Sidoarjo Darurat Gangster, DP3AKB Beberkan Sebabnya
Maraknya gangster di Sidoarjo semakin meresahkan warga. Belakangan ini mereka kerap muncul sambil membawa senjata tajam dan melakukan kekerasan hingga tawuran di jalan.
Kecemasan warga semakin memuncak usai tragedi tawuran antara dua kelompok diduga perguruan silat yang terjadi di Jalan Raya Pahlawan, Sidoarjo. Akibat tragedi itu, satu nyawa melayang. Ironisnya, korban masih berstatus pelajar di salah satu SMK swasta.
Selain korban nyawa, ada korban lain yang mengalami luka cukup serius di kakinya, akibat tawuran yang dilakukan oleh sekelompok remaja berusia belasan tahun. Hal tersebut tentunya membuat banyak pihak geram dan prihatin.
Menanggapi hal itu, Kepala Seksi Perlindungan Hak Perempuan dan Perlindungan Khusus Anak dari Dinas Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak, dan Keluarga Berencana (DP3AKB) Sidoarjo, Ritz Noor Widyastutik Antarlina, menjelaskan, sikap labilnya remaja-remaja kemungkinan disebabkan beberapa faktor. Seperti tidak ada keharmonisan dalam sebuah keluarga dan kurangnya perhatian yang diberikan oleh orang tua kepada anak-anak.
“Kekurangan kasih sayang, kurangnya perhatian, dan terputusnya hubungan yang erat antara orang tua dan anak merupakan faktor yang berkontribusi, ditambah dengan keterbatasan Sumber Daya Manusia (SDM) di masyarakat," ujar Ritz Noor, Jumat 15 Maret 2024.
Ritz Noor melanjutkan, ketidakharmonisan dalam lingkungan keluarga, dapat menyebabkan anak cenderung mencari kepuasan di luar rumah, termasuk tergabung dalam kelompok seperti gangster.
Maka dari itu, DP3AKB terus berupaya memberikan edukasi kepada semua orang tua, salah satunya melalui program parenting secara rutin.
“Melalui program ini diharapkan para orang tua lebih mengerti dan mengenali mental dan emosi si anak sehingga si anak akan lebih terbuka kepada orang tuanya,“ tuturnya.
Menurutnya, program parenting sudah diterapkan oleh DP3AKB melalui bidang P3A, bidang KB, yang bekerja sama dengan kelompok PKK di tingkat Kabupaten, Kecamatan, Desa/Kelurahan, serta melibatkan organisasi perempuan dan lembaga masyarakat lainnya.
Masih dikatakan Ritz Noor, tindakan nakal anak sering kali muncul akibat kurangnya komunikasi di dalam keluarga, sehingga anak cenderung mencari pengalaman negatif sebagai pelarian.
Ia juga berharap dalam penanggulangan problem tersebut, tanggung jawabnya tidak hanya terletak pada DP3AKB saja, melainkan juga harus dijalankan secara kolektif oleh semua sektor, termasuk pendidikan.
"Pengawasan dari orang tua dan pendidikan lembaga juga harus turut berperan dalam membentuk perilaku dan akhlak seseorang," pungkasnya.