Zona Orange, Khofifah Uji Coba Sekolah Tatap Muka di Nganjuk
Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa melakukan inspeksi dan kunjungan kerja, untuk meninjau pelaksanaan uji coba sekolah tatap muka di tingkat Sekolah Menengah Atas (SMA), Sekolah Menengah Kejuruan (SMK), dan Sekolah Luar Biasa (SLB).
Hari ini, Senin 24 Agustus 2020, Khofifah mendatangi SLB Santhi Kosala Nganjuk, SMKN Tanjung Anom Nganjuk, dan SMAN 2 Nganjuk. Ia didampingi oleh Kepala Dinas Pendidikan (Kadisdik) Jawa Timur, Wahid Wahyudi; Ketua Gugus Kuratif Satgas covid-19 Jawa Timur, dr Joni Wahyuhadi; dan anggota Gugus Kuratif Makhyan Jibril.
Kabupaten Nganjuk dipilih untuk melakukan uji coba sekolah tatap muka, sebab sudah masuk dalam zona orange Covid-19 dalam beberapa hari belakangan ini. Selanjutnya, cecara bertahap sekolah-sekolah di tingkat SLB, SMA, dan SMK di wilayah zona orange dan kuning sudah dimulai pembelajaran tatap muka secara langsung.
Sekolah tatap muka ini tentu harus memperhatikan protokol kesehatan, mulai dari pakai masker, cuci tangan pakai air bersih dan sabun, pemakaian hand sanitaizer. Selain itu, sekolah juga melakukan pembatasan siswa yang hadir di dalam lingkungan sekolah dan kelas.
Uji coba sekolah tatap muka di Ngajuk ini, berbeda dengan simulasi sekolah tatap muka di 21 Sekolah Menengah Pertama (SMP) di Kota Surabaya. Sebab, uji coba sekolah tersebut menghadirkan siswa dan guru dalam kelas.
Dari pantauan Ngopibareng.id, jumlah siswa yang hadir di sekolah hanya berjumlah 25 persen. Bangku siswa dibuat berjarak 1-2 meter. Mereka juga wajib mengenakan masker, dan ada sebagian siswa mengenakkan face shield.
Ketua Gugus Kuratif Satgas covid-19 Jatim, dr Joni Wahyuhadi menjelaskan, daerah yang diperbolehkan untuk melakukan uji coba sekolah tatap muka hanyalah daerah yang zonanya oranye dan kuning. Sedangkan yang masih zona merah belum bisa menggelar uji coba.
"Uji coba pada sekolah-sekolah yang mampu memenuhi syarat itu memang perlu dilakukan. Tapi harus ada surveillance juga, dan perlu dilakukan evaluasi sampai betul-betul aman baru bisa jalan ke semua sekolah. Kalau tak segera dilakukan uji coba maka kita tak bisa segera menemukan bentuk, bagaimana precaution yang aman untuk bidang pendidikan," kata Joni.
Pertimbangan lainnya, pembukaan sekolah secara bertahap dikarenakan, virus corona ini tidak akan selesai dalam waktu dekat. sehingga upaya-upaya dilakukan pemerintah masih terus menggalakkan protokol kesehatan karena perang belum selesai.
"Walaupun rate transmition sudah turun dibawah 1 tapi belum sampai dua pekan ini, saya mendapat laporan di beberapa daerah kasusnya masih ada yang mulai naik lagi," kata Joni.
Pembukaan sekolah ini juga harus dilakukan dengan pengetatan protokol kesehatan. Selain itu, pertimbangan pembukaan sekolah juga harus dilihat dari tiga kriteria.
"Kriteria itu ada tiga yakni epidemiologis, layanan kesehatan dan survaillance. ketiganya itu secara terus menerus dipantau. Selain itu kita juga lihat kenaikan case, RT, ada reguler testing lalu dilanalisis, kita juga lihat apakah ada ruang karantina, isolasi maupun rumah sakit rujukan," terang Joni.
Advertisement