Sihabudin; Merekam Tradisi Praonan di Pasuruan
Sihabudin atau biasa dipanggil Budin, mahasiswa semester 6 di Universitas Negeri Malang merupakan peserta termuda di pameran 'Berlabuh Sukacita' yang akan dilaksanakan pada 13-20 Mei 2023 di Dewan Kesenian Malang bersama Awan Pamungkas, Garis Edelweiss, Saiful Ulum, Wahyu Nugroho dan Yoes Wibowo. Namun hal tersebut tidak membuat hasil karyanya terlihat kontras dari yang lainnya.
Budin gemar menggambar sejak kecil, dan semakin menjadi-jadi, merasa mantap dan passion dalam dunia menggambar yaitu sejak ia duduk di bangku Sekolah Menengah Pertama (SMP). Di masa itu, dia sering diajak menggambar hanya berdua dengan guru seninya di jam kosong dan waktu-waktu senggang lainnya di sekolah. Hal itu membuat Budin menyadari bahwa gambarnya patut muncul di permukaan. Untuk itulah ia memutuskan terus menggambar. Sepertinya salah satu penyebab kepercayaan diri itu bisa muncul karena si Guru Seni Budaya semasa SMP senantiasa menugasinya - sebagai pencari ilmu seni ulung - untuk datang ke sebuah pameran tahunan Pasuruan, Gandheng Renteng. Melihat potensi baik dan menyenangkan dalam dunia seni itulah membuatnya semakin yakin untuk berkesenian.
Singkat cerita, pada perhelatan Gandheng Renteng #9, Budin menjadi salah satu peserta. Tidak lagi menjadi orang luar. Pada pameran pertamanya itu, karyanya banyak menarik perhatian apresiator. Hingga puncaknya di masa Budin saat ini - yang akan ada puncak-puncak berikutnya -, ia menjadi salah satu peserta pada pameran yang diadakan oleh Galeri Nasional Indonesia. Lebih membahagiakan lagi karyanya dijadikan ikon pada pameran tersebut. Yang kemudian diproduksi untuk menjadi katalog, poster, merchandise, dan kebutuhan publikasi lainnya.
Sejak saat itu, lelaki murah senyum itu mulai dikenal oleh khalayak luas, pameran di luar kota, dan pernah menjadi seniman undangan pameran 10 Pemuda di Bandung, dari seluruh Indonesia, Budin menjadi salah satunya.
Perjalanan berkaryanya yang mulus hingga saat ini, disebabkan selain visual dan teknik gambarnya yang tidak perlu diragukan lagi. Budin juga senantiasa membawa wacana menarik yang dekat dengan dirinya. Pada pameran kali ini, owner platform 2.5 dimensi itu memilih objek perahu sebagai salah satu simbol pembawa wacana. Hidup di pesisir Pasuruan membuat ia merasa dekat dengan kehidupan laut. Proses menggambar yang dibersamai dengan Hari Raya Idul Fitri, membuatnya ingin merekam momen tersebut melalui karya gambar.
Parade laut, begitu ia memberi tajuk. Menggambarkan tradisi Praonan, tradisi yang ada di Pasuruan yang dilaksanakan setiap seminggu setelah Hari Raya Idul Fitri, atau saat hari raya ketupat. Sebagai bentuk rasa syukur atas nikmat dan kesehatan yang telah diberikan Allah, sehingga dapat menjalankan ibadah puasa dan merayakan Idul Fitri. Pada awalnya tradisi ini hanya kegiatan di daerah sekitar pelabuhan untuk menjamu tamu atau sanak saudara dari jauh yang ingin menaiki perahu dan dilanjutkan melihat suasana laut Pasuruan. Namun seiring berjalannya waktu, kegiatan sederhana itu menjadi tradisi yang meriah dan rutin dilakukan setiap tahun di Pasuruan.
Pada tradisi Praonan, masyarakat akan bersama-sama menaiki perahu dan berlayar di laut. Dalam salah satu media online lokal, salah satu yang membuat istimewa dari tradisi ini yaitu ketika awak perahu menempatkan perahu pada letak yang strategis untuk dapat menyaksikan ikan hiu tulul yang berada sekitar 6-7 mil dari pelabuhan Pasuruan. Hal-hal menarik seperti itulah yang menyebabkan padatnya kawasan pelabuhan saat tradisi Praonan berlangsung. Masyarakat senantiasa antusias dan tak sedikit orang yang rela melakukan perjalanan jauh untuk ikut memeriahkan tradisi ini.
Pada kekaryaan Budin, budaya menjadi salah satu ide kreativitas dalam proses penciptaan karya seni. Karya seni dalam konteks budaya akan mengkaji mengenai realitas sosial, tradisi, adat-istiadat, historis, religi, ekonomi, bahkan juga sistem pemerintahan.
Sebuah kebudayaan memiliki sifat yang statis, tertutup, aman, imanen, manusia dapat hidup dan aman di dalamnya. Sementara itu, kreativitas bersifat dinamis, terbuka, bebas, tidak biasa, penuh resiko (tidak aman dan nyaman) serta transenden (Sumardjo, 2000). Meskipun dalam istilah kreativitas dan kebudayaan bertolak belakang, namun dalam proses penciptaan karya seni, kebudayaan dapat dijadikan sebagai ide/gagasan/konsep dalam berkreativitas mewujudkan karya. Melalui budaya, seniman yang berkreativitas akan melahirkan karya yang lebih tinggi nilainya. Sebab karya tersebut akan menggambarkan realitas sosial, tradisi, adat istiadat atau bahkan sistem pemerintahan suatu daerah pada saat itu.
Meminjam pernyataan seniman instalasi asal Yogyakarta, Heri Dono, bahwa: "Seni adalah kesaksian dari zaman"
Fenomena perkembangan sains, teknologi, kebudayaan atau peradaban menjadi sesuatu yang komprehensif untuk diekspresikan dalam bentuk karya, sehingga sebuah karya dapat mencerminkan zamannya.
Proses perekaman budaya melalui karya tersebut akan menjadi wacana di masa mendatang. Karya seni yang dapat berkomunikasi dengan penikmatnya adalah karya seni yang memiliki nilai mencakup keseluruhan kehidupan manusia (Ansar, 2012). Selain itu, tingginya nilai budaya sebuah karya juga akan menggambarkan pengkaryanya. Dengan demikian, karya seni (dalam konteks saat ini adalah rupa) akan memiliki eksistensi yang lebih luas lagi.
Budin akan merekam tradisi tersebut dengan imajinasi dan kreaitivitasnya melalui karya gambar yang penuh arsiran indah. Selengkapnya di pameran 'Berlabuh Sukacita' yang akan dibuka tanggal 13 Mei pukul 19.00 WIB di Dewan Kesenian Malang, Jl. Majapahit No. 3, Kauman, Kec. Klojen, Kota Malang, Jawa Timur 65119. Pameran tersebut akan terus berlangsung hingga tanggal 20 Mei 2023.
*Kharisma Nanda Zenmira, penulis seni tinggal di Pasuruan