Siapa Pengkhianat dan Siapa Berkhianat?
Akhir-akhir ini Candra Wahyudi dan Nanang Prianto dikait-kaitkan dengan keterpurukan prestasi Persebaya. Kedua orang yang memegang peranan penting di Persebaya ini, Candra sebagai manajer tim Persebaya, dan Nanang sebagai Media Officer Persebaya disebut-sebut berkhianat lantaran keduanya berasal dari Malang.
Kedua tokoh ini dianggap “masuk angin” sehingga Persebaya tak kunjung bangkit. Rumor ini pula yang membuat ratusan suporter Persebaya mendesak dan menuntut manajemen Persebaya untuk memecatnya.
Lebih miris, semalam suasana sempat memanas karena ratusan suporter Persebaya mendatangi kantor Persebaya di Surabaya Town Square. Perdebatan terjadi, dan suporter yang tak puas dengan penjelasan CEO Persebaya, Azrul Ananda, merangsek dan mendekati Azrul. Sehingga dengan alasan keamanan, Azrul harus dibawa masuk ke mobil polisi untuk menghindari insiden yang tak diinginkan.
Terkait isu negatif yang belum tentu kebenarannya ini, bukankah alangkah baiknya Bonek mencari informasi yang lebih valid, atau bisa meminta keterangan langsung kepada yang bersangkutan?
Menuduh hanya berdasarkan bukti kartu identitas saja tentu tak relevan. Begitu juga dengan bukti foto Candra yang mengikatkan syal Arema di kepalanya. Bila itu dianggap sudah bisa dijadikan alasan Candra pengkhianat tentu tidak bisa dibenarkan.
Tanpa bermaksud mengesampingkan permintaan Bonek Mania dan membela pihak tertentu, alangkah baiknya jika menelisik lebih jauh siapa Candra dan Nanang, dan apa yang telah mereka perbuat bagi Persebaya.
Soal kartu identitas yang menunjukkan bahwa mereka asli Malang misalnya, tidak bisa dijadikan alasan untuk meyakini bahwa keduanya telah menusuk Persebaya dari belakang. Sebab, bukankah mencari nafkah bisa dimana saja.
Mereka sudah cukup lama hidup di Surabaya. Semasa masih aktif menjadi wartawan di sebuah media cetak terbesar di Indonesia Timur, keduanya banyak membantu bangkitnya Persebaya di bawah naungan PT Persebaya Indonesia melalui karya tulisnya.
Tak hanya melalui tulisan-tulisannya yang cadas terhadap kebijakan sejumlah oknum PSSI yang dianggap merugikan Persebaya, mereka juga melakukan sejumlah aksi konkret dengan melobi dan menemui stakeholder sepak bola nasional, sehingga hak Persebaya akhirnya dipulihkan oleh federasi sepak bola nasional.
Candra dan Nanang pula yang mendorong Azrul Ananda untuk membidani Persebaya era baru dan mengantarkan Bajul Ijo akhirnya promosi ke Liga 1 2018 setelah menjuarai Liga 2 2017. Logikanya, jika mereka yang berdarah-darah membangkitkan Persebaya, apakah mereka rela mematikan perjuangannya sendiri? Wallahua’lam bisshawab.
Soal foto Candra yang mengenakan syal Arema. Suporter Persebaya mestinya mencari tahu kapan foto itu dibuat dan alasan Candra melakukannya, tanpa harus menuduh lebih dulu.
Bila isu kedaerahan menjadi alasan di balik tuntutan agar mereka diamputasi, sebaiknya para pendukung Persebaya melongok ke tim-tim lain yang tak sedikit petinggi klubnya berasal dari luar daerah, atau bahkan dari kota dimana tim yang menjadi rival abadinya bercokol.
Seperti diungkapkan Azrul, jasa kedua orang ini terhadap kebangkitan Persebaya sangat besar. Azrul juga tak mau melupakan itu, apalagi mendepaknya di saat desakan Bonek baik lewat media sosial maupun secara langsung sangat kuat.
Kecurigaan seharusnya juga tersembul di benak Bonek Mania terkait siapa yang sengaja menggulirkan isu pengkhianatan di tubuh Persebaya. Setidaknya, mereka bisa mencari tahu dari mana dan siapa yang membocorkan identitas kedua orang ini. Hal ini juga patut ditelusuri.
Sebab, di era teknologi digital dan serta cepatnya arus informasi seperti sekarang, kabar hoax bertebaran dimana-mana. Maka untuk mempercayai langsung sebuah informasi yang belum pasti kebenarannya tentu sangat naif.
Jangan-jangan ada barisan sakit hati yang memiliki ambisi pribadi atau niatan balas dendam? Setidaknya pernyataan Azrul dalam konferensi pers dengan media hari ini, Jumat 16 Agustus 2019, yang menyebutkan tatanan manajemen Persebaya membaik, kerugian yang diderita Bajul Ijo akibat bocornya sejumlah pemasukan Persebaya menjadi kecil sejak keduanya masuk pada 2018 lalu.
Tanpa perlu menuduh siapa pun, tentu tak ada salahnya berpikir kritis. Yang pasti, tak sembarang orang bisa memiliki akses untuk mendapatkan copy identitas Candra dan Nanang lantaran data tersebut bersifat rahasia.
Namun, mencari siapa yang salah dan biang kekacauan ini tak akan ada habisnya. Saat ini yang dibutuhkan Persebaya adalah pelatih baru, serta upaya konkret untuk membangkitkan Persebaya agar lebih kompetitif. Bukan terus berkutat pada kecurigaan-kecurigaan tak beralasan.
Memprotes kebijakan rekrutmen pemain di awal musim, mempertanyakan kinerja tim dan komitmen para pemain untuk memperjuangkan Persebaya agar kembali ke khittahnya mungkin akan lebih bijak.
Dalam kondisi dan situasi seperti ini, yang dibutuhkan Persebaya adalah bersatunya semua elemen Persebaya. Karena hanya dengan cara itu, Persebaya bisa bangkit dan mengembalikan Bajul Ijo menjadi tim yang disegani di sepak bola Tanah Air.