Siapa Kali Pertama Mengamalkan Haul? Ini Jawaban yang Mengejutkan
Di kalangan umat Islam di Nusantara, merupakan hal bisa adanya peringatan hari kemarian seorang tokoh. Haul, demikian sebutan untuk peringatan dimaksud, diadakan terutama di kalangan umat Islam berlatar belakang pesantren dan warga NU.
Perlu diketahui, meski peringatan hari kemarian dilakukan sebagian besar warga NU, pendiri NU KH Muhammad Hasyim Asy'ari, sebenarnya tak mengingini dirinya dihauli. Terbukti, di Pesantren Tebuireng Jombang tidak dikenal adanya Haul Kiai Hasyim Asy'ari.
Baru setelah KH Abdurrahman Wahid wafat pada 2010, di Pesantren Tebuireng Jombang digelar acara Haul Gus Dur. Hal itu pun diperingati hingga sekarang. Ada yang agak aneh juga, yakni peringatan Haul Gus Dur tidak dalam hitungan kalender Hijriah, melainkan Miladiyah alias kalender Masehi. Setiap bulan Desember menjadi bulan Gus Dur.
Ada pertanyaan, sejak kapan acara haul diadakan?
Guna memahami hal itu, berikut catatan Kiai Muhammad Ma'ruf Khozin, Ketua Aswaja NU Center Jawa Timur, yang juga Ketua Komisi Fatwa MUI Jawa Timur:
Saya pernah menghadiri Haul Sayidah Khadijah, istri Nabi shalallahu alaihi wasallam. Penceramah haul tersebut adalah seorang Habib muda yang alim, Habib Mujtaba.
Kemudian beliau menyampaikan hadis berikut:
ما غِرْتُ علَى أحَدٍ مِن نِسَاءِ النَّبيِّ صَلَّى اللهُ عليه وسلَّمَ، ما غِرْتُ علَى خَدِيجَةَ، وما رَأَيْتُهَا، ولَكِنْ كانَ النَّبيُّ صَلَّى اللهُ عليه وسلَّمَ يُكْثِرُ ذِكْرَهَا، ورُبَّما ذَبَحَ الشَّاةَ ثُمَّ يُقَطِّعُهَا أعْضَاءً
Aisyah berkata: Tidak ada yang aku cemburui di antara istri-istri Nabi melebihi kecemburuanku pada Khadijah. Aku tidak pernah melihatnya. Tapi Nabi sering mengingat-ingat Khadijah. Terkadang Nabi menyembelih kambing dan memotongnya [kemudian disedekahkan]" (HR al-Bukhari)
Jadi, para Dzuriyah Nabi saat ini yang mengingat-ingat kehidupan dan sejarah Sayidah Khadijah adalah bentuk meneruskan amalan yang dilakukan oleh Nabi. Mengingat-ingat ini bahasa Arabnya adalah ذكرى.
Jika anda pernah ke Yaman, maka anda akan menemukan banyak Sadah Alawiyyin yang mengamalkan dzikra para ulama dari kalangan Habaib. Bergeser lagi ke Negeri Syam yang menjadi kota Wali Abdal, juga akan dijumpai Dzikra Haul, seperti Syekh Ramadhan Al Buthi, Syekh Wahbah Az-Zuhaili dan lainnya. Sedikit lagi lanjutkan perjalanan ke Mesir, ada banyak para ulama Al-Azhar, Mesir, yang pernah menjadi Mufti selalu diperingati Haulnya oleh para ulama sesudahnya.
Suatu hari, bersama Gus Malik, Banyuwangi. Kakak kelas saya saat di Pondok Pesantren Ploso (Kediri), sekamar dengan Gus Ibnu Ceha .
Haul ini adalah untuk ayahanda beliau, KH Mahrus Ali, sekaligus Haul untuk gurunya dari Pare, KH Juaini Nuh. Beliau meneruskan kecintaan ayahandanya sesuai hadis Nabi:
أَبَرُّ البِرِّ أنْ يَصِلَ الرَّجُلُ وُدَّ أبِيهِ.
"Bentuk paling berbakti adalah seseorang meneruskan pertalian dengan orang-orang yang dicintai ayahnya" (HR Muslim)
Demikian semoga bermanfaat.