Setelah Pensiun Atlet akan Disejahterakan? Ini Kata Menpora
Menteri Pemuda dan Olahraga (Menpora) Zainudin Amali menjamin tak akan melupakan kesejahteraan atlet yang telah berprestasi di tingkat dunia ketika pensiun nanti.
Zainudin mengatakan, kesejahteraan atlet telah diatur dalam Desain Besar Olahraga Nasional (DBON) yang baru saja diluncurkan pada 9 September lalu.
"Prestasi itu hilirnya saja, ini prosesnya panjang. Tetapi kesejahteraan mereka termasuk yang kami pikirkan, tentang sekolahnya itu juga kami pikirkan," katanya dalam siaran pers, Minggu, 12 September 2021.
Selain prestasi, kesejahteraan atlet juga menjadi perhatian pemerintah. Berdasarkan pengalamannya berkeliling ke Pelatnas, ditemukan keluhan yang kerap dilontarkan oleh para atlet yang masih bersekolah, baik SMP maupun SMA.
Mereka masih mendapatkan pelajaran reguler yang sama dengan siswa umum lainnya, sedangkan para atlet juga dituntut untuk berlatih setiap hari dan bertanding.
Zainudin menambahkan, dalam DBON pemerintah juga bakal bekerja sama dengan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Kementerian BUMN, Kementerian Dalam Negeri, dan Kementerian PUPR untuk menuntaskan kendala yang selama ini dihadapi oleh para atlet nasional.
Tak hanya itu, Menpora juga mengingatkan bahwa atlet berprestasi juga telah mendapat jaminan berupa pengangkatan menjadi pegawai negeri sipil (PNS).
Ia menyebut ada sekitar 300 atlet yang berprestasi pada Asian Games 2018 dan kini telah diangkat menjadi PNS di Kemenpora.
"Di tempat saya ada 300-an orang (atlet jadi PNS). Tapi bukan berarti dia harus bekerja di kantor. Dia sebagai atlet tetap menjadi atlet dan pelatih melatih untuk tetap berprestasi. Bahkan kemarin saya berdiskusi dengan teman-teman bagaimana memikirkan pensiunnya, kalau tidak mungkin masuk PNS," ujarnya.
Demi menjamin kesejahteraan atlet saat pensiun nanti, Menpora juga menyatakan siap membantu para atlet yang mendapatkan banyak bonus dan penghargaan untuk mendapat konsultasi keuangan sehingga mereka dapat mengelola keuangan dengan baik saat masih aktif menjadi atlet.
"Kami menawarkan mereka konsultan keuangan supaya bisa mengelola keuangan. Jadi tidak dihamburkan kalau tidak bisa apa-apa lagi habis juga. Tapi tetap kembali pada atlet itu, mau atau tidak. Kalau dia tidak mau ya sudah tidak bisa kami paksa," katanya.