Shalawat Nariyah Syirik? Ini Fatwa Syaikh Abdul Aziz Asy-Syahawi
Perdebatan soal Shalawat Nariyah di masyarakat seolah berakhir ketika Syaikh Abdul Aziz Asy-Syahawi mengeluarkan pendapatnya. Ulama ahli fikih asal Universitas Al-Azhar Kairo Mesir ini, justru makin menguatkan tentang pentingnya amalan sunah dalam membaca Shalawat Nariyah.
Shalawat Nariyah satu di antara Shalawat Nabi yang dianjurkan oleh para sesepuh dan ulama pesantren. Sebagaimana dipesankan KH As'ad Syamsul Arifin (almaghfurlah), Shalawat Nariyah patut diamalkan oleh para santri Pondok Pesantren Salafiyah Syafi'iyah Sukorejo Asembagus Situbondo. Sayangnya,hal itu didebat oleh kelompok lain yang tak sepaham.
Namun, Syaikh Abdul Aziz Asy-Syahawi justru menguatkan pendapat Kiai As'ad Syamsul Arifin, yang juga seorang tokoh generasi pendiri Nahdlatul Ulama dan santri Kiai Muhammad Hasyim Asy'ari Tebuireng Jombang. Berikut catatan Ust Muhammad Ma'ruf Khozin (Ketua Komisi Fatwa MUI Jawa Timur):
Menjelang muhadlarah pagi ini di Kuningan Al-hamdulillah saya bermujalasah bersama Syekh Abdul Aziz Asy-Syahawi Mesir, ulama pakar Mazhab Syafi'i dari Al Azhar, Mesir di kediaman ustadzana Dr Aang Asy'ari , sambil sarapan roti Maryam.
Di sela-sela obrolan ringan Syaikh Abdul Aziz tidak diam, ada yang minta barakah doa, tahnik anak kecil bahkan rombongan anak-anak TK dipangku oleh beliau, satu persatu didoakan.
Ijazah Shalawat
Ketika ada yang minta ijazah shalawat ada seorang ustaz yang mengangkat tema yang sedang hangat karena ada web dari saudara kita yang mengatakan Salawat Nariyah adalah syirik. Beliau tertawa. Kemudian beliau menjelaskan bahwa ulama di Mesir sudah mengamalkan dan terbukti manjurnya. Manjur ini bahasa Arabnya adalah Tajribah. Beliau katakan:
التجربة من الحجة
"Tajribah adalah bagian dari dalil"
Ini memang persoalan Khilafiyah. Saya dan warga NU termasuk yang sejalan dengan Maulana Syekh Abdul Aziz dan ulama Al-Azhar lainnya. Hal ini berdasarkan riwayat:
ﻋﻦ ﻋﺘﺒﺔ ﺑﻦ ﻏﺰﻭاﻥ، ﻋﻦ ﻧﺒﻲ اﻟﻠﻪ - ﺻﻠﻰ اﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ - ﻗﺎﻝ: " «ﺇﺫا ﺃﺿﻞ ﺃﺣﺪﻛﻢ ﺷﻴﺌﺎ، ﺃﻭ ﺃﺭاﺩ ﻋﻮﻧﺎ، ﻭﻫﻮ ﺑﺃﺭﺽ ﻟﻴﺲ ﺑﻬﺎ ﺃﻧﻴﺲ ﻓﻠﻴﻘﻞ: ﻳﺎ ﻋﺒﺎﺩ اﻟﻠﻪ، ﺃﻏﻴﺜﻮﻧﻲ ; ﻓﺈﻥ ﻟﻠﻪ ﻋﺒﺎﺩا ﻻ ﻧﺮاﻫﻢ ". ﻭﻗﺪ ﺟﺮﺏ ﺫﻟﻚ».
Dari Utbah bin Ghazwan bahwa Nabi shalallahu alaihi wa sallam bersabda: "Jika kalian kehilangan sesuatu atau ingin pertolongan saat berada di tanah yang tidak ada orang lain yang membantu maka ucapkan "Wahai hamba Allah tolonglah saya". Sebab Allah memiliki hamba yang tidak kita lihat. Dan ini betul betul MUJARAB.
Terkait status hadis ini memang dikomentari daif oleh Al-Hafidz Al-Haitsami:
ﺭﻭاﻩ اﻟﻄﺒﺮاﻧﻲ، ﻭﺭﺟﺎﻟﻪ ﻭﺛﻘﻮا ﻋﻠﻰ ﺿﻌﻒ ﻓﻲ ﺑﻌﻀﻬﻢ، ﺇﻻ ﺃﻥ ﺯﻳﺪ ﺑﻦ ﻋﻠﻲ ﻟﻢ ﻳﺪﺭﻙ ﻋﺘﺒﺔ.
Hadis riwayat Thabrani, para perawinya dinilai terpercaya dan sebagian daif. Hanya saja Zaid bin Ali tidak menjumpai Utbah (Majma' Az-Zawaid)
Namun di hadis-hadis berikutnya yang senada dinilai sebagai hadis Hasan.
Enteng saja kalau dituduh syirik, kata Gus Dur nanti saat jawab azan jadi Islam lagi. Saat azan 'kan baca Syahadat?
Advertisement