‘Sharing’ Tak Disaring, Penyebar Video Hoax Menyesal
Sebanyak tujuh pelaku penyebar video hoax tentang jenazah Covid-19 yang kedua matanya dicongkel akhirnya menyesal. Mereka yang kini ditahan di Mapolres Probolinggo mengaku, sharing video tanpa disaring lebih dulu benar tidaknya informasi itu.
NS, warga Kecamatan Kraksaan, Kabupaten Probolinggo berusia 40 tahun mengungkapkan penyesalannya saat ditemui di Mapolres Probolinggo, Sabtu, 7 November 2020. “Video tersebut saya dapat dari grup WhatsApp (WA) bernama ‘Hape Bahan Bahagia’, dari seorang teman. Kemudian saya sharing,” katanya.
Bahkan NS mengunggah (posting) video berdurasi 12 detik itu di akun Facebook (FB)-nya. Tidak seberapa lama, video yang belum jelas kebenarannya itu kemudian dibagikan ulang teman-teman NS di FB. “Video itu tidak saya jadikan strory WA, saya hanya singgah di FB,” ujarnya.
NS kini mengaku, hanya bisa menyesal karena melakukan sharing tanpa disaring lebih dulu. Ia terancam menjadi tersangka penyebaran informasi palsu melalui media sosial, yang bisa dijerat UU ITE.
“Saya meminta maaf kepada masyarakat yang telah menyaksikan video tersebut. Lebih khusus saya minta maaf kepada Satgas Covid-19 Kabupaten Probolinggo,” katanya.
Pasca beredarnya video hoax itu sejumlah kalangan termasuk Satgas Covid-19 langsung menanggapinya. “Yang jelas, kami prihatin ketika ada orang berduka cita, meninggal karena Covid-19 kok tega ada yang membuat video hoax seperti itu,” kata Koordinator Penegakan Hukum Satgas Covid-19 Kabupaten Probolinggo, Ugas Irwanto.
Ugas mendesak, Polres Probolinggo menuntaskan kasus penyebaran video hoax itu. Tujuannya agar menjadi pembelajaran bagi warga lainnya agar bijak bermedia sosial apalagi saat pandemi Covid-19 belum berakhir.
RSUD Tanggapi
Plt Direktur RSUD dr Mohamad Saleh, Kota Probolinggo dr Abraar HS Kuddah SpB ikut menanggapi viralnya video hoax terkait jenazah Covid-19. Soalnya, sebelumnya Ma sempat dirawat di RSUD tersebut sebelum meninggal dunia.
“Tidak benar, organ tubuh jenazah dicongkel atau ada yang hilang,” kata Abraar kepada wartawan. Ia membenarkan, jenazah masih mengeluarkan darah di bagian mukanya tetapi bukan karena matanya dicongkel.
Dikatakan jenazah mengalami lebam mayat (Rivermortis). “Darah mengalir ke bagian tubuh yang lebih rendah. Seperti pada air,” katanya.
Dokter spesialis bedah itu menjelaskan, darah akan berkumpul pada bagian yang rendah seperti punggung atau anggota tubuh yang lain. Darah yang turun dan berkumpul itu kemudian keluar melalui lubang pada tubuh seperti, telinga, mata dan hidung.
Dikatakan, posisi jenazah di dalam peti miring, karena almarhumah beragama Islam. “Jika yang meninggal beragama selain Islam, jenazah posisinya telentang. Kami jamin posisi jenazah tetap miring, meski petinya dibolak-balik,” ujarnya.
Kenapa bisa begitu, katanya, karena peti disesuaikan dengan ukuran tubuh jenazah. Peti di RSUD, bukan peti jadi, tetapi masih berupa bagian-bagian atau potongan-potongan.
Soal pemulasaraan jenazah Ma, kata Abraar, disaksikan pihak keluarga yang terdiri dari kakak dan anak angkat almarhumah. “Kalau ada pengambilan organ, tidak sampai ke rumah duka di Paiton. Di kamar mayat RSUD, sudah diketahui,” katanya.
Mahmudah sebelum meninggal akibat Covid-19 dirawat di RSUD dr Mohamad Saleh. Hasil diagnosis stroke hemorargic dan respiratory failuler tp 1 serta terkonfirmasi positif Covid-19.