Sidang Isbat Kemenag, Padukan Hisab dan Rukyatul Hilal Awal Puasa
Kementerian Agama RI, Minggu, hari ini 10 Maret 2024 menggelar Sidang Isbat untuk menetapkan awal Ramadan 1445 H / 2024 M.
Sidang isbat digelar ini di Auditorium H.M Rasjidi Kementerian Agama, Jakarta Pusat, dan dimulai pukul 17.00 WIB, diikuti MUI, Komisi VIII DPR RI, astronom, pimpinan Ormas Islam, Duta Besar Negara Islam di Jakarta dan dipimpin langsung oleh Menteri Agama Yaqut Cholil Qoumas.
Sidang Isbat ini diawali dengan mendengarkan laporan tim hisab dan rukyat Kementerian Agama yang disebar di 92 titik dari Sabang hingga Papua. Untuk wilayah Jawa Timur rukyatul hilal akan dilakukan antara lain di Tanjung Kodok Lamongan, Gresik, Masjid Al Akbar Surabaya, dan Pantai Ngliyep Malang Selatan.
"Laporan yang disampaikan tim hisab dan rukyat tersebut akan dibahas dalam sidang isbat sebagai dasar untuk menetapkan awal puasa Ramadan. Sebab itu pemerintah tidak buru buru dalam menetapkan awal Ramadan 1445H," ujsr Menag lewat pesan singkat Sabtu 9 Maret 2024.
Menurut Menag pemerintah dalam menentukan awal Ramadan menggunakan metode hisab dan rukyat. Metode ini diikuti oleh NU dan ormas Islam lainnya di luar Muhammadiyah.
"Meskipun ada perbedaan dalam menetapkan awal Ramadan, saya minta kepada semua pihak tetap menjaga ukhuwah islamiyah dan saling menghormati. Tidak ada yang salah dari metode yang dijadikan rujukan oleh Muhammadiyah maupun pemerintah," kata Menag.
Kendati demikian, masyarakat dapat menilik Kalender Hijriah Indonesia 2024 terbitan Kemenag untuk mengetahui perkiraan 1 Ramadhan 1445 H. Merujuk kalender tersebut, awal puasa Ramadhan 2024 adalah 12 Maret 2024.
BMKG dan BRIN Awal Puasa Selasa
Ketinggian hilal atau bulan sabit tipis penentu awal bulan Ramadan di Indonesia diprakirakan baru memenuhi kriteria pemerintah dan Nahdlatul Ulama pada 11 Maret. Artinya, awal bulan puasa versi kalender resmi baru dimulai 12 Maret.
Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menyebut ketinggian hilal di Indonesia saat Matahari terbenam pada 10 Maret, berkisar antara 0,33 derajat di Jayapura, Papua, sampai dengan 0,87 derajat di Tua Pejat, Sumatra Barat.
Sementara, ketinggian hilal di Indonesia saat Matahari terbenam pada 11 Maret berkisar antara 10,75 derajat di Merauke, Papua, sampai dengan 13,62 derajat di Sabang, Aceh.
Kementerian Agama dan Nahdlatul Ulama memakai kriteria Menteri-menteri Agama Brunei Darussalam, Indonesia, Malaysia, dan Singapura (MABIMS) sebagai penentu awal bulan hijriah, termasuk Ramadan.
Sesuai kriteria MABIMS, patokan utama masuk bulan baru Hijriah adalah hilal punya ketinggian 3 derajat dan elongasi atau jarak sudut Bulan-Matahari 6,4 derajat. Di bawah itu, belum dianggap masuk bulan hijriah baru.
Selain pantauan BMKG, Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) juga meyakini awal puasa jatuh pada Selasa (12 Maret).
Peneliti Ahli Utama Pusat Riset Antariksa BRIN, Thomas Djamaluddin mengatakan hasil prediksi posisi hilal pada waktu pengamatan 10 Maret 2024 dapat dipastikan hampir seluruh wilayah Indonesia tidak ada yang bisa melihat hilal.
"Hasil rukyat tanggal 10 belum ada yang berhasil sehingga diprakirakan pada tanggal 10 saat Maghrib tidak ada hilal yang terlihat dan belum memenuhi visibilitas hilal," kata Thomas dalam acara Media Lounge Discussion di kantor BRIN, Jakarta, Sabtu (9 Maret).
Thomas memaparkan posisi Bulan ketika tanggal 10 Maret di Indonesia hanya sekitar 1 derajat atau bahkan kurang. Di Jakarta, kemungkinan posisi ketinggian Bulan bahkan hanya mencapai 0,7 derajat dengan elongasi 1,7 derajat.
"Ketika kalender Hijriyah, pada akhir Syaban pada 10 Maret nanti tinggi Bulan di Indonesia hanya sekitar 1 derajat atau kurang, kalau di Jakarta itu 0,7 kemudian elongasi-nya hanya 1,7 derajat. Jadi ini belum memenuhi kriteria MABIMS," ujar pakar BRIN yang merangkap anggota Tim Hisab dan Rukyat Kementerian Agama RI.
Muhammadiyah Puasa Lebih Awal
Awal puasa versi Muhammadiyah diprediksi berbeda dari pemerintah. Muhammadiyah telah lebih dulu menentukan tanggal awal puasa Ramadan 2024 sejak jauh-jauh hari. Sebab Muhammadiyah menggunakan metode hisab hakiki dalam menentukan awal puasa Ramadan 1445 H.
Artinya Muhammadiyah menggunakan perhitungan astronomis untuk penentuan awal puasa. Selama sudah lebih dari 0 derajat, berapa pun ketinggian dan elongasi-nya, ormas yang didirikan Ahmad Dahlan ini menganggap sudah masuk bulan baru.
"Muhammadiyah telah menetapkan 1 Ramadhan 1445 H pada Senin, 11 Maret, berdasarkan hisab hakiki wujudul hilal yang dipedomani oleh Majelis Tarjih dan Tajdid," kata Sekretaris Umum PP Muhammadiyah Abdul Mu'ti kepada ngopibareng.id Minggu 10 Maret 2024.
Di wilayah Indonesia tanggal 1 Ramadhan 1445 H jatuh pada hari Senin Pahing, 11 Maret 2024 M, demikian keterangan di surat Majelis Tarjih dan Tajdid PP Muhammadiyah.
Sikap NU
Ketua Umum PBNu KH Yahya Cholil Staquf, mengatakan dalam penetapan awal puasa Ramadan NU mengikuti keputusan pemerintah.
"Kalau sidang Isbat menetapkan awal puasa jatuh pada hari Senin 11 Maret, kami puasa mulai besuk Senin. Kalau sidang Isbat memutuskan awal puasa Selasa, kami akan berpuasa mulai Selasa. 12 Maret," kata Gus Yahya.