Sikap Reaktif dan Heroik, Umat Islam Jangan Mudah Terbuai
Umat Islam Indonesia termasuk di dalamnya Muhammadiyah hidup dalam tantangan yang tidak ringan. Sebagai mayoritas tidak cukup berhitung secara jumlah dan peran aktual.
Agenda terberat dan terbesar umat Islam saat ini, termasuk bagi Muhammadiyah, ialah membangun kekuatan sebagai Khaira Ummah, yakni menjadi kekuatan yang unggul berkemajuan. Muhammadiyah dan seluruh kekuatan umat harus maju di segala bidang.
“Kemajuan dapat dibangun manakala terus berusaha atau bergerak mengerahkan segala kemampuan dalam menghasilkan amal usaha dan segala karya yang unggul dibanding kelompok masyatakat lain. Maka teruslah membangun pusat-pusat keunggulan di bidang pendidikan, ekonomi, ilmu pengetahuan, dan lain-lain,” kata Ketua Umum PP Muhammadiyah Haedar Nashir, dikutip ngopibareng.id, Ahad (3/12/2017).
Namun, diingatkan, gerak menuju kemajuan akan tersendat dan jalan di tempat jika para pemimpin dan warganya memiliki kebiasaan dan sikap reaktif dalam menghadapi keadaan. Selama terus reaktif apalagi dalam merespons hal-hal yang bersifat isu maka peluang untuk berusaha dan bekerja kian sempit, energi pun terkuras.
“Padahal pada saat yang sama umat banyak keterbatasan dan kelemahan. Nahyu munkar memang penting tetapi harus seimbang dengan amar makruf, begitu pula sebaliknya,” tegasnya.
Lebih-lebih manakala atas nama nahyu munkar memunculkan sikap serba negatif (negative thinking) secara meluas sehingga umat atau elite umat terjebak pada reaktif-konfrontatif terus menerus tanpa diimbangi kearifan dan mempertimbangkan kondisi umat Islam secara keseluruhan yang beragam. Lama kelamaan umat akan mengalami marjinalisasi di berbagai bidang, sedangkan pihak lain yang untung dan maju. Lebih dari itu usaha-usaha membangun kemajuan akan kendor dan terkalahkan, sehingga umat semakin lemah.
Karenanya bekerja keras membangun pusat-pusat keunggulan sungguh menjadi prioritas yang sangat penting dan strategis jika Muhammadiyah dan umat Islam ingin berada di depan. Agenda meraih kemajuan tersebut memang berat karena harus bekerja keras dan bergerak nyata.
“Sedangkan sikap reaktif itu biasanya cukup dengan bicara dan berdebat. Maka Muhammdiyah dan umat Islam jangan terbuai dengan sikap-sikap reaktif yang boleh jadi tampak heroik, tetapi tidak produktif,” kata Haedar Nashir.
Dalam pandangan Muhammadiyah, diingatkan Haedar Nashir, disebut bergeser dari jihad reaktif melawan sesuatu (al jihad lil-mu’aradhah) menuju jihad proaktif membangun sesuatu atau al-jihad lil-muwajahah. (adi)