Sifat Kehambaan, Pahlawan Kemanusiaan Pandemi Covid-19
Sejumlah dokter telah meninggal dunia. Mereka menjadi Pahlawan Kemanusiaan, karena telah jihad dalam melawan pandemi Covid-19 yang telah melanda Indonesia.
“Semoga apa-apa yang menjadi perjuangan sejawat kita diterima Allah SWT dengan limpahan pahala yang Mulia. Amin,” kata Ketua Umum Ikatan Dokter Indonesia (IDI) dr Daeng M Faqih, SH MH, Senin 23 Maret 2020.
Terkait terjadinya musibah tersebut, Ust. Muhammad Syamsudin, anggota Aswaja NU Center Jawa Timur menjelaskan:
سوابق الهمم لاتخرق أسوار الأقدار
"Kerasnya semangat, tingginya cita-cita, tak akan pernah bisa melompati pagar taqdir"
Semangat keras memberantas Virus Corona atau pandemic Covid-19, tak akan pernah bisa menembus batas ketentuan dari Allah. Usia, kematian, rezeki, segalanya sudah ada ketetapan dari Yang Maha Kuasa, semenjak seorang hamba belum diciptakan. Jika usia memang ditetapkan harus mati muda, ya matilah.
“Jika pun ditakdirkan di usia tua, Itu semua adalah kehendak Allah. Tak ada makhluk yang bisa mengintervensi-Nya, karena Kemutlakan Kehendak-Nya," tutur Ust. Syamsuddin, pengasuh Pesantren di Bawean, Kabupaten Gresik, Jawa Timur, pada Ngopibareng.id, Senin 23 Maret 2020.
Menurutnya, yang membedakan dari kematian itu semua, adalah mati suul khotimah, ataukah husnul khotimah. Mati setelah berusaha keras berjuang (ikhtiyar), ataukah mati tanpa usaha (ikhtiyar). Jika matinya didahului oleh usaha, maka kesaksian (syahadah) dari makhluk pun diterima. Karena kesaksian itu, ia kemudian disebut mati syahid.
Lain halnya dengan kematian yang tanpa usaha, tanpa ikhtiyar. Bagaimana mungkin makhluk lain kan memberi kesaksian, sementara tak ada usaha yang bisa disaksikan?
Mati dengan bukti kerja keras perjuangan yang bisa disaksikan, menjadi pembeda dengan mati tanpa bukti perjuangan. Mati dengan disertai bukti perjuangan, menempatkan pihak yang mati dalam maqam ubudiyah (kehambaan). Seolah ia berkata: "Hamba hanya bisa berusaha, Ya Rabb. Engkaulah Maha Penentu Segala."
Sementara itu, pada saat ini, masyarakat didera ketegangan karena terjadi pandemi Covid-19 alias wabah Virus Corona. Namun, masih saja ada yang mengadakan perkumpulan atau acara kumpul-kumpul meskipun itu merupakan kegiatan keagamaan.
Secara umum, Masjid Istiqlal di Jakarta telah memutuskan untuk tidak mengadakan Shalat Jumat dan shalat berjamaah. Meskipun ada shalat berjamaah namun jarak antara para jamaah berjauhan, sehingga memenuhi anjuran dalam mengantisipasi pandemic Virus Corona saat ini.
Sebagaimana dianjurkan Imam Besar Masjid Istiqlal KH Nasaruddin Umar bersama imbauan Menteri Agama Fachrul Razi, beberapa waktu lalu.
Advertisement