Sidoarjo dan Fenomena Gangster
Ini kabar mengejutkan. Belasan remaja diduga anggota gangster yang hendak tawuran diciduk. Sebanyak 7 senjata tajam (sajam) di antaranya celurit panjang turut diamankan.
Anggota gangster ini tergabung dalam grup 'Satuan Golongan Anti Kesombongan (Sanggong)'. Mereka diciduk anggota Raimas Samapta Polresta Sidoarjo di Desa Beciro Ngigor, Kecamatan Wonoayu, Sidoarjo pada Sabtu (10 Agustus 024) sekitar pukul 04.00 WIB.
Meretelah telah mengganggu ketenangan masyarakat. Ditegaskan Kasat Samapta Polresta Sidoarjo Kompol Warih Hutomo, pihaknya mendapatkan laporan dari masyarakat adanya keberadaan yang diduga sekelompok anggota gangster yang sangat meresahkan warga.
Guna memahami hal itu, berikut merupakan renungan Mamang Haerudin tentang "Meminimalisir Perilaku Tawuran Antarpelajar" yang bisa menarik pelajaran dari kasus di Sidoarjo tersebut. (Redaksi)
Tidak mudah memang menghentikan perilaku tercela tawuran antar pelajar. Perilaku tersebut seolah-olah telah mendarahdaging yang telah turun-temurun, bahkan dijadikan ajang kebanggan diri dan almamaternya.
Sudah pasti akibatnya fatal dan banyak merugikan semua pihak. Entah apa yang merasuki jiwa para pelajar sampai kemudian tega melakukan aksi kekerasan fisik bahkan di siang hari bolong, di jalan raya yang tentu akan sangat riskan membahayakan di sekitarnya. Mereka, para pelajar yang mestinya belajar, dididik dengan akhlakul karimah dan tata krama, malah berbuat dengan sangat keji dan brutal.
Setiap tawuran beraksi, mereka dalam jumlah yang tidak sedikit. Sedikitnya akan ada 2 sekolah yang terlibat. Mulai dari adu teriakan, adu emosi dan adu senjata tajam. Golok, besi, samurai hingga parang panjang pun diacung-acungkan, apabila ada dari sekelompok pelajar yang didapatkan naik omprengan kendaraan pun tidak luput dari amukan pelaku tawuran yakni dengan melemparinya dengan batu dan segala benda yang membahayakan.
Sungguh memperihatinkan realitas pelajar kita ini. Apalagi juga banyak terjadi, ada sedikitnya 2 orang pelajar, apakah mereka yang tengah berjalan kaki di pinggir jalan, menunggu kendaraan umum, di dalam kendaraan umum, dst, juga tidak luput dari sasaran kejahatan oknum pelajar itu. Kalau sudah demikian, bagaimana solusi memutus mata rantai perilaku tawuran antar pelajar?
Tentu solusinya harus berangkat dari kesadaran semua pihak. Setidaknya pertama, pihak kepolisian harus segera mengoptimalkan penjagaan dan antisipasi, terutama di jam-jam rawan pulang sekolah. Pihak kepolisian juga harus melakukan pembinaan ke sekolah-sekolah yang selama ini terindikasi zona merah pelajar. Berikut juga melaksanakan edukasi melalui media sosial.
Kedua, harus juga ada kesadaran dari para Kepala Sekolah dan guru, terutama sekolah-sekolah yang selama ini dikenal sebagai sekolah yang rawan tawuran untuk menjalin komunikasi berkelanjutan antar sesama sekolah rawan. Mempertemukan perwakilan civitasnya satu sama lain. Bahkan harus dilakukan kolaborasi dalam berbagai bidang, apakah pertukaran pelajar, kolaborasi program olahraga, seni maupun lainnya.
Ketiga, kesadaran para orang tua dan para tokoh masyarakat untuk selalu waspada membimbing dan mengawasi anak-anaknya. Sebab secara psikologis, anak usia sekolah menengah ke atas tengah berada dalam kondisi jiwa yang berpotensi labil. Untuk itu diperlukan para orang tua yang bisa menjadi sahabat anak-anaknya, orang tua yang mampu berkomunikasi dengan keterbukaan bersama anaknya. Demikian para tokoh agama, bisa memberikan mauizhah hasanah dengan turun ke sekolah-sekolah langsung, atau melalui aktivitas dakwah yang lain.
Saya pikir kalau upaya seluruh elemen masyarakat seserius dan sekompak demikian, perilaku dan aksi tercela berupa tawuran akan semakin berkurang dan bisa jadi hilang sampai ke akar-akarnya. Para pelajar yang notabene anak muda memang butuh banyak saluran untuk mengekspresikan segala potensi dirinya, yang tentu harus diarahkan pada hal-hal positif seperti pencak silat, out bond, keterampilan, olahraga, dan segala aktivitas kreatif yang memacu adrenalin.
Wallahu a'lam
Mamang M Haerudin (Aa)
Pesantren Tahfidz Al-Qur'an Al-Insaaniyyah, 8 Agustus 2024, 7.19 WIB
Sumber: aku fb ybs)