Sifat Kepahlawanan dan Pengorbanan, Begini Makna Sesungguhnya
"Melakukan Jihadun nafsi, berjuang menahan diri dari hawa nafsu, menahan nafsu amarah, berjihad atau berjuang dari keburukan- keburukan dan kejahatan-kejahatan itulah hakekat sifat Kepahlawanan dan Pengorbanan para Salafus Shalih yang sebenarnya." KH Muhammad Ishomuddin Hadzik
Sifat kepahlawanan dan pengorbanan menjadi spirit perjuangan dalam Islam. Para Salafus Shalih itu tidak hanya punya kekuatan didalam hal fisik, kuat didalam keutamaan yang bersifat badaniyahnya saja tetapi mereka punya keistimewaan-keistimewaan dalam hal muru'ah dan akhlak nya.
Iya, mereka ini begitu sangat kuat dalam hal melatih kepiawaian berkuda, memanah, berenang dan kekuatan badaniyah lainnya.
Dalam Kitab Insyadul Mukminin, karya Allahyarham KH Muhammad Ishomuddin Hadzik alias Gus Ishom Tebuireng yang legendaries. Berikut penjelasan lengkapnya:
Mereka juga mempunyai keistimewaan-keistimewaan di dalam menolong kebaikan-kebaikan "nushrotul haq" dan peduli ketika ada hal yang di dhalimi, menjaga keyakinan dan kemuliaan. Menjaga yang haq dari yang batil. Menepati janji dan menjauhi keburukan-keburukan.
Karena hakekatnya, sifat Kepahlawanan itu adalah berani tegas serta mau menerima maaf tatkala dicaci maki, dihina oleh manusia lainnya. Berani Sabar ketika disakiti. Itulah hakekatnya Kepahlawanan yang sejati.
Melakukan Jihadun nafsi, berjuang menahan diri dari hawa nafsu, menahan nafsu amarah, berjihad atau berjuang dari keburukan- keburukan dan kejahatan-kejahatan itulah hakekat sifat Kepahlawanan dan Pengorbanan para Salafus Shalih yang sebenarnya.
Contoh lain yaitu, menepati janji dan menjaga amanah. Para Salafus Shalih itu begitu sangat luar biasa ketika menjaga dua sifat ini. Mereka ini sangat berpegang teguh kepada Firman Allah SWT yang.berbunyi : "Wa-Aufuu bil 'Ahdi innal 'Ahda kaana Mas-uulaa", tepatilah janji kalian, karena sesungguhnya janji itu akan diminta pertanggungjawaban".
Dalam perihal menjaga janji, ada satu cerita menarik seperti berikut ini :
"Suatu waktu, ada seorang badui (orang arab pedesaan) berkunjung ke seorang raja dalam perihal satu urusan, sampai suatu ketika seorang badui akan di bunuh ditiang pancungan oleh raja tersebut. Sebelum si Badui ini dibunuh sang Raja, ia izin kepada si Raja".
Kata si Badui : "Wahai Raja, sebelum engkau membunuhku, izinkan aku menemui keluarga-ku".
Raja menjawab : "bagaimana aku bisa mempercaiyaimu dan melepaskanmu ?".
Mendengar keraguan sang Raja, akhirnya perdana menteri yang kebetulan kenal dengan si badui itu menggaransi diri, siap juga di bunuh oleh Raja kalau janji yang telah disampaikan si badui itu bohong.
Singkat cerita, akhirnya Raja itu mengizinkan si badui pulang untuk pamit kepada keluarga nya sebelum ia dihukum ditiang pancungan, dibunuh oleh sang Raja.
Pulang lah si badui itu menemui keluarga nya, kepada keluarga nya ia bilang : "Wahai keluarga ku, aku ini hanya pamitan kepada kalian, aku dihukum Raja karena satu hal dan aku pamit Raja berjanji pulang terlebih dahulu sebelum di hukum Raja". Keluarga nya juga heran kenapa kok tidak menyingkir dan lari saja. Si badui bilang bahwa ia sudah kadung berjanji, dan janji itu hutang, wajib ditepati.
Suatu hari, ketika sudah waktunya si badui ini di hukum pancung, di bunuh sang Raja. Raja bertanya pada Perdana Menteri nya : "mana si badui itu, kok tidak kelihatan ?". Setelah dicari di penjuru sudut2 Kerajaan, si badui dengan rela dan sadar diri menghadap sang Raja.
Kepada Raja, si badui itu berkata : "Wahai Raja, Silahkan Anda kalau mau menghukum ku, silahkan bunuh aku sesuai hukuman yang sudah anda tentukan".
Mendengar dan melihat kejadian langka itu, sang Raja justeru heran, seheran-heran nya. Ini sungguh aneh, mana ada orang mau di hukum bunuh dipancung, lalu ia pamit izin mau bertemu keluarga nya, lalu kembali lagi benar2 memenuhi janji nya.
Melihat kejadian tersebut, sang Raja justeru tidak jadi membunuh dan menghukum si badui itu. Si badui bebas tanpa syarat dari hukuman sang Raja, hanya gara2 si badui menepati janji nya.
Sungguh mulia sekali sifat memenuhi janji itu. Bisa meluluh kan suatu hukuman pancung yang sudah ada didepan mata sekalipun. Si badui akhirnya SELAMAT tanpa syarat dari hukuman sang Raja.
Itulah sifat Kepahlawanan sejati yang dicontohkan para Salafus Shalih. Sifat yang sangat mulia. Mereka Salafus Shalih itu juga begitu sangat luar biasa tatkala menjaga sebuah amanah, baik itu didalam hal kemasyarakatan, ekonomi maupun perihal politik sekalipun, pengorbanan dan sifat amanah begitu sangat di junjung tinggi oleh mereka, Salafus Shalih.
Wallahu A'lam
Materi disampaikan pada Pengajian Kilatan Khataman tiap hari selama Ramadlan 1439 H/2018, jam 10-11.30 WIB. Bertempat di Bumi Arrahman Al Waqi'ah, Masjid Pesantren Aula Kombangan Bangkalan Madura, Qariul Kitab oleh KH Fawaid Abdullah. (adi)