Shalat Tanpa Wiridan seperti Kapal Tanpa Muatan, Ini Pesan Ulama
“Shalat tanpa wiridan itu seperti kapal tanpa muatan. Selalu goyang dan tidak tenang terkena ombak. Demikian pesan KH Ahmad Chalwani.
Shalat tidak dibarengi dengan bacaan wirid setelahnya, maka shalat yang dilakukan tidak memiliki kualitas yang baik.
“Shalat tanpa wiridan itu seperti kapal tanpa muatan. Selalu goyang dan tidak tenang terkena ombak. Demikian pesan Pengasuh Pondok Pesantren An-Nawawi Berjan Purworejo KH Ahmad Chalwani.
Seraya mengutip KH Dalhar Watu Congol, ia pun berpesan, amaliyah yang mengiringi shalat seperti wiridan dan puji-pujian merupakan bentuk kearifan dakwah para ulama Ahlussunnah wal Jamaah di Indonesia. “Inilah para ulama Aswaja yang dapat mengemas dakwah dengan baik melalui pendekatan sosial dan budaya,” jelasnya.
Saat ini, lanjutnya, ada beberapa kelompok yang tidak suka dengan Aswaja dan berusaha untuk menghilangkan amaliyah-amaliyah ibadah seperti ini. “Orang yang tidak suka Aswaja dengan berbagai cara berusaha menghancurkan amaliyah-amaliyahnya,” ujarnya.
Menurut Wakil Rais Syuriyah PWNU Jawa Tengah, cara lain yang dilakukan kelompok ini untuk menjauhkan umat Islam dari amaliyah Aswaja adalah dengan mengubah dan menghilangkan tulisan berbagai kitab bermazhab Imam syaf’ii yang merupakan mazhab paling banyak diikuti umat Islam Indonesia.
Berbagai macam kitab saat ini, lanjutnya, dapat dengan mudah ditemukan dan didownload dari internet. Oleh karenanya ia mengingatkan untuk meneliti lagi kitab-kitab yang didownload dari internet.
Fenomena seperti ini, imbaunya, harus sudah menjadi perhatian penting bagi masyarakat khususnya warga NU terlebih dalam memberikan pendidikan keaswajaan bagi putra dan putri generasi penerus. Sehingga Pondok Pesantren berperan penting dalam mempertahankan amaliyah nahdliyyah sekaligus sebagai kawah candra dimuka pendidikan agama pagi para ulama masa depan. (adi)