Si Yahudi Keluar dari Rusia, Lelucon ke Surabaya Turun Israel
Israel menjadi sorotan dunia, karena serangan bertubi-tubi di kawasan pemikiman penduduk warga Palestina di Jalur Gaza. Israel disorot karena sedang berperang dengan kelompok Hamas, tanpa mengindahkan nilai-nilai kemanusiaan.
Israel menyerang tanpa ampun para ibu dan anak-anak, yang seharusnya dihindari. Israel menyerang Rumas Sakit yang dikelola umat Kristen. Juga menyerang Rumah Sakit Indonesia di Palestina, yang berdiri atas pengumpulan dana dari rakyat Indonesia.
Fakta itu sungguh memprihatinkan. Karena puluhan ribu nyawa manusia menjadi korbannya. Sedih... sedih sekali kita.
Nah, ini ada lelucon tentang penyebutan Israel dan Yahudi. Tentu ini memang lelucon politik, yang harus menjadikan pelepasan bagi kekesalan sosial.
Si Yahudi Ingin Keluar dari Rusia
Cerita ini terjadi pada tahun 1960. Seorang Yahudi Sovyet tinggal di apartemennya sendiri di Moskow. Pada suatu tengah malam, ia dibangunkan oleh suara ketukan pintu yang keras dan gencar.
Ia berteriak: "Kamu siapa?"
Sebuah jawaban yang lantang berkumandang: "Aku tukang pos."
Orang Yahudi itu segera bangun dari ranjangnya, membuka pintu dan merasa sedikit di luar dugaan. Di luar pintu ternyata berdiri 2 orang, satu di antaranya menanyanya: "Apakah kamu Glatstein?"
"Ya," jawabnya dengan sabar.
"Apakah kamu telah mengajukan permohonan Izin Exit ke Israel?"
"Ya, aku pernah mengajukan permohonan tersebut."
"Katakanlah kepadaku, kamu di Uni Soviet apa memiliki makanan yang cukup?"
"Ya."
"Semua anak-anakmu mendapat pendidikan yang baik, bukan?"
"Ya."
"Sekalipun demikian, nah, mengapa kamu masih mau meninggalkan negara kami?"
"Mengapa? Karena aku tak mau hidup di sebuah negara semacam ini: di sini seorang tukang pos pun pada dini hari jam 3 bisa mengetuk pintu rumahku dengan seenak perutnya."
Ke Surabaya Turun Israel
Suatu hari Cak Paryono, teman akrab Amrin Pembolos -- ya tokoh humor kita -- melakukan perjalanan dari Bojonegoro ke Surabaya. Setelah turun di Terminal Osowilangon, ia ganti Bus Kota non-tol jurusan Jalan A. Yani.
Ia duduk bersebelahan dengan lelaki tua dari Lamongan yang tadi naik sama dengan bus yang ditumpanginya dari Babat - Lamongan.
Ia coba berbasa basi.
“Mbah badhe mandhap pundi? (Mbah, mau turun di mana?)”
“Mandhap Israel,” jawabnya.
“Niki Suroboyo Mbah. Napa wonten Israel?”
Lelaki tua itu menjawab lagi:
“Wonten... istri kula wonten ngriku nunggu yogane sakit. (Ada istri saya di situ, menunggu putranya sakit)”.
Tak lama kemudian bus berhenti di Rumah Sakit Angkatan Laut. Kondektur pun berteriak- teriak “ER ES A EL ER ES A EL"
dan laki laki tua turun sambil bilang , lha niku pun dugi ISRAEL”.
Eh,... ternyata maksudnya RSAL. Ha ha ha...
Advertisement