Shalat Berjamaah Mudah Dikerjakan, Kecuali yang Memiliki SifatvIni
ﺑِﺴْﻢِ ﺍﻟﻠَّﻪِِ ﺍﻟﺮَّﺣْﻤَﻦِ ﺍﻟﺮَّﺣِﻴْﻢِ
Hadits dari sahabat Ubay bin Ka’ab radhiyallahu ‘anhu, beliau berkata,
“Suatu hari, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam shalat subuh bersama kami. Kemudian beliau berkata,
أَشَاهِدٌ فُلَانٌ
“Apakah si fulan hadir?” (Maksudnya, apakah si fulan menghadiri shalat jamaah?)
Para sahabat menjawab, “Tidak.”
Rasulullah bertanya lagi,
أَشَاهِدٌ فُلَانٌ
“Apakah si fulan hadir?
Para sahabat menjawab, “Tidak.”
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
إِنَّ هَاتَيْنِ الصَّلَاتَيْنِ أَثْقَلُ الصَّلَوَاتِ عَلَى الْمُنَافِقِينَ، وَلَوْ تَعْلَمُونَ مَا فِيهِمَا لَأَتَيْتُمُوهُمَا، وَلَوْ حَبْوًا عَلَى الرُّكَبِ
“Sesungguhnya dua shalat ini (shalat isya’ dan shalat subuh) adalah shalat yang paling berat dikerjakan bagi orang-orang munafik. Seandainya mereka mengetahui apa yang ada dalam keduanya -berupa pahala yang besar- niscaya mereka akan mendatanginya meskipun dengan merangkak.” (HR. Abu Dawud dan An-Nasa’i).
CABANG KEMUNAFIKAN
Imam Ibnu Hibban rahimahullahu berkata:
التجسس من شعب النفاق كما أن حسن الظن من شعب الإيمان والعاقل يحسن الظن بإخوانه وينفرد بغمومه وأحزانه كما أن الجاهل يسيئ الظن بإخوانه ولا يفكر في جنايته وأشجانه.
Mencari-cari keburukan oranglain adalah cabang kemunafikan sebagaimana berbaik sangka merupakan cabang keimanan. Orang yang cerdas akan berbaik sangka kepada saudara-saudaranya dan dia akan menyendiri dengan duka dan kesedihannya (muhasabah), sementara orang yang bodoh akan berburuk sangka kepada saudara-saudaranya dan tidak akan berpikir tentang kesalahannya sendiri serta perkara-perkara yang mestinya dia sibuk dengannya.
(Imam Ibnu Hibban, Raudhatul 'Uqala, halaman 127.)
Perumpamaan orang yang suka mencari-cari kesalahan oranglain atau orang yang senang dengan aib orang lain adalah seperti perumpamaan seekor babi yang suka memakan makanan yang kotor.
Ketika dia mendengar dan melihat berbagai macam kebaikan yang nampak pada oranglain, maka dia tidak mengingatnya dan tidak mau menceritakannya karena hal itu tidak sesuai dengan seleranya.
Namun ketika dia melihat kesalahan atau kekeliruan yang nampak pada orang lain, maka dia merasa mendapatkan keinginannya dan hal itu sesuai dengan seleranya.
Lalu setelah itu dia menjadikannya sebagai buah hidangan untuk diumbar kepada oranglain.
۞اللهم صل على سيدنا محمد وعلى آل سيدنا محمد۞
Demikian semoga bermanfaat. Wallahu a'lam.