Shalawat Asyghil di Istighotsah Kubro 2018, Begini Maknanya
Puncak peringatan Hari Santri Nasional di Jawa Timur, memang terasa khusus. Selain ada Kirab Santri yang dihadiri Presiden Joko Widodo, juga berkumpulnya ratusan ribu umat Islam, khususnya warga NU, mengikuti Istighotsah Kubro.
Di tengah jamaah Istighotsah Kubro yang digelar PWNU Jatim di Gelora Delta Sidoarjo, Minggu 28 Oktober 2018, KH Marzuki Mustamar mengajak umat Islam untuk membaca Shalawat Asyghil. Tentu saja, sambutan para masyayikh, kiai sepuh di panggung utama, menjadi lebih antusias. Juga para jamaah Istighotsah yang menggaungkan kalimat-kalimat thayibah.
Hal itu, di tengah sambutan Kiai Marzuki sebagai Ketua PWNU Jatim, seraya menunggu kehadiran Mustasyar PBNU KH Ma’ruf Amin. Sementara para masyayikh terlihat seperti KH Anwar Manshur, KH Agoes Ali Masyhuri, KH Anwar Iskandar, Habib Abubakar bin Husein Assegaf, KH Zainuddin Djazuli, KH Nurul Huda Djazuli, telah membacakan doa Istighotsah Kubro.
Nampak hadir di tengah umat Islam dan warga Nahdliyin itu, Wakil Gubernur Jatim H Saifullah Yusuf, H Muhaimin Iskandar, Menteri Pertanian Arman Sulaiman. Beberapa waktu kemudian KH Ma’ruf Amin hadir disambuta Shalawat Nabi dan jamaah melakukan Mahalul Qiyam.
“Kita membaca Shalawat Asyghil agar Indonesia tetap aman, Indonesia tetap Ahlussunnal Waljamaah,” tutur Kiai Marzuki Mustamar.
Jamaah pun mengikuti shalawat yang diajarkan Habib Ahmad bi Umar al-Hiduan Ba’alawiy ini. Setelah bershawalat dan memberikan sambutan, Kiai Marzuki Mustamar mengajak peserta Istighotsah Kubro untuk membaca Bersama ikrar Santri.
Pada intinya, sebagai perwujudan tekad mencintai Negara Kesatuan Republik Indonesia dan NU, memperjuangkan Islam ala Ahlussunnah Waljamaah di Nusantara hingga NKRI tetap utuh berdiri. Selain itu, ada pula Ikrab Santri yang dibacakan Muhaimin Iskandar.
“Kita membaca Shalawat Asyghil agar Indonesia tetap aman, Indonesia tetap Ahlussunnal Waljamaah,” tutur Kiai Marzuki Mustamar.
Berikut lafaz Shalawat Asyghil, yang semula diajarkan Habib Ahmad Bin Umar al-Hinduan Ba’alawiy:
ﺍﻟﻠَّﻬُﻢَّ ﺻَﻞِّ ﻋَﻠﻰَ ﺳَﻴِّﺪِﻧَﺎ ﻣُﺤَﻤَّﺪٍ، ﻭَﺃَﺷْﻐِﻞِ ﺍﻟﻈَّﺎﻟِﻤِﻴﻦَ ﺑِﺎﻟﻈَّﺎﻟِﻤِﻴﻦَ 2 .
ﻭَﺃَﺧْﺮِﺟْﻨَﺎ ﻣِﻦْ ﺑَﻴْﻨِﻬِﻢْ ﺳَﺎﻟِﻤِﻴﻦَ ﻭَﻋﻠَﻰ ﺍﻟِﻪِ ﻭَﺻَﺤْﺒِﻪِ ﺃَﺟْﻤَﻌِﻴﻦ .
Allahumma shalli ‘alaa sayyidinaa Muhammadin
Wa asyghilizh zhaalimiina bizh-zhalimiina
Wa asyghilizh zhaalimiina bizh-zhalimiina
Wa akhrijnaa min baynihim saalimiin wa’alaa alihi wa shahbihii ajma’in.
Artinya:
“Ya Allah, berikanlah shalawat kepada pemimpin kami Nabi Muhammad,
dan sibukkanlah orang-orang zhalim agar mendapat kejahatan dari orang zhalim lainnya.
Selamatkanlah kami dari kejahatan mereka.
Dan berilanlah shalawat kepada seluruh keluarga dan para sahabat beliau.”
Menurut Sejarah Shalawat Asyghil, doa tersebut dipanjatkan Imam Ja’far ash-Shadiq (wafat 138 H), salah seorang tonggak keilmuan dan spiritualitas Islam di awal masa keemasan umat Islam. Beliau hidup di akhir masa Dinasti Umawiyyah dan awal era Abbasiyyah yang penuh intrik dan konflik politik.
Shalawat ‘Asyghil’ ini juga dikenal dengan sebutan Shalawat ‘Habib Ahmad bin Umar al-Hinduan Baalawy’ (wafat 1122 H). Dikarenakan shalawat ini tercantum di dalam kitab kumpulan shalawat beliau, ‘al-Kawakib al-Mudhi’ah Fi Dzikr al-Shalah Ala Khair al-Bariyyah’. Namun beliau hanya mencantumkan, bukan mengarang redaksinya.
Shalawat ini pertama kalinya dipopulerkan di Indonesia melalui pemancar radio milik Yayasan Pesantren As-Syafi’iyyah yang diasuh ulama terkenal Betawi, KH Abdullah Syafi’i (almaghfurah, wafat 1406 H). Shalawat ini dibawakan dengan nagham (nada) yang sangat menyentuh hati, indah didengar dan terasa sejuk di hati pembaca dan pendengarnya. (adi)