Setelah Terbakar, 3 Truk Sampah DLH Akan Dilelang
Dari lima truk sampah milik Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Probolinggo yang terbakar, tiga di antaranya kondisinya parah sehingga tidak bisa difungsikan lagi. DLH berencana melelang tiga truk sampah yang kerusakannya di atas 70% itu.
“Tiga truk sampah yang terbakar kerusakannya di atas 70 persen. Bahkan satu dump truck dan satu truk kompaktor kerusakannya hampir 90 persen,” kata Kepala DLH, Rachmadeta Antariksa, Minggu sore, 19 September 2021.
Lima truk yang diparkir di garasi di kawasan Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Sampah Bestari itu tebakar, akhir Agustus 2021 lalu. Yakni, dua dump truck, dua jenis kompaktor, dan satu truk sampah biasa.
Tiga truk yang kerusakannya parah tetap teronggok di kawasan TPA di Jalan Anggrek, sedang dua lainnya masih bisa difungsikan.
Deta, panggilan akrab Rachmadeta Antariksa, mengatakan, DLH tidak ingin memperbaiki tiga truk yang rusak berat. “Tiga truk itu akan kami lelang karena tidak bisa difungsikan kembali,” katanya.
Mantan Kabag Pemerintahan itu berterus terang, sebelum terbakar, dua dari lima truk itu kondisinya sudah rusak. Sementara tiga truk lainnya masih bisa digunakan untuk mengangkut sampah.
Sebelum kebakaran garasi truk sampah di dekat “gunung” sampah di kawasan TPA, DLH memiliki 15 truk pengangkut sampah. Akibat terbakarnya, lima truk kinerja DLH dalam melayani masyarakat sedikit terganggu.
Lima truk yang terbakar itu selama ini melayani pengangkutan sampah dari sejumlah tempat seperti, penampungan sampah di Pasar Baru (Jalan Siaman), Taman Wisata Studi Lingkungan (TWSL), dan Pasar Mangunharjo.
Untuk sementara, DLH mengoperasikan 10 truk sampah. “Solusinya memang harus membeli truk baru tetapi kan masih menunggu ketersediaan anggaran,” kata Deta.
Sebagai gambaran, Deta menyebutkan, sebuah truk kompaktor (disertai alat pemadat sampah) harganya sekitar Rp1,5 miliar, dump truck Rp400 juta, sedang truk biasa Rp300 juta.
Deta menyebut Taman Pemrosesan Akhir (TPA) Sampah di kawasan Jalan Lingkar Utara (JLU) itu rawan terbakar. Tumpukan sampah yang dipadatkan dan ditimbun di dalam tanah (sanitarylandfill) menyimpan gas methan, yang gampang terbakar.
“Kemarin malam itu yang terbakar bangunan garasi dan lima truk di dalamnya, bukan tumpukan sampah,” jelasnya.
Deta mengakui, selain rawan kebakaran TPA di pesisir utara, Kecamatan Mayangan itu juga menghadapi problema keterbatasan lahan. Dari tiga shelter, kini tersisa satu shelter yang hampir penuh.
“Setiap hari volume sampah yang masuk ke TPA sekitar 70 ton, didominasi sampah domestik, dari rumah tangga ditambah dari pasar,” kata Deta.
Dengan penambahan sampah sebanyak itu setiap hari, maka pada 2022 mendatang diperlukan pembuatan shelter baru.
Advertisement