Shalat Itu Tiang Agama, Begini Maknanya bagi Kehidupan
Agama Islam dibangun di atas lima perkara. Pertama, persaksian tentang dua kalimat syahadat bahwa tidak ada yang berhak disembah selain Allah dan Nabi Muhammad utusan Allah. Kedua, menegakkan shalat. Ketiga, membayar zakat. Keempat, berpuasa di bulan Ramadhan. Kelima, berhaji ke Baitullah jika mampu.
"Jadi, shalat merupakan kewajiban pertama yang mesti dilakukan jika seseorang sudah menyatakan beriman kepada Allah dan Rasul-Nya. Jika kalimat syahadat merupakan fondasi agama, maka shalat menjadi tiangnya," tutur Prof Dr Sofyan Sauri, MPd, Guru Besar Universitas Pendidikan Indonesia.
Prof Dr Sofyan Sauri melanjutkan penjelasannya:
Nabi Muhammad SAW bersabda, yang artinya: “Shalat adalah tiang agama, barangsiapa mendirikan shalat maka sungguh ia telah menegakkan agama (Islam). Dan barangsiapa meninggalkannya maka sungguh ia telah merobohkan agama (Islam) itu.” (HR Baihaqi)
Hadis lain dari sahabat Anas RA, Nabi SAW bersabda, yang artinya: “Yang pertama kali akan dihisab dari seorang hamba pada hari kiamat ialah shalat. Jika shalatnya baik maka akan baik pula seluruh amalnya. Jika shalatnya rusak maka akan rusak pula seluruh amal perbuatannya.”
Hadis ini menunjukkan betapa pentingya shalat dalam kehidupan manusia. Karena itu kita harus menegakkan shalat dengan sebaik-baiknya. Banyak kebaikan yang terkandung dalam shalat.
Allah SWT berfirman:
وَاَقِمِ الصَّلٰوةَ طَرَفَيِ النَّهَارِ وَزُلَفًا مِّنَ الَّيْلِۗ اِنَّ الْحَسَنٰتِ يُذْهِبْنَ السَّيِّاٰتِۗ ذٰلِكَ ذِكْرٰى لِلذَّاكِرِيْنَ
Artinya: “Dan dirikanlah shalat pada kedua ujung siang (pagi dan petang) dan pada bagian permulaan malam. Perbuatan-perbuatan baik itu menghapus kesalahan-kesalahan. Itulah peringatan bagi orang-orang yang selalu mengingat (Allah).” (QS Hud: 114)
Latar Belakang Ayat
Asbabun nuzul ayat ini dalam kitab tafsir Al-Kasyfu wal Bayan karya Imam Abu Ishaq Ahmad Ats-Tsa’labi (V/193) bahwa ayat tersebut diturunkan berkaitan dengan sahabat Abu Al-Yusr ‘Amr bin Ghazyah Al-Anshari, seorang penjual buah kurma. Ia bertanya kepada Rasulullah SAW: “Wahai Rasulullah, bagaimana pendapatmu tentang seorang laki-laki yang hendak menodai seorang perempuan?” Rasulullah tidak menjawab dan kemudian shalat Ashar berjamaah bersama Abu Al-Yurs. Setelah shalat, Rasulullah menerima wahyu dari Allah melalui perantara malaikat Jibril, yaitu surat Hud ayat 114.
Kemudian, Rasul memanggil Abu Al-Yurs dan berkata: “Pergilah… sesungguhnya shalat Asharmu sebagai penebus atas apa yang engkau kerjakan.”
Jadi, turunnya ayat ini menunjukkan bahwa shalat itu adalah sebagai penebus dosa, pelebur dosa yang pernah dilakukan, dan hal itu berlaku kepada semua orang, bukan hanya Abu Al-Yurs saja. Karena Rasulullah juga mengatakan kepada Abu Al-Yurs bahwa manfaat shalat ini berlaku untuk setiap orang.
Interpretasi Para Mufasir
Dalam Tafsir Al-Wajiz dijelaskan bahwa shalat pada kedua ujung siang (pagi dan petang), maksudnya adalah shalat Shubuh, Dzuhur, dan Ashar. Dan di sepanjang waktu malam secara mutlak, yaitu mencakup shalat Maghrib dan Isya.
Sesungguhnya mengerjakan kebaikan, salah satunya yaitu shalat lima waktu, bisa menghilangkan atau melebur dosa-dosa kecil. Adapun dosa besar maka harus dilebur dengan bertobat.
Lebih tegas, pandangan Al-Baghawi dalam tafsirnya, bahwa makna kedua ujung siang طَرَفَيِ النَّهَارِ ialah pagi dan sore. Ia juga menafsirkan makna bagian dari malam وَزُلَفًا مِّنَ الَّيْلِ dengan arti waktu dari salah satu bagian malam tersebut berdekatan.
Menurut Al-Hasan, “Dua ujung siang adalah Shubuh dan Ashar, dan bagian dari malam adalah Maghrib dan Isya.”
Pendapat lain dikemukakan oleh Ibnu Abbas. Ia menuturkan, “Dua ujung siang adalah pagi dan sore, yakni shalat Shubuh dan Maghrib.”
Mujahid menuturkan bahwa siang sebagai shalat Shubuh, Dzuhur dan Ashar, serta malam sebagai shalat Maghrib dan Isya.
Terkait perbedaan tersebut, Ibnu Jarir mengunggulkan pendapat yang mengatakan Shubuh dan Maghrib. Hal itu berkelindan dengan ijma’ para ulama bahwa dua ujung yang dimaksud yaitu Shubuh sebagai ujung awal dan Maghrib sebagai ujung akhir.
Dalam lafadzإِنَّ الْحَسَناتِ يُذْهِبْنَ السَّيِّئاتِ , kata الْحَسَناتِ menurut Al-Baghawi adalah semua perbuatan baik secara umum, tetapi tiang dari seluruh kebaikan ialah shalat. Oleh karenanya, shalat dapat menghapus dosa secara umum.
Kemudian, lafadz السَّيِّئاتِ berarti hanya dosa-dosa kecil, sedangkan lafadz يُذْهِبْنَ السَّيِّئاتِ berarti melebur dosa hingga seolah-olah menjadi tidak ada.
Demikian uraian Prof Dr Sofyan Sauri, MPd, Guru Besar Universitas Pendidikan Indonesia. Semoga bermanfaat.