Sikap Kebencian Memicu Tindakan Sadis, Pesan Alissa Wahid
Alissa Wahid, putri sulung Gus Dur, mengatakan, aksi terorisme dimulai dari prasangka yang terus menerus diperkuat sehingga kerap menumbuhkan kebencian terhadap suatu kelompok yang bisa memicu tindakan sadis. Seperti halnya pelaku teror di Selandia Baru belum lama ini.
Oleh karena itu, menurut Alissa penting sekali untuk berusaha meredam ideologi-ideologi yang berbahaya tersebut, utamanya di Indonesia.
“Karena itu mengelola isu perbedaan dan kemudian menghilangkan sikap penuh kebencian dan prasangka itu penting. Kita tahu Indonesia saat ini berada dalam tahun politik yang seringkali sikap “us” versus “them” atau kita lawan mereka ini kemudian menjadi komoditi politik.
"Atau yang seorang peneliti menyebutnya sebagai pelintiran kebencian, karena itu kami secara spesifik memasukkan menolak isu Selandia Baru dijadikan sebagai komoditas politik di Indonesia,” jelas Alissa.
Alissa menambahkan, internet merupakan bagian yang terpenting dalam penumbuhan paham radikalisme baik secara individual maupun kelompok.
"Kami dengan tegas mengecam dan menolak upaya sebagian kalangan untuk menggunakan aksi teror ini untuk menyebarkan kebencian kepada umat non-muslim atau terhadap dunia barat sebagaimana terlihat di media sosial kita.
"Tindakan semacam itu selain tidak bermoral, tidak bertanggung jawab, juga akan menciptakan lingkaran kebencian yang tiada habisnya. Kami juga menolak aksi ini digunakan sebagai komoditas politik," tambah Alissa, yang bersama tokoh lintasagama berkumpul di Jakarta untuk menyatakan keprihatinan atas kasus terorisme.
Para tokoh lintas agama dan kepercayaan ini juga memberikan penghargaan setinggi-tingginya kepada PM Selandia Baru Jacinda Ardern yang mengulurkan tangannya dan simpati, serta dukungan kepada umat muslim di negerinya dan dengan tegas menolak ideologi kebencian yang merupakan motif di balik peristiwa berdarah ini.
Penghargaan juga mereka alamatkan kepada Menlu Indonesia Retno LP Marsudi yang juga dengan tegas mengutuk aksi teror tersebut.
Alissa menambahkan, internet merupakan bagian yang terpenting dalam penumbuhan paham radikalisme baik secara individual maupun kelompok.
Oleh karena itu, kata Alissa pemerintah harus lebih sigap menangkap sinyal-sinyal paham radikalisme yang sangat dimungkinkan tumbuh di lingkungan masyarakat dengan menutup konten internet yang berbau radikalisme agar masyarakat tidak memliki pemahaman dan perubahan pemahaman dan sikap ke arah yang tidak diinginkan.(adi)
Advertisement