Siapakah Sesungguhnya Ulama itu? Ini Penjelasan Singkat tapi Tepat
Ulama seringkali disebut di tengah masyarakat. Dimintai petuah dan nasihatnya bila ada seseorang yang membutuhkannya.
Namun belum banyak diketahui secara pasti tentang ulama. Benarkah setiap kiai disebut sebagai ulama?
Berikut penjelasan KH Husein Muhammad:
SIAPAKAH ULAMA ITU?
Masih dalam acara pertemuan Alumni Pesantren Dar al Tauhid, HAMADA, Arjawinangun, Cirebon. . 23.06.24. Aku menjawab pertanyaan peserta tentang siapa yang bisa disebut "ULAMA".
Dia tampak kebingungan mengikuti perdebatan para tokoh agama yang sering dan disebut publik sebagai " Ulama".
Aku tersenyum-senyum saja. Lalu aku menyebut kriteria dan indikator ulama, tidak mendefinisikannya, dengan merujuk pada beberapa kitab :
فمن علامات العالم : ان يكون خاشعا متواضعا خائفا مشفقا من خشية الله زاهدا فى الدنيا قانعا باليسير منها منفقا الفاضل عن حاجته مما فى يده. ناصحاً لعباد الله. رحيما بهم آمِرا بالمعروف ناهيا عن المنكر. مسارعا فى الخيرات ملا زما للعبادات . ووقار واسع الصدر لا متكبرا ولا طامعا فى الناس ولا حريصا على الدنيا ولا جامعا للمال ولا مانعا له عن حقه ولا فظا ولا غليظا ولا مماريا ولا مخاصما ولا قاسيا ولا ضيق الصدر ولا مخادعا ولا غاشا ولا مقدما للاغنياء على الفقراء ولا مترددا الى السلاطين”
Tanda/ciri orang alim (ulama) antara lain : penampilannya tenang, rendah hati, selalu merasa takut kepada Allah, bersahaja, “nrimo”, suka memberi, membimbing umat, menyayangi mereka, selalu mengajak kepada kebaikan dan menghindari keburukan/maksiat, bersegera dalam kebaikan, senang beribadah, lapang dada, bicaranya lembut, tidak sombong, tidak berharap pada pemberian orang, tidak ambisi kemegahan dan jabatan, tidak suka menumpuk-numpuk harta, tidak keras hati, tidak kasar, tidak suka pamer, tidak memusuhi dan membenci orang, tidak picik, tidak menipu, tidak licik, tidak mendahulukan orang kaya daripada orang miskin, dan tidak sering-sering mengunjungi penjabat pemerintahan/penguasa”.(h. 104).
Sementara Imam al-Ghazali menyebut sifat-sifat/ciri-ciri ulama sebagai berikut :
واعلم ان اللائق بالعالم المتدين ان يكون مطعمه وملبسه ومسكنه وجميع ما يتعلق بمعاشه فى دنياه وسطا. لا يميل الى الترفه والتنعم .
“Ketahuilah, bahwa yang patut/pantas disebut ulama ialah orang yang makananannya, pakaiannya, tempat tinggalnya (rumah) dan hal- hal lain yang berkaitan dengan kehidupan duniawi, adalah sederhana, tidak bermewah-mewahan dan tidak berlebihan dalam kenikmatan.
Lain lagi pendapat Maulana Jalaluddin Rumi, penyair sufi besar. Saat ditanya santrinya, “Siapakah yang disebut ulama?
Ia tak mendefinisikannya secara logika Aristotelian, tetapi memberikan contoh (perumpamaan) yang amat menarik tentang siapa orang alim (orang berilmu) itu. Katanya:
“Dia bagaikan pohon yang akarnya menghunjam di dalam tanah yang subur. Tanah itu menjadikan pohon tersebut berdiri kokoh dan kuat, lalu mengeluarkan daun-daun yang menghijau dan merimbun. Lalu ia mengeluarkan bunga yang indah berwarna warni dan menghasilkan buah-buah yang lebat dan sedap. Meski dialah yang menghasilkan buah itu, tetapi ia sendiri tak mengambil buah itu. Buah itu untuk orang lain atau diambil mereka. Jika manusia bisa memahami bahasa pohon itu, maka ia akan mengatakan :
علمنا الله ان نعطى ولا ان ناخذ
“Allah mengajari kami untuk memberi dan tidak untuk meminta”.
Aku melihat sejumlah peserta mencatatnya. Ada yang mengucapkan kalimat paling akhir beberapa kali. Alhamdulillah.
(24.06.24/KH Husein Muhammad)
Advertisement