Sifat Irama Dzati al-Imad, Sifat Tabut, dan Waktu Mustajab Berdoa
Dalam Kitab An-Nawadir memberikan pelajaran berharga tentang kehidupan dan jalan untuk mencapai kebersihan ruhani. Dengan kisah-kisah dan pelajaran dari kitab tersebut, ternyata menjadi populer di kalangan pesantren dan kaum santri.
Ada pembahasan panjang tentang "Sifat Irama Dzati al-Imad, Sifat Tabut, Sifat Silsilah, dan Waktu-Waktu Mustajab untuk Berdoa", yang perlu mendapat perhatian serius. Berikut lengkapnya.
A. Sifat Irama Dzati al-Imad
Sebagian berkata bahwa Syidad bin Adi sangat gemar membaca kitab-kitab yang diturunkan kepada para nabi. Ketika ia mengetahui sifat surga dari sebuah kitab, dalam benaknya ia berkeinginan membuat sesuatu yang semisal dengan surga bagi dirinya.
Untuk itu, ia memerintahkan para menterinya yang berjumlah seribu orang untuk mencari tanah yang luas, banyak air, dan berbau harum. Mereka ditemani para ahli dan pekerja. Mereka menemukan
tanah yang dimaksud, yaitu di tanah 'Adn dari arah Yaman. Di sana, mereka menggali fondasi kota berbentuk segi empat. Setiap arah berjarak sepuluh farsakh. Di fondasi tersebut, mereka meletakkan potongan atau lempengan marmer yang berwarna-warni.
Selanjutnya, ia memerintahkan para menterinya agar pergi ke ujung bumi untuk mengumpulkan emas, perak, semua barang tambang, misik, dan anbar. Mereka melakukan itu sehingga tidak ada dirham dan dinar yang dibawa oleh orang-orang. Akibatnya, orang-orang berjual-beli dengan kulit yang bertuliskan nama raja.
Setelah itu, mereka menghadirkan itu kepadanya. Di atas fondasi, ia memerintahkan agar dibangun tembok setinggi lima ratus dzira' yang terbuat dari emas dan perak dengan tanah dari misik yang diluluhi minyak alban dan mahlab. Di dalamnya, mereka membangun seribu kamar dari emas dan perak dengan tiang dari permata serta zabarjad yang kilauannya melebihi emas maupun perak.
Mereka menetapkan kamar dan pohon-pohon itu dengan ciptaan yang menakjubkan dan keindahan tanpa tanding Di bawahnya, mereka membuat sungai yang mengalir, sementara di sampingnya terdapat gunung misik dan za'faran.
Pembuatanbangunan ini selesai selama tiga ratus tahun. Setelah itu, mereka memberi tahu Raja Syidad. Raja memerintahkan para menteri dan para pemimpin untuk memindahkan berbagai macam alas yang mewah dan memindahkan berbagai macam wadah yang berharga dan menakjubkan. Mereka melakukan itu sesuai perintah raja selama dua puluh tahun.
Setelah itu, mereka memberi tahu bahwa pekerjaannya telah selesai. Kemudian, raja menaiki kereta kencana yang sangat besar dengan mutiara, permata, emas, dan perak sebagai perhiasan, yang di dalamnya terdapat para menteri, pemimpin, dan perempuan. Kereta itu berjalan mengelilingi kota.
Selanjutnya, Allah Swt. memerintahkan malaikat berteriak kepada mereka satu kali teriakan. Mereka semua hancur, dan tidak ada seorang pun yang masuk tempat itu. Sampai sekarang, tempat itu masih menjadi rahasia. Hanya Allah SWT yang tahu.
B). Sifat Tabut
Wahab bin Munabbih menuturkan:
Sesungguhnya, Allah SWT memberi wahyu kepada Musa agar membuat masjid Baitul Magdis untuk meletakkan Taurat, Tabut untuk ketenangan, dan Kubah untuk gurban. Musa memberikan satu mistgal dari emas kepada masing-masing orang dari Bani Israil yang mendirikan masjid dan kubah itu. Mereka berjumlah enam ribu tujuh ratus lima puluh orang.
Dari situ, mereka membangun masjid sepanjang tujuh puluh dzira' dengan lebar seperti itujuga. Di dalamnya, dibuat kubah yang berisi lampu dari emas yang di gantung dengan tali dari emas serta dihiasi dengan mutiara dan intan.
Kubah itu mempunyai empat pintu. Pintu pertama hanya dimasuki oleh malaikat. Pintu kedua . hanya dimasuki oleh Musa. Pintu ketiga hanya dimasuki oleh Harun dan anak-anaknya. Dan, pintu keempat, hanya dimasuki oleh Bani Israil.
Di dalamnya, Musa juga meletakkan batu besar dari marmer putih yang berlubang tempat api dari langit turun yang tidak ada asap, yang memakan gurban, dan sebagai penyala lampu.
Setelah itu, Musa membuat Tabut dari kayu syimsyar, panjangnya dua setengah dzira', lebar dua dzira', tinggi satu dzira' setengah. Pada Tabut, Musa meletakkan sakinah yang diturunkan kepada Adam dari surga ketika dikeluarkan darinya. Para nabi selalu mewariskan benda ini sampai Musa. Dan, benda ini selalu di tangan Bani Israil, sampai diambil oleh kaum Amaligah, dan terus di tangan mereka sampai diambil Talut, yang kemudian dikembalikan kepada Bani Israil.
Mereka berbeda pendapat tentang sakinah. Ibnu Abbas berkata bahwa itu adalah ruh dari Allah SWT yang bisa berbicara dengan manusia, apabila mereka berselisih suatu masalah dan meminta keadilan. Sebab, apabila Bani Israil berbeda pandangan dalam suatu masalah, mereka datang ke sakinah di dalam kubah. Maka, akan keluar untuk mereka suatu kata-kata dari sakinah yang menjawab masalah mereka, dengan menunjukkan yang benar dan yang salah.
Ibnu Ishak berkata bahwa sakinah adalah kucing yang mati dengan dua kepala dan wajahnya seperti rupa manusia. Ketika Bani Israil hendak perang, mereka mengeluarkan Tabut ke hadapan mereka. Apabila kucing itu berteriak, mereka mengetahui bahwa mereka akan memenangkan peperangan.
Pendapat lain menyebutkan bahwa akan keluar dari Tabut seseorang yang akan membunuh musuh mereka. Pendapat lain menyatakan sesungguhnya sakinah adalah dua sandal Musa.
Pendapat lain menyebutkan sakinah adalah sepotong tongkat Musa. Pendapat lain adalah surban Harun. Pendapat lain adalah buah al-Manna yang turun kepada Bani Israil. Pendapat lain adalah kayu dari Lauh yang pecah ketika dilemparkan.
Ketika kaum Amaligah mengambil Tabut, benda itu bersama mereka selama sepuluh tahun tujuh bulan. Setiap orang yang mendekat kepadanya, baik manusia atau bukan, maka akan terbakar.
Seorang shalih berkata, “Keluarkan Tabut itu dari kalian. Sebab, kalian tidak akan bahagia selama Tabut itu bersama kalian.”
Selanjutnya, mereka meletakkannya diatas roda dan menalinya di atas dua ekor banteng. Mereka menggiringnya hingga sampai di tanah Bani Israil. Kedua banteng itu melemparkannya dan pergi tanpa ada seorang pun yang mengetahui. Kemudian, malaikat membawa Tabut dari atas roda dan membawa terbang ke atas. Sementara orang-orang melihat itu, dan mereka mengetahui Tabut diletakkan di rumah Talut. Sebagian berkata bahwa ia sekarang berada di danau Thabari, dan akan dikeluarkan oleh Isa bin Maryam.
C). Sifat Rantai Besi Daud
Allah SWT memberikan rantai besi kepada Daud ketika perilaku penipuan dan kebohongan banyak dilakukan oleh kaumnya. Ia meminta kepada Allah SWT agar menjadikan untuknya suatu tanda agar diketahui mana yang benar dan salah. Ia diletakkan di tempat ibadahnya, kekuatannya seperti kekuatan besi, warnanya seperti warna api yang dihiasi dengan mutiara, permata, dan intan.
Orang-orang menegakkan keadilan melaluinya. Apabila terjadi suatu peristiwa, maka rantai itu bergemerincing, maka Daud pun mengetahui kehadiran peristiwa tersebut. Apabila seseorang sakit, lalu menyentuhnya maka seketika akan sembuh. Apabila seorang masuk Islam, menyentuhnya dengan tangan, dan mengusapkannya pada dadanya, maka syirik akan lenyap seketika dari hatinya.
Apabila seseorang mempunyai hak yang ditanggung oleh orang lain, lalu orang lain itu mengingkarinya, maka mereka berdua datang kepada rantai tersebut. Pemilik hak mengambil rantai tersebut dengan tangannya. Apabila benar, maka rantai itu dapat ia ambil. Apabila tidak, maka ia tidak kuasa mengambilnya.
Sebagian mengatakan bahwa seorang laki-laki menitipkan permata yang indah kepada seseorang. Ia lupa dalam rentan waktu yang cukup lama. Lalu, setelah ingat, ia meminta kepada orang yang dititipi. Pengaduannya sia-sia karena ternyata orang yang dititipi mengingkarinya.
Pemilik permata itu berkata, “Mari ikut aku pergi ke rantai itu! Kita akan mengambil kebenaran darinya.”
Orang yang dititipi permata itu mengambil tongkat. Ia melubanginya dan meletakkan permata itu di tongkatnya. Ia membungkus permata itu dengan halus. Ketika mereka berdua datang di rantai, orang yang dititipi berkata kepada pemilik permata, "Ambillah tongkatku ini! Pegang dulu, sampai aku menyentuh rantai.”
Pemilik permata itu mengambilnya, dan orang yang dititipi tersebut maju memegang rantai.
“Ya Allah, apabila Engkau mengetahui bahwa titipan yang ada di tanganku itu telah aku berikan kepadanya, maka dekatkanlah aku ke rantai,” ujar yang dititipi permata.
Betapa kaget, pemilik permata itu melihat rantai besi mendekat kepadanya, hal itu menandakan bahwa ia memang telah mengembalikannya. Tatkala subuh datang, mereka mengetahui bahwa rantai besi itu hilang dan pergi dari pandangan orang-orang sampai sekarang.
Daud menyamar dan berjalan di antara manusia. Dalam perjalanannya, ia bertanya tentang keadilannya terhadap rakyat. Pada saat itu, Jibril menyamar sebagai seorang laki-laki. Daud bertanya kepadanya tentang perlakuannya terhadap rakyat.
“Sebaik-baik hamba adalah Daud. Hanya saja, ia pernah makan dari Baitul Mal orang-orang Islam,” jawab malaikat yang menyamar tersebut.
Daud segera menjawab, “Ya Allah, ajarkan aku bekerja yang dengannya aku tidak perlu lagi makan dari harta Baitul Mal.”
Selanjutnya, Allah SWT mengajarkan kepadanya cara membuat baju besi dan melunakkannnya. Maka, setiap hari ia membuat satu baju besi dan menjualnya dengan enam ribu dirham. Dengan penjualan itu, ia pergunakan untuk dirinya, nafkah keluarganya, dan bersedekah kepada orang-orang fakir muslim. Ia adalah orang yang pertama kali membuat baju besi.
Di dalam kitab Ihya' Ulumuddin, Al-Ghazali berkata, “Kezhaliman terhadap hamba harus ditampakkan. Sedangkan selainnya, disunnahkan agar ditutupi sampai kemudian semua maksiat terhapus dengan kebaikan yang serupa. Melihat sesuatu yang tidak dihalalkan akan terhapus oleh melihat kepada mushaf. Mendengarkan permainan-permainan akan terhapus oleh mendengarkan Al-Qur'an. Diam membelakangi masjid akan terhapus oleh itikaf di dalamnya. Minum khamar akan terhapus dengan sedekah minuman halal. Menyakiti orang mukmin akan terhapus dengan berbuat baik kepada mereka. Membunuh akan terhapus dengan memerdekakan budak.”
D). Waktu-Waktu Mustajab untuk Berdoa
Sebagian berpendapat bahwa dalam sehari semalam terdapat sembilan puluh waktu yang mustajab untuk berdoa, yaitu
ketika adzan dan iqamah,
setelah keluar dari kamar kecil,
setelah wudhu,
setelah masuk rumah atau masjid dan setelah keluar darinya,
ketika membaca amin,
setelah membaca surat al-Faatihah,
ketika bacaan samiallaahu liman hamidah,
ketika i'tidal, di dalam sujud,
ketika tasyahud,
di dalam Masjidil Haram,
di masjid Madinah,
Masjidil Aqsha,
sebelum Zhuhur,
ketika matahari tergelincir,
di antara Maghrib dan Isya',
ketika khatam Al-Our'an,
ketika thawaf,
ketika imam duduk di mimbar,
malam Lailatul Qadar,
malam Jumat dan siang harinya,
waktu sahur,
sepertiga malam terakhir, dan sebagainya.
Sebagian lagi menyebutkan bahwa faktor penyebab doa tidak terkabul ada sepuluh, yaitu tidak menunaikan hak-hak Allah Swt., meninggalkan sunnah Nabi Muhammad SAW., tidak mengamalkan Al-Qur'an, tidak bersyukur atas nikmat, menyamai perbuatan Iblis dalam masalah perintah dan larangan-Nya, tidak mengamalkan kewajiban yang mengantarkan ke surga dan tidak meninggalkan larangan yang menyebabkan ke neraka, tidak mempersiapkan bekal menyambut kematian, sibuk mempergunjingkan orang, dan tidak mengambil pelajaran dengan kematian.
Semoga kita mendapatkan RahmatNya. Amin.