Siasati Kedelai Mahal, Perajin Perkecil Ukuran Tempe
Sejumlah kiat dilakukan para perajin tempe dan tahu ketika kedelai harganya naik tajam sejak sekitar sebulan lalu. Salah seorang perajin tempe di Kampung Tempe, Kelurahan Sumbertaman, Kecamatan Wonoasih, Kota Probolinggo memperkecil ukuran tempe yang diproduksinya.
“Sejak harga kedelai naik dari Rp7.000 menjadi Rp12.000 per kilogram, ukuran tempe yang saya produksi diperkecil,” ujar Muktar Ali, 22 tahun, perajin tempe di Kelurahan Sumbertaman, Senin, 31 Mei 2021.
Dengan siasat tempe diperkecil, Ali mengaku, tidak perlu menaikkan harga tempe ketika harga kedelai melambung. Ia mengaku, sudah empat kali mengubah ukuran tempe yang diprokduksinya.
Pertama tempe “made in” Sumbertaman itu berukuran 22x50 centimeter (Cm), kemudian 21x50 cm, 20x50 cm. “Terakhir ukuran tempe produksi saya menjadi ukuran 19x50 centimeter,” kata warga Gang Mangga, Kelurahan Sumbertaman itu.
Siasat itu, kata Ali, dipandang lebih pas ketimbang ia menaikkan harga jual tempe. “Tempe ini makananan rakyat kecil, kalau harga dinaikkan pasti mereka gak langgananan tempe saya lagi,” kata mahasiswa Universitas Panca Marga (UPM) Probolinggo itu.
Tempe yang ukurannya terus “mungsret” (mengecil) itu dijual Rp15.000 per papan. “Meski harga jual tetap, isi lain omzet penjualan tempe saya merosot hingga 50 persen, tidak tahu penyebabnya apa,” katanya.
Meski omzet menurun, sejumlah pelanggan masih bertahan membeli tempe produksi Ali. Di antaranya pelanggan setia itu berasal dari Pesantren Nurul Jadid, Paiton, Kabupaten Probolinggo hingga sejumlah pedagang di pasar tradisional.
Ali berharap pemerintah bertindak terkait melambungnya harga kedelai. Soalnya sejumlah perajin tempe terpaksa istirahat tidak berproduksi sejak kedelai meroket.
Pengaruh Pasar Global
Sementara itu Kepala Dinas Koperasi, Usaha Mikro, Perdagangan dan Perindustrian (DKUPP) Kota Probolinggo, Fitriawati mengatakan, segera mengambil langkah terkait melambungnya harga kedelai.
“Kami akan berkoordinasi dengan Pemprov Jatim dan memastikan bahwa memang harga sejak dari produsen sudah tinggi. Mereka menginginkan adanya bantuan, ini yang perlu kita tindaklanjuti,” katanya kepada wartawan.
Disinggung soal perlunya operasi pasar, Fitriawati mengatakan, sulit dilakukan. “Kalaupun operasi pasar, harga bahan baku saja sudah Rp10.000 dari produsen,” katanya.
Fitriawati menambahkan, penyebab melambungnya harga kedelai diduga karena permintaan kedelai di pasar global meningkat. Selain itu produsen terbesar kedelai dunia yakni, Amerika Serikat saat ini belum memasuki musim panen kedelai. “Amerika Serikat merpakan pemasok kedelai terbesar, hampir 80 hingga 90 persen kedelai dunia,” katanya.
Selan itu, kata Fitriawati, kedelai naik karena dipengaruhi banyaknya kapal besar baik dari Tiongkok maupun negara maju lain tidak bisa mengangkut kedelai karena adanya pembatasan dan syarat yang ketat di masa pandemi Covid-19.
Advertisement