Siapapun Menterinya, Program Guru Penggerak Harus Diteruskan
Siapapun berikutnya yang akan memimpin Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi, program Guru Penggerak harus diteruskan sebagai upaya untuk. meningkatkan kompetensi guru.
Dengan program Guru Penggerak maka transformasi pendidikan terutama yang erat hubungannya dengan Kurikulum Merdeka akan jauh lebih mudah dilaksanakan.
Harapan itu disampaikan oleh Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Lombok Timur Nusa Tenggara Barat, Izzuddin kepada peserta press tour bersama Direktorat Kepala Sekolah, Pengawas Sekolah, dan Tenaga Kependidikan Kemendikbudristek, Senin 18 Desember 2023.
Perlunya program guru penggerak dilanjutkan, sebab Izzuddin berkeyakinan keberadaan guru penggerak, mampu meningkatkan kualitas pendidikan dan proses belajar mengajar di Indonesia ke arah yang lebih baik. Selain mendorong guru-guru di Lombok Timur untuk mengikuti program Guru Penggerak, juga diminta untuk mengakses aplikasi Platform Merdeka Mengajar (PMM).
"Saat ini sekitar 85 persen guru di Lombok Timur sudah melakukan aktivasi terhadap platform Merdeka Mengajar. Jadi sudah banyak guru terhubung dan memanfaatkan aplikasi PMM ini,” katanya.
Ia berharap nantinya semua guru-guru di Lombok Timur bisa terakses dengan Platform Merdeka Mengajar ( PMM ) tanpa terkecuali.
Menurut Izzuddin, PMM merupakan platform yang wajib untuk diakses oleh guru. Karena melalui platform tersebut guru bisa meningkatkan kompetensi, bisa melakukan sharing dengan sesama guru terkait praktik baik pembelajaran, bisa saling support dan belajar materi-materi pembelajaran lainnya.
“Bagi yang memang faktor usia dan mengalami kesulitan mengakses PMM, kami meminta guru-guru muda untuk membimbingnya dengan baik, membantunya dari hal-hal yang sangat sederhana seperti cara login ke PMM. Intinya semua guru harus melakukan aktivasi PMM, minimal sepekan sekali,” ujarnya.
Terkendala Teknologi
Izzuddin sendiri mengakui kendala teknologi menjadi persoalan yang dihadapi oleh guru-guru untuk mengakses aplikasi PMM ini. Untuk mengatasinya, dibentuk Komunitas Belajar. Komunitas ini dibentuk untuk memfasilitasi guru yang memang terkendala teknologi tetapi mau dan senang untuk belajar.
Guru Penggerak adalah pemimpin pembelajaran yang mendorong tumbuh kembang murid secara holistik; aktif dan proaktif dalam mengembangkan pendidik lainnya untuk mengimplementasikan pembelajaran yang berpusat kepada murid; serta menjadi teladan dan agen transformasi ekosistem pendidikan untuk mewujudkan profil Pelajar Pancasila. Program ini menjadi bagian dari kebijakan Merdeka Belajar episode 15.
Sedang Plaftform Merdeka Mengajar (PMM) adalah platform teknologi yang disediakan untuk guru dan kepala sekolah dalam mengajar, belajar, dan berkarya.
Soal komitmen mengangkat Guru Penggerak menjadi kepala sekolah bahkan pengawas sekolah, oleh Izzuddin dikatakan bahwa Komitmen tersebut menjadi bagian dari penghargaan bagi guru-guru yang telah mengikuti diklat atau pembelajaran sebagai Guru Penggerak selama 8 hingga 9 bulan. “Mengikuti diklat dengan materi yang tidak mudah, akan meningkatkan kompetensi seorang guru,” kata Izzuddin.
Bagi Guru Penggerak yang sudah memiliki pengalaman menjadi kepala sekolah minimal satu tahun, bisa diangkat menjadi pengawas sekolah dengan memenuhi kriteria dan persyaratan yang sudah ditetapkan baik oleh pemerintah pusat maupun pemerintah daerah.
Melalui diklat yang diikuti, seorang Guru Penggerak berkesempatan meng-upgrade ilmu sekaligus men-charge semangat menjadi guru. “Meng-upgrade keilmuan sebagai guru sangat penting di tengah transformasi pendidikan yang kini tengah digalakkan Kemendikbudristek,” ujar Izzuddin.
Dari sekitar 7.000 guru yang ada di Lombok Timur, saat ini tercatat 234 guru telah mengikuti program Guru Penggerak mulai dari angkatan 1, 2 hingga angkatan 10. Dari jumlah tersebut 57 orang di antaranya telah diangkat menjadi kepala sekolah. Sedang sisanya menunggu kekosongan jabatan kepala sekolah di sejumlah satuan pendidikan.
Ia mengakui persentase Guru Penggerak di Lombok Timur yang menjadi kepala sekolah masih belum signifikan. Alasannya, untuk menjadi seorang kepala sekolah, harus memenuhi kriteria lain terutama terkait attitude guru yang bersangkutan.
Namun jika seorang guru telah mengikuti program Guru Penggerak, kans atau kesempatan menjadi kepala sekolah jauh lebih besar dibanding guru yang menjadi kepala sekolah dari jalur karier pekerjaan. “Regulasinya memang ada yang memungkinkan Guru Penggerak lebih cepat menjadi kepala sekolah. Selain itu banyak pihak mengakui kalau Guru Penggerak itu lebih kreatif, dan bersemangat,” tambahnya.
Ia berjanji pada Desember 2023 di mana banyak kepala sekolah yang memasuki masa pensiun, maka prioritas mengisi jabatan kepala sekolah akan diberikan kepada Guru Penggerak. Tentunya harus memenuhi persyaratan tambahan, menyangkut moral. “Sekitar 80 persen kuota kami berikan untuk Guru Penggerak dan 20 persen untuk jalur karier,” ujarnya.
Izzuddin berharap dengan kebijakan Guru Penggerak menjadi kepala sekolah dan pengawas sekolah, akan memacu semangat para guru terutama yang berusia muda untuk mendaftar dalam program Guru Penggerak. Sebab bagaimanapun guru yang telah mengikuti program Guru Penggerak akan memiliki mindset berbeda dengan guru umumnya. Kompetensi sebagai guru juga jauh meningkat.
Advertisement