Sifilis Raja Singa Naik 70 Persen, Jatim Laporkan 1.000 Kasus
Kementerian Kesehatan menemukan peningkatan kasus sifilis sebanyak70 persen, selama lima tahun terakhir. Jawa Timur dilaporkan terdapat sekitar 1.000 kasus.
Naik 70 Persen
Tahun 2018, Kemenkes mencatat ada 12.848 orang terpapar sifilis. Jumlahnya meningkat menjadi 20.738 kasus di tahun 2022. Juru Bicara Kemenkes, Mohammad Syahril menyebut, meningkatnya kasus sebab jumlah pasien terus bertambah.
Selain itu, kasus meningkat juga lantaran skrining pasien jumlahnya terus bertambah setiap tahunnya. Sehingga angka yang meningkat menjadi bagian dari keberhasilan program skrining.
Sifilis Menular
Penyakit menular seksual (PMS) sifilis atau raja singa adalah penyakit yang penularannya dipicu oleh aktivitas seksual. Namun, tak hanya orang dewasa saja, yang aktif secara seksual, bisa tertular penyakit yang disebabkan oleh bakteri treponema pallidium ini.
Bayi juga bisa terpapar sifilis ketika ibu yang mengandung atau sedang menyusui, terpapar sifilis. Proses penularan bisa melalui plasenta di dalam rahim, saat proses melahirkan, atau ketika menyusui.
Syahril melanjutkan, pemeriksaan sifilis kini bisa dilakukan di puskesmas secara gratis. "Ini yang perlu diketahui, bahwa tes sifilis bisa dilakukan di faskes-faskes, puskesmas dan semuanya gratis," katanya dilansir dari CNN Indonesia.
Gejala Sifilis
Dilansir dari laman Siloam Hospital, gejala sifilis biasanya ditandai degan luka di sekitar alat kelamin, dubur, atau mulut. Pada tahap awal, munculnya luka tidak disertai dengan rasa nyeri.
Luka ini muncul setelah bakteri masuk ke dalam tubuh, antara 10 hingga 90 hari. Bila segera mendapat bantuan, masa pengobatan berlangsung antara 3 hingga 6 minggu.
Namun jika hingga luka menghilang, pasien belum terobati, kondisi itu menandakan jika infeksi telah berkembang ke tahap berikutnya. Gejalanya seperti rumah di sejumlah bagian tubuh dan telapak tangan atau kaki.
Penderita juga mungkin merasakan flu, sakit kepala, nyeri sendi, demam, lelah berlebihan, bengkak kelenjar getah bening, rambut rontok, dan berat badan turun.
Dalam kondisi terpapar sifilis, penderita masih bisa menularkan penyakitnya. Namun setelah dua tahun, infeksi tak bisa menular lagi, meski bakteri masih ada dalam tubuh.
Jika tidak mendapat penanganan di tahap ini, infeksi sifilis bisa meningkat ke tahap yang paling berbahaya. Tahap ini muncul setelah 10 hingga 30 tahun sejak terpapar sifilis.
Gejalanya berupa munculnya gumma atau tumor kecil pada bagian tertentu. Gejala lain juga berdampak pada fungsi kerja jantung, otak, mata, hati, serta pembuluh darah. Sehingga, penderita sifilis rentan terserang penyakit jantung dan stroke.
Sebaran Sifilis
Kemenkes mencatat, kasus sifilis ditemukan terbanyak pada usia 25 hingga 49 tahun, sebanyak 63 persen.
Kemudian pada rentang umur 20-24 tahun, sebanyak 23 persen. Serta usia 15-19 tahun sebanyak 6 persen. Terdapat pasien di atas 50 tahun sebanyak 5 persen, kemudian 3 persen pada anak di bawah 4 tahun, 0.24 persen di usia 5 hingga 15 tahun.
Bila dilihat dari kelaminnya, sebanyak 54 persen laki-laki dan 46 persen perempuan.
Kemenkes mencatat terdapat delapan wilayah dengan kasus terbesar. Papua berada di peringkat pertama dengan 3.864 kasus, kemudian Jawa Barat sebanyak 3.186 kasus, DKI Jakarta sebanyak 1.897 kasus, Papua Barat sebanyak 1.816 kasus, Bali sebanyak 1.300 kasus, Banten 1.145 kasus, dan Jawa Timur sebanyak 1.003 kasus dengan 884 orang diobati. Terakhir ada Sumatera Utara sebanyak 770 kasus.