Sidang Kanjuruhan, Panpel Takut Rumahnya Dibakar Jika Setop Tiket
Terdakwa Tragedi Kanjuruhan, Ketua Panpel Arema FC, Abdul Haris takut rumahnya dibakar Aremania, ketika akan membatasi penjualan tiket Arema FC melawan Persebaya, 1 Oktober 2022. Pengakuan ini muncul dalam sidang di PN Surabaya, Jumat 27 Januari 2023.
Pada awalnya, Haris diminta untuk menyediakan 43 ribu tiket, untuk pertandingan tersebut. Hal itu berdasarkan kesepakatan di grup Whatsapp yang berisi Panpel dan Manajemen Arema FC.
“Pada waktu itu Pak Dimas (Ticketing Officer) nge-share untuk cetak tiket sebesar itu (43 ribu lembar),” kata Haris, di Pengadilan Negeri (PN) Surabaya, Jumat, 27 Januari 2023.
Kemudian, Haris pun menuruti permintaan tersebut, lantaran tidak bisa menentukan sendiri jumlah serta harga tiket per laga. Tiket sebanyak 43 ribu lembar akhirnya dicetak pada 11 September 2022.
“Teknis ticketing saya enggak begitu mengikuti karena banyak yang saya koordinasikan, tapi saya memastikan sudah tercetak dan distribusi tiket jangan sampai ada keributan,” jelasnya.
Menurutnya sebanyak 4 ribu tiket dijual online, sebagian dijual melalui ticket box di 14 mitra kerja. "Kami memantau beberapa itu tiket-tiket terjual kisaran 42 ribu,” tambah Haris.
Namun, Kapolres Malang AKBP Ferli Hidayat secara tiba-tiba mengirimkan surat pada 28 September 2022. Surat tersebut berisi mengenai permintaan untuk membatasi jumlah tiket yang dijual. “Seingat saya Kapolres kirim surat Rabu (28 September 2022) kepada Panpel agar tiket dicetak 38 ribu sekian dengan alasan kerawanan,” ucapnya.
Haris membahas permintaan pembatasan penjualan tiket tersebut bersama Ticketing Officer Arema FC. Kemudian, mereka akhirnya sepakat untuk memotong setiap pesanan sebanyak 12,5 persen.
“Surat itu saya share di grup Arema terus dibahas di ticketing. Misalnya (Aremania) Jogja pesan 100 dipotong 12,5 persen, Banyuwangi, Jatim, Ponorogo dan korwil-korwil kami potong 12,5 persen,” ujarnya.
Tak hanya itu, kata Haris, kabar pembatasan tiket tersebut juga disampaikan ke grup Aremania. Namun, ia mendapatkan kecaman dari para suporter, hingga takut rumahnya dibakar.
“(kata Aremania) kok ndadak tanggal 29. Karena saya dari luar kota, tetangga saya sudah setor duwek (uang) ke saya. Ini laga big match kok tiket enggak ada’. Apa rumah saya enggak diobong (dibakar) nanti dikejar-kejar. Di grup ruame,” kata dia.
Tak lama, Haris kemudian mendapatkan telepon dari Kapolres Malang. Ketika itu, dia diminta untuk mengurungkan membatasi tiket pertandingan Arema FC melawan Persebaya di Stadion Kanjuruhan.
“(Kata Kapolres) ‘Pak Haris tolong untuk pembatasan tiket yang 38 ribu jangan dilaksanakan sekarang, itu pertandingan yang akan datang saja karena maksud saya pembatasan tiket itu agar pertandingan lebih longgar’,” jelasnya.
Tak hanya itu, Haris juga mendapat telepon dari Kasat Intel Polres Malang Iptu Bambang Sulistiyono. Dia diminta menyampaikan ke Aremania, tiket tak jadi dibatasi dengan catatan tidak boleh ada kerusuhan.
“Saya share ke grup Aremania info Kapolres pengurangan tiket 12,5 persen jadi. Mohon pertandingan selanjutnya akan dilaksanakan mohon dulur-dulur bisa jaga kemanan pada waktu pertandingan nanti,” tutupnya.