Siapakah Golongan yang Selamat dari 73 Golongan? Ini Penjelasan Habib Umar bin Hafidz
Kita semua sudah mendengar tentang hadits yang menyebutkan bahwa hanya akan ada satu golongan yang selamat (dari 73 golongan) dan betapa banyak perdebatan tentang siapa golongan ini...
Kita semua sudah mendengar tentang hadits yang menyebutkan bahwa hanya akan ada satu golongan yang selamat (dari 73 golongan) dan betapa banyak perdebatan tentang siapa golongan ini. “Hampir semua golongan yang terpecah belah saat ini mengaku bahwa merekalah golongan itu. Bisakah Anda memberi penjelasan tentang hal ini?,” tanya Amri Gunawan, warga Bangil, Kabupaten Pasuruan, pada ngopibareng.id.
Terlebih dulu, ngopibareng.id perlu memberikan penjelasan soal hadits dimaksud. Yakni, Sabda Nabi SAW berikut: “Dari Abdullah bin Amr, Rasulullah bersabda, ‘Sesungguhnya kaum Bani Israel telah terpecah menjadi tujuh puluh dua golongan. Dan umatku akan terpecah menjadi tujuh puluh tiga golongan. Semuanya akan masuk neraka, kecuali satu golongan.’ Lalu sahabat bertanya, ‘Siapakah satu golongan yang selamat itu wahai Rosulullah?’ Nabi SAW menjawab, ‘Dia adalah golongan yang mengikuti ajaranku dan ajaran sahabatku.” (HR. At-Tirmidzi no. 2565)
Sayyidi Habib Umar Bin Hafidz menjawab:
Nabi Saw. bersabda bahwa itu adalah golongan yang ada di jalan yang sama seperti jalan beliau Saw. dan para sahabatnya. Tidak mungkin untuk mengatakan dengan pasti bahwa Anda saja yang berada dalam golongan itu. Beriman / Percaya pada la ilaha illallah Muhammad Rasulullah adalah jalan Nabi dan para sahabat sehingga siapapun yang beriman / percaya dengan cara yang sama berarti juga telah berada di jalan Nabi SAW dan para sahabat...
Tetapi, setiap orang bervariasi dalam menggapai kedekatan kepada Nabi dan para sahabat menurut pandangan yang mereka miliki. Semakin dekat seseorang dengan mereka, semakin besar kemungkinan mereka untuk diselamatkan. Jalan Nabi dan para sahabat dan orang-orang yang ditiru, mereka tidaklah memperdebatkan urusan seperti ini melainkan untuk bertindak dan berusaha untuk mencapai segala hal yang terpuji. Jika kita membuang-buang waktu dalam perdebatan seperti ini dan bukannya mencari atau bertindak dan mencapai kemuliaan ini maka kita telah gagal untuk mengikuti jalan mereka.
Perhatian kita seharusnya dengan meningkatkan rasa cinta dan kasih kepada sesama makhluk Allah, menghormati, berhubungan dan meniru Nabi dan para sahabatnya dalam segala hal. (adi)