Siapa Bilang Dolly Tutup? Cara Beroperasinya Saja yang Berbeda
Siapa bilang lokalisasi Dolly di Surabaya sudah lenyap? Secara fisik mungkin benar, tapi ternyata eksistensi tempat prostitusi yang kondang itu masih ada, masih terus beroperasi, tapi dengan cara yang berbeda. Bahkan makin tumbuh subur.
Kondisi Dolly saat ini hari Minggu malam diketahui, diulas dan dibahas bersama oleh IKA (Ikatan Keluarga Alumni Stikosa AWS dalam format podcast, yang dimoderatori Noor Arief Prasetyo penulis buku Surabaya Butuh Lokalisasi. Pada pembicaraan yang disebrluaskan melalui chanel di Youtube ini, dihadirkan pula seorang perempuan yang saat ini masih aktif menjalani profesinya di Dolly berinisial LD.
" Kini Dolly seperti hantu, bergerak tanpa wujud," kata Noor Arief membuka pembicaraan. Tiada tetapi ada. Dan dibenarkan oleh LD.
Dari pembicaraan ini, banyak diperoleh informasi tentang praktek bisnis terselubung di Dolly. Mulai dari cara menggaet tamu, kehidupan PSK dan muncikari, tarif, tempat kencan, razia, kondisi sosial Dolly, hingga faktor kesehatan para PSK.
Menurut pengakuan LD, aktivitas prostitusi di Gang Dolly secara nyata memang tidak ada, tidak seperti dulu sebelum ditutup. Tapi para PSK masih ada, mereka kost di bekas wisma yang dulu jadi tempat praktek prostitusi.
"Para bekas PSK itu masih bekerja, masih praktek, dan masih di bawah kelola muncikari. Sistem kerjanya menggunakan HP. Kami tinggal menunggu di tempat kost, kalau ada tamu kami akan dihubungi. Foto kami dibawa mucikari, yang akan menunjukkan kepada tamu. Tamu akan memilih, kalau cocok, langsung jadi," ungkap LD.
LD mengaku, tanpa adanya wisma seperti dulu, saat ini muncikari bekerja di jalan-jalan di wilayah Gang Dolly dan di sepanjang Jalan Girilaya. "Kalau ada mas-mas atau bapak-bapak berdiri di situ, biasanya merekalah yang cari tamu," kata LD. Tapi aktivitas itu hanya berlangsung malam hari. Mulai pukul 19.00 WIB, para muncikari itu sudah mulai mencari tamu.
Untuk tarif jasa prostitusi, LD mengaku tidak tahu angka pastinya. "Kalau tarif itu kita gak ngerti. Tapi kita dapat bersih 150 ribu. Kalau ada tamu dari luar kota misalnya yang ditarif 500 ribu, kita dapatnya ya tetap segitu, 150 ribu. Kita tidak tahu transaksi di luar," paparnya.
“Kalau selesai kencan tamunya membayar ke mucikari di depan kita, dan kita melihat jumlahnya 500 ribu misalnya, biasanya kita akan diberi lebih dari 150 ribu. dan kita melihat jumlahnya Namun, ia mengaku jika tamu membayar di depan PSK saat usai kencan maka pembagian yang diterima bisa lebih besar, bisa 250 ribu. Sewa kamar ditanggung mucikari. Biasanya, mucikari itu masih memberi uang kepada mucikari lainnya. Jadi memang mereka saling memberi,” cerita LD.
Untuk tempat atau lokasi kencan, LD mengaku ada tamu yang mengajak ke hotel atau di tempat milik tamu. Tapi ada juga kamar-kamar di Gang Dolly yang bisa dsewa untuk kencan. Tergantung kesepakatan antara tamu dan mucikari saja, sedang kami ikuti saja kesepakatan mereka, tambah LD.
Pintu Belakang
Bagaimana kalau ada razia oleh aparat? Menurut LD, razia biasanya hanya dilakukan pada hari atau momen tertentu. Misalnya saat menjelang puasa Ramadhan, 17 Agustus, atau Idul Adha. "Kalau hari-hari biasa, gak ada razia, aman-aman saja, katanya.
Mengenai kesehatan para PSK, LD mengaku tidak ada kontrol dari Dinas Kesehatan Kota Surabaya seperti saat Dolly masih belum ditutup. "Kalau dulu ada cek kesehatan oleh Dinkes. Kalau sekarang atas dasar kesadaran anaknya sendiri. Kalau mau sehat ya ke dokter sendiri, kalau gak ya sudah, gak ada yang nasehati. Kan kita gak ada bos, tambahnya.
Para PSK di Dolly saat ini juga tidak ada yang bekerja formal. Mereka tinggal di kost dan hanya bekerja malam hari sebagai PSK. "Kalau siang hanya di kost. Nyaris tanpa pekerjaan. Hanya mengandalkan kenalan dan dapat telepon dari kenalan. Karena kebanyakan kalau siang muncikarinya kerja normal. Ada yang kerja di bangunan atau kerja apa. Kalau malam aja cari pendapatan sampingan," ujar LD.
Dolly sudah tutup, tapi bisa dibuka melalui pintu belakang. Warga kampung juga mengerti. Tetapi mereka diam. "Kebanyakan orang di sana itu memang diam, asal kami para PSK gak resek, tidak berbuat apa-apa, mereka tidak mempersoalkan. Kita malah banyak banyak menghasilkan kok, contohnya kayak laundry, jualan makananan, karena kami makannya yang beli di orang kampung situ. Jadi kalau ada laki-laki dan perempuan masuk ke kamar, itu sudah biasa bagi mereka," ungkapnya.
Ditambahkan, makin lama praktek gelap-gelapan ini makin ramai. "Saya lihat sekarang ini semakin lama semakin banyak jumlah PSK. Tapi liar, dan tidak ada pengawasan tertentu, kesehatan atau gimana itu gak ada. Lebih baik diadakan saja kayak dulu, tapi dengan pengawasan dan syarat-syarat tertentu. Sama aja kok, prostitusi di Dolly saat ini, malah makin menjadi," kata LD. (tim ika aws)