Antisipasi Risma Agar Sumberejo Tak Banjir Lagi
Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini berharap daerah Sumberejo, Kecamatan Pakal, tidak akan lagi tergenang banjir ketika hujan tiba. Pembangunan tanggul dan rumah pompa adalah antisipasi Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya, agar banjir tak lagi terulang seperti tahun-tahun sebelumnya.
"Insyaallah tidak akan banjir lagi. Tapi semua itu tergantung alam. Kita sudah usaha semaksimal mungkin. Kalau hitung-hitungan saya, pembangunan dan perbaikan yang kita lakukan tidak akan menyebabkan banjir bandang lagi," kata Risma, saat sidak di waduk Sumberejo dan Tanggul Kali Lamong, Senin 2 Desember 2019.
Risma mengatakan, setelah ada kejadian banjir besar di daerah Sumberejo pada pertengahan 2019 lalu, semua Kepala OPD Pemkot Surabaya langsung memutar otak untuk membendung terjadinya banjir kembali.
Untung saja, tanah di sekitar daerah Sumberejo masih bisa dimanfaatkan. "Aku itu senang waktu tahu kita ada tanah 150 hektar di sini ini. Bersyukur sekali kalau ini tanah Pemkot. Jadi untuk meninggikan tanggul. Kami tidak perlu ambil tanahnya orang. Kami keruk sendiri tanah ini, kalau lobang jadi waduk, tanah sisanya dibuat tanggul. Jadi saling melengkapi," tutur Risma.
Menurut Risma, Pemkot Surabaya hanya memiliki dana terbatas untuk membangun tanggul baru yang sebelumnya jebol karena terjangan Kali Lamong.
"Kita tidak punya dana, tapi kita ada tanah. Tuhan maha baik. Jadi tanggul baru kita itu dari tanah sekitar. Itu lebih murah daripada membuat kontruksi tanggul dari beton," ujarnya.
Tanggul baru yang dibuat ini memiliki panjang sekitar 12 kilo meter. Mulai dari perbatasan Gresik di sisi timur hingga ke barat.
"Sejauh ini yang sudah jadi ada tujuh kilometer. kurang dikit lagi selesai. Insyaallah lah, awal tahun 2020 sudah bisa jadi. Sehingga aman saat air datang. Tidak akan jebol lagi," jelas Risma.
Selain menyiapkan tanggul untuk mengantisipasi air yang datang dari Kali Lamong, Pemkot Surabaya juga membangun rumah pompa beserta water tunnel. Rumah pompa tersebut memiliki kapasitas 6 meter kubik per detik. Sehingga ketika air terlalu tinggi, langsung disedot untuk ditampung di water tunnel.
"Ini ada seperti sungai atau waduk buatan. Tingginya 6-7 meter. Ini nanti air kalau di tanggul sana sudah tinggi, kita sedot ke sini. Jadi ditampung di sini, biar tidak masuk ke pemukiman. Biar air bisa mengalir ke tempat yang sudah kami siapkan. Ini untuk pengendalian banjir di Surabaya Barat dan juga tengah kota," rinci Risma.
Tak hanya itu, waduk juga telah disiapkan di sekitar rumah pompa beserta tanggul. Waduk tersebut memiliki luas sekitar 1,5 hektar. Saat ini tengah dibangun enam waduk. Sehingga luas total waduk yang dimiliki Pemkot Surabaya sekitar 9 hektar.
Kegunaan waduk itu bukan hanya sebagai penghalang melubernya air dari Kali Lamong, maupuan menampung air dari rumah pompa. Namun juga menampung air hujan, untuk digunakan kembali di musim kemarau.
"Jadi ini waduk itu buat menampung air dari rumah pompa, kita salurkan ke waduk-waduk itu. Selain itu juga menampung air hujan. Biar airnya kembali ke tanah. Sudah bukan saatnya lagi kita menolak atau mendorong air keluar. Namun saatnya memasukan kembali air ke tanah. Sehingga saat kemarau datang, air masih tersedia," terang Risma.
Advertisement