Si Celurit Emas Sakit, Zawawi Imron: Suara Saya Tidak Keluar
Penyair Nasional asal Sumenep Madura, D. Zawawi Imron sedang mengalami sakit. Si Celurit Emas ini, selama sebulan tak boleh bicara dengan siapa pun, karena flu dan batuk berat yang dideritanya.
"Sejak awal Ramadhan saya sakit flu dan batuk berat. Saya periksa sampai 4 dokter masih belum sembuh. Terakhir ke THT tenyata ada iritasi pita suara. Menjelang Idul Fitri 5 hari saya tidak puasa," tutur penulis buku Nenek Moyangku Airmata.
"Saya tak boleh bicara 1 bulan. Sekarang agak baikan meskipun terima tamu di ruang tidur. Fisik mulai baik. Tinggal batuk dan suara tidak keluar. Mohon doa," kata Zawawi Imron.
Hal itu disampaikan Zawawi Imron pada sahabatnya, Hare Rumemper, Rabu 19 Mei 2021.
"Mohon doanya unt kesembuhan Zawawi Imron," tutur Sutradara Teater Bengkel Muda Surabaya.
Sontak para seniman lain pun memberi tanggapan dan berharap akan kesembuhan penyair dari Desa Batang-Batang Sumenep Madura itu.
Edy Selaloe, salah seorang sahabatnya tinggal di Sumenep, menyampaikan doa bagi kesembuhan Zawawi Imron.
Doa untuk Aba D Zawawi Imron yang sakit
اَللَّهُمَّ رَبَّ النَّاسِ، أَذْهِبِ البَاسَ، اِشْفِ، أَنْتَ الشَّافِي، لاَ شِفَاءَ إِلاَّ شِفَاؤُكَ، شِفَاءً لاَ يُغَادِرُ سَقَمًا
Allaahumma robban-naas, adz-hibil baas, isyfi, antasy-syaafii, laa syifaa-a illaa syifaa-uka, syifaa-an laa yughoodiru saqoman.
Yaa Allah, Tuhan seluruh manusia, hilangkanlah sakit Aba D Zawawi Imron, sembuhkanlah, Engkaulah As-Syafi (Sang Penyembuh), tidak ada kesembuhan kecuali kesembuhan dari-Mu, kesembuhan yang tidak meninggalkan penyakit.
Perjalanan Kepenyairan D Zawawi Imron
Penyair D. Zawawi Imron lahir di desa Batang-batang 1 Januari 1945 di ujung timur pulau Madura. Zawawi Imron lahir di desa Batang-batang 1 Januari 1945 di ujung timur pulau Madura. Dia mulai terkenal dalam percaturan sastra Indonesia sejak Temu Penyair 10 Kota di Taman Ismail Marzuki, Jakarta pada 1982.
Setelah tamat Sekolah Rakyat (SR, setara dengan sekolah dasar) dia melanjutkan pendidikannya di Pesantren Lambicabbi, Gapura, Semenep. Kumpulan sajaknya Bulan Tertusuk Ilallang mengilhami Sutradara Garin Nugroho untuk membuat film layar perak Bulan Tertusuk Ilalang. Kumpulan sajaknya Nenek Moyangku Airmata terpilih sebagai buku puisi terbaik dengan mendapat hadiah Yayasan Buku Utama pada 1985.
Penghargaan Kepenyairan di Nusantara
Pada 1990 kumpulan sajak Celurit Emas dan Nenek Moyangku Airmata terpilih menjadi buku puisi di Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa. Juara pertama sayembara menulis puisi AN-teve dalam rangka hari ulang tahun kemerdekaan RI ke-50 pada 1995. Buku puisinya yang lain adalah Berlayar di Pamor Badik (1994), Lautmu Tak Habis Gelombang (1996), Bantalku Ombak Selimutku Angin (1996), Madura, Akulah Darahmu (1999), dan Kujilat Manis Empedu (2003). Beberapa sajaknya telah diterjemahkan ke dalam Bahasa Inggris, Belanda dan Bulgaria.
Penceramah Agama
Saat ini ia menjadi Anggota Dewan Pengasuh Pesantren Ilmu Giri (Yogyakarta). Zawawi banyak berceramah Agama sekaligus membacakan sajaknya, di Yogyakarta, ITS. Surakarta, UNHAS Makasar, IKIP Malang dan Balai Sidang Senayan Jakarta. Juara pertama menulis puisi di AN-teve.
Pembicara Seminar Majelis Bahasa Brunei Indonesia Malaysia (MABBIM) dan Majelis Asia Tenggara (MASTERA) Brunei Darussalam (Maret 2002).
Hingga kini, Zawawi Imron masih setia tinggal di Batang-batang, Madura, tanah kelahiran sekaligus sumber inspirasi bagi puisi-puisinya. Penyair yang tidak tamat Sekolah Rakyat ini memenangkan hadiah utama penulisan puisi ANTV (1995). Bersama Dorothea Rosa Herliany, Joko Pinurbo, dan Ayu Utami, Zawawi pernah tampil dalam acara kesenian Winter Nachten di Belanda (2002).
Karya-Karya D. Zawawi Imron
Semerbak Mayang (1977)
Madura Akulah Lautmu (1978)
Celurit Emas (1980)
Bulan Tertusuk Ilalang (1982; yang mengilhami film Garin Nugroho berjudul sama)
Nenek Moyangku Airmata (1985; mendapat hadiah Yayasan Buku Utama Departemen P & K, 1985)
Bantalku Ombak Selimutku Angin (1996)
Lautmu Tak Habis Gelombang (1996)
Madura Akulah Darahmu (1999).