)